Cara Mendeteksi Takikardia Sejak Dini

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   23 November 2018
Cara Mendeteksi Takikardia Sejak DiniCara Mendeteksi Takikardia Sejak Dini

Halodoc, Jakarta - Apa kamu pernah merasa jantung tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya? Kalau iya, mungkin saja hal tersebut menandai adanya masalah takikardia pada dirimu. Dalam keadaan normal, umumnya jantung berdetak sebanyak 60—100 kali permenit.

Kondisi percepatan detak jantung memang saja mungkin terjadi, tapi ada hal yang melatarbelakanginya. Misalnya, ketika seseorang sedang berolahraga, trauma, mengidap penyakit tertentu, atau merupakan respon tubuh terhadap stres.  

Ketika mengalami takikardia, seseorang mungkin merasa jantungnya berdebar atau memiliki ritme yang abnormal. Kadang kala kondisi ini bisa terjadi pada leher, tenggorokan, ataupun dada. Selain itu, pada saat takikardia menyerang, pengidapnya bisa saja mengalami nyeri dada, sesak napas, pusing, bahkan pingsan.

Jangan salah lho, masalah yang satu ini bisa menghantui siapa saja, tak mengenal usia dan jenis kelamin. Lalu, bagaimana sih mendeteksi takikardia sejak dini agar keluhan ini bisa ditangani lebih cepat dan tepat?

Penyebab Takikardia

Sebelum mengetahui cara untuk mendeteksi takikardia sejak dini, ada baiknya untuk berkenalan dulu dengan penyebabnya. Kata ahli, takikardia ini terjadi ketika adanya gangguan pada sinyal elektrik yang mengatur detak jantung untuk memompa darah. Sinyal ini diproduksi oleh nodus sinoatrial yang terletak di serambi kanan jantung.

Nah, berikut beberapa faktor yang bisa menimbulkan gangguan tersebut?

  • Melakukan olahraga berat.

  • Kebiasaan merokok.

  • Mengidap penyakit tertentu, seperti anemia, hipertensi atau hipotensi, demam, hingga hipertiroidisme.

  • Konsumsi kafein

  • Penyalahgunaan NAPZA.

  • Mengalami stres atau ketakutan.

  • Efek samping dari obat-obatan tertentu.

  • Terlalu banyak mengonsumsi minuman beralkohol.

Deteksi Sejak Dini

Cara mendeteksi takikardia bisa melalui berbagai cara. Mulai dari tes ekokardiogram, monitor holter, hingga elektrokardiogram. Namun, ada juga cara sederhana lainnya yang bisa kamu coba untuk mendeteksi takikardia sejak dini. Caranya dengan menghitung denyut jantung permenit.

Kata ahli, mengetahui perubahan denyut jantung amat penting untuk mencari tahu masalah jantung sejak dini. Enggak repot kok caranya, memeriksa denyut jantung bisa dilakukan sendiri tanpa menggunakan alat. Nah, berikut tipsnya:

1. Gunakan jari, temukan denyut nadi

Kamu bisa menggunakan dua tiga jari untuk menemukan denyut nadi tubuh. Bisa menggunakan jari tengah, manis, dan telunjuk. Jangan menggunakan ibu jari sebab ibu jari memiliki denyut sendiri. Pemeriksaan ini bisa dilakukan pada pergelangan tangan (denyut radial) dan di leher (denyut nadi karotis).

Kemudian, cobalah tekan sedikit sampai dirimu menemukan denyut nadi (darah berdenyut di bawah jari). Bila perlu gerakkan jari-jari hingga dirimu menemukan denyut yang paling kencang.

2. Hitung denyutnya

Cobalah gunakan jam atau arloji di tangan lainnya untuk mengukur denyut jantung. Hitung dan catat berapa banyak denyut jantung yang terjadi dalam 10 detik. Setelah itu kalikan enam, sebab denyut jantung adalah jumlah denyut per satuan menit.

Nah, menurut keterangan ahli, denyut jantung normal saat istirahat untuk orang dewasa berkisar 60—100 kali per menit. Andaikan seseorang memiliki denyut jantung di bawah ini, dokter bisa mendiagnosisnya dengan bradikardia (denyut jantung lambat). Sedangkan denyut jantung yang lebih cepat dan mencapai 100 kali per menit, bisa didiagnosis dengan takikardia.

Sebenarnya kebanyakan orang mengalami denyut jantung cepat sementara (takikardia sinus) sebagai respon tubuh terhadap beberapa hal. Misalnya, kecemasan, stres, kegembiraan, mengonsumsi kafein, hingga olahraga.

Punya keluhan di jantung? Kamu bisa lho bertanya kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan