Begini Cara Penanganan Anak yang Terkena Difteri

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   28 Mei 2020
Begini Cara Penanganan Anak yang Terkena DifteriBegini Cara Penanganan Anak yang Terkena Difteri

Halodoc, Jakarta - Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penularan bakteri penyebab difteri sangat mudah terjadi. Penyakit ini rentan menyerang lansia dan anak di bawah usia lima tahun. Umumnya, difteri kerap menyerang individu yang hidup di lingkungan yang padat, sanitasi yang kurang baik dan anak-anak yang kurang gizi atau tidak mendapat imunisasi. 

Bakteri penyebab difteri dapat masuk ke tubuh melalui hidung, mulut serta juga bisa masuk melalui kulit. Penyakit ini umumnya disebarkan lewat droplets atau tetesan yang mengandung bakteri difteri dari orang yang terinfeksi ketika batuk, bersin, atau tertawa. Mengingat penyakit ini rentan menyerang anak-anak, orangtua perlu tahu penanganan yang tepat berikut ini.

Baca juga: Ini Alasan Difteri Termasuk Penyakit Berbahaya

Cara Menangani Anak yang Terkena Difteri

Anak-anak yang mengidap difteri harus segera dirawat di rumah sakit. Setelah dokter melakukan diagnosis difteri dengan memeriksa tenggorokan, biasanya anak diberi antitoksin khusus melalui suntikan atau infus. Melansir dari laman Kids Health, antitoksin ini bertujuan untuk menetralkan racun difteri yang sudah beredar di tubuh, ditambahkan antibiotik untuk membunuh bakteri difteri yang tersisa.

Jika infeksi berlanjut, pengidap mungkin memerlukan ventilator untuk membantu mereka bernafas. Jika racun menyebar ke jantung, ginjal, atau sistem saraf pusat, pengidap mungkin memerlukan cairan intravena, oksigen, atau obat jantung. Anak yang mengidap difteri juga harus diisolasi. Anggota keluarga yang belum diimunisasi, anak lainnya dan lansia sebaiknya tidak berkontak dengan pengidap terlebih dahulu untuk mencegah penularan.

Dokter juga akan memberitahu anggota keluarga lainnya yang mungkin terpapar bakteri untuk melakukan pengobatan maupun pencegahan. Pengobatan termasuk penilaian status kekebalan, kultur tenggorokan dan dosis penguat vaksin difteri. Pemberian antibiotik mungkin perlu dilakukan sebagai tindakan pencegahan.

Baca juga: 3 Komplikasi Difteri yang Perlu Diwaspadai

Sebagian besar kasus anak yang mendapatkan perawatan segera dapat segera pulih dari difteri. Setelah antibiotik dan anti-toksin mulai bekerja, Si Kecil perlu istirahat setidaknya selama 4 sampai 6 minggu. Terlebih jika Si Kecil sudah mengalami miokarditis, yakni radang otot jantung sebagai hasil dari komplikasi difteri. Ketika Si Kecil sudah pulih sepenuhnya, mereka harus tetap mendapatkan vaksin difteri untuk mencegah penyakit kambuh.

Langkah Pencegahan Difteri pada Anak

Salah satu langkah pencegahan utama difteri adalah pemberian vaksin DTaP. Vaksin ini perlu diberikan sejak tahun pertama Si Kecil. Selain difteri, vaksin DtaP juga dapat melindungi Si Kecil terhadap tetanus dan pertusis. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, setiap anak wajib mendapatkan vaksin DTaP sebanyak lima dosis, sebagai berikut:

Dosis pertama pada usia 2 bulan;

  • Dosis kedua pada usia 4 bulan;
  • Dosis ketiga pada usia 6 bulan;
  • Dosis keempat diberikan antara usia 15 bulan dan 18 bulan;
  • Dosis kelima diberikan di usia sekolah yakni usia 4 hingga 6 tahun.

Baca juga: Berbahayakah Efek Samping dari Suntik Difteri pada Si Kecil?

Apabila ibu punya pertanyaan seputar vaksin DTaP, langsung diskusikan saja dengan dokter melalui Halodoc. Lewat aplikasi, ibu dapat menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Referensi :
Kids Health. Diakses pada 2020. Diphtheria.
University of Rochester Medical Center. Diakses pada 2020. Diphtheria in Children.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan