Halodoc, Jakarta – Kini metode sunat untuk anak sudah semakin canggih dan minim rasa sakit. Salah satu metode sunat terbaru yang menarik untuk dicoba adalah sunat klamp.

Sunat klamp merupakan teknik bedah untuk sunat dengan menggunakan tabung plastik khusus yang memiliki ukuran beragam sesuai dengan ukuran penis. Metode ini diklaim tidak menyebabkan perdarahan dan menimbulkan rasa sakit yang sangat minim. 

Namun, sebelum mencoba sunat klamp pada anak, orang tua perlu tahu keunggulan dan risiko metode sunat yang satu ini di sini.

Mengenal Lebih Jauh Sunat Klamp

Sebenarnya ada beberapa metode sunat klamp, tapi yang paling sering digunakan adalah metode Smartklamp. Alat Smartklamp ini memiliki beberapa ukuran sesuai umur dan ukuran penis anak.

Setelah diberikan anestesi lokal, tabung klamp dimasukkan pada kulup yang akan dipotong, lalu dijepit dengan pengunci klamp. Setelah 5 hari, maka tabung klamp dilepas. 

Hal yang membuat metode bedah sunat ini banyak diminati adalah sedikitnya risiko pendarahan dan tidak melibatkan penjahitan. Dengan begitu, rasa sakitnya minim dan perawatan pasca sunat pun lebih mudah. Alat yang digunakan pun bersifat sekali pakai, sehingga lebih steril dan mengurangi risiko penularan penyakit tertentu. 

Meski begitu, di balik kelebihannya tersebut, sunat klamp juga memiliki risiko. Berikut keunggulan dan risiko sunat klamp yang perlu diketahui orang tua:

Keunggulan Sunat Klamp

Selama ini, sunat identik dengan rasa sakit yang sangat tinggi, sehingga membuat anak enggan melakukannya. Itulah mengapa orangtua biasanya perlu berusaha keras dengan berbagai cara agar anak mau disunat. Nah, metode sunat klamp ini memiliki beberapa kelebihan, sehingga anak tidak perlu takut lagi disunat. Berikut kelebihan sunat klamp:

• Proses sunat berlangsung cepat, yaitu sekitar 7 hingga 10 menit.
• Rasa sakit saat disunat sangat minim. Bahkan anak bisa langsung mengenakan celana dan beraktivitas seperti biasa setelah prosedur dilakukan.
• Tidak memerlukan jahitan ataupun perban, karena pendarahannya sangat minimal. 
• Luka sunat boleh terkena air.
• Pemulihan lebih cepat dan anak bisa buang air kecil seperti biasa (melalui tabung).
• Memberikan hasil yang lebih estetik daripada sunat konvensional.

Risiko Sunat Klamp

Meski begitu, sama seperti prosedur bedah pada umumnya, sunat klamp juga memiliki risiko. Selain biayanya yang lebih mahal, berikut adalah risiko sunat klamp yang bisa terjadi:

• Alat klamp yang menempel pada penis bisa membuat anak tidak nyaman. Terutama selama proses pemotongan kulup.
• Berisiko adanya efek samping setelah sunat dilakukan. Misalnya, edema dan infeksi penis. Edema merupakan kondisi di mana terjadi perembesan cairan di ruang interstitial, sehingga membuat penis membengkak. Infeksi juga bisa terjadi setelah sunat klamp dan bisa menyebabkan penis menjadi merah, terasa nyeri, bengkak, bernanah, bahkan membuat anak demam.
• Jika sayatan kulup mengenai pembuluh darah yang ada di penis, maka bisa membuat bagian tersebut berdarah. Namun, masalah tersebut bisa diatasi dengan jahitan.
• Ada kemungkinan hasil pemotongan kulup tidak sempurna. Hal ini bisa terjadi jika dokter atau mantri sunat kurang kompeten melakukannya.

Metode sunat klamp pada dasarnya efektif dalam menghilangkan kulit yang menutupi ujung penis. Namun, metode sunat ini tidak disarankan untuk anak yang hiperaktif atau memiliki fimosis (kelainan pada penis yang belum disunat). 

Ada baiknya, ibu tetap mendiskusikan terlebih dahulu dengan dokter untuk menentukan metode sunat yang tepat untuk Si Kecil.

Ibu juga bisa memeriksakan kesehatan anak dengan buat janji di rumah sakit pilihan di aplikasi Halodoc. Kamu juga bisa memilih dokter dan waktu kunjungan sesuai kebutuhan. Download aplikasi Halodoc sekarang di App Store atau Google Play! 

Referensi: 

New York Urology Specialist. Diakses pada 2022. Clamp Circumcision Technique: PlastiBell, ShangRing, etc

Perdoski. Diakses pada 2022.Khitan Anak:  Konvensional VS Smartklamp VS Laser. Mana yang Paling Baik?

Canadian Urological Association Journal. Diakses pada 2022. SmartClamp circumcision versus conventional dissection technique in terms of parental anxiety and outcomes: A prospective clinical study.

Rumah Sakit PHC Surabaya. Diakses pada 2022. Khitan Tak Lagi Menyeramkan dengan Smart Klamp