Cek Fakta: Benarkah Stunting Sebabkan Keterlambatan Berpikir?

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   30 November 2022

“Stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang menjadi perbincangan hangat masyarakat. Kondisi ini memang menimbulkan berbagai efek samping dalam jangka panjang untuk tumbuh kembang anak.”

Cek Fakta: Benarkah Stunting Sebabkan Keterlambatan Berpikir?Cek Fakta: Benarkah Stunting Sebabkan Keterlambatan Berpikir?

Halodoc, Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, stunting merupakan kondisi ketika seorang anak mengalami masalah pertumbuhan. Kondisi ini muncul dengan gejala berupa tinggi badan anak yang lebih pendek daripada anak dengan usia yang sama. Selain itu, anak yang mengalami stunting juga terlihat lebih kurus. 

Stunting sendiri bisa terjadi karena banyak faktor. Selain gizi buruk, isu kesehatan ini juga bisa muncul karena infeksi yang terjadi berulang kali, dan rangsangan psikososial yang terhambat. Lantas, benarkah stunting turut memicu efek samping berupa keterlambatan berpikir?

Dampak Stunting Termasuk Gangguan Kognisi dan Intelektual

Anak yang mengalami stunting pada awal usianya, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan, cenderung menunjukkan efek samping yang cukup serius dan sangat merugikan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. 

Studi dalam Acta Biomedica menyebutkan, efek stunting yang perlu menjadi perhatian orang tua adalah terhambatnya perkembangan kognitif, intelektual atau perkembangan pendidikan, dan hilangnya produktivitas. Secara tidak langsung, efek samping ini juga mengarah pada keterlambatan berpikir.

Efek samping ini juga muncul secara langsung dan terjadi dalam waktu yang lama. Tak hanya memengaruhi aspek kognitif dan produktivitas, stunting yang terjadi pada anak juga menimbulkan efek samping sebagai berikut: 

  • Terjadi peningkatan angka mortalitas dan morbiditas.
  • Anak mengalami perkembangan yang tidak optimal sesuai dengan usianya.
  • Meningkatnya risiko tertular infeksi dan penyakit tidak menular lainnya pada anak. 
  • Anak rentan mengalami resistensi insulin.
  • Anak lebih berisiko mengalami diabetes dan tekanan darah tinggi.
  • Hasil reproduksi pada ibu yang tidak optimal pada masa dewasa. 

Studi tersebut turut mengungkapkan bahwa, anak-anak dengan kondisi stunting yang mengalami pertambahan berat badan yang pesat setelah usianya dua tahun, cenderung akan memiliki risiko berat badan berlebih atau obesitas pada masa remaja dan dewasanya. 

Cegah Stunting Sejak Dini dengan Cara yang Tepat

Stunting yang terjadi pada balita bisa terus berlanjut sampai usia dewasa. Ini artinya, sebelum terlambat, sebaiknya orang tua dapat mencegah stunting sejak dini dengan melakukan beberapa cara berikut ini. 

  1.  Penerapan pola asuh yang tepat

Langkah pertama yaitu memberikan pola asuh yang tepat pada anak sejak lahir. Caranya yaitu melakukan Inisiasi Menyusui Dini atau IMD pada anak sejak bayi dan memberikan ASI eksklusif hingga usia anak 6 bulan. Lalu, lanjutkan memberikan ASI sampai usia anak 2 tahun atau lebih. 

  1. Berikan MPASI dengan asupan nutrisi yang sesuai kebutuhan tubuh dan usia anak

WHO bersama dengan United Nations Children’s Fund (UNICEF) menganjurkan pada seluruh orang tua untuk memberikan Makanan Pendamping ASI atau MPASI penuh gizi, pada anak mulai usia 6 bulan hingga 24 bulan. 

Setidaknya, pemberian MPASI harus mengandung 4-7 jenis makanan, termasuk kacang-kacangan, umbi, produk susu dan olahannya, dan makanan kaya kandungan vitamin A.

Tak hanya itu, perhatikan pula berapa kali orang tua perlu menyediakan MPASI untuk bayi yang mendapat atau tidak mendapat ASI. Frekuensinya yaitu setidaknya 2 kali atau lebih untuk usia 6-8 bulan dan 3 kali atau lebih untuk usia 9-24 bulan pada anak dengan ASI. 

Sementara itu, apabila anak tidak mendapatkan ASI, pemberian MPASI sebaiknya 4 kali sehari atau lebih mulai usia 6-24 bulan. 

  1. Obati gangguan kesehatan yang terjadi pada anak

Ada banyak kondisi kesehatan yang rentan menyerang anak dan dapat memicu menurunnya nafsu makan. Contohnya, anak mengalami flu, pilek, batuk, diare, sembelit, demam, gangguan pencernaan, sampai isu kesehatan serius seperti TBC. 

Apabila penurunan nafsu makan pada anak terjadi karena salah satu atau beberapa kondisi tersebut, sebaiknya lakukan penanganan terlebih dahulu. Langkah berikutnya adalah kembali memperbaiki asupan nutrisi anak. 

Apabila anak menunjukkan tanda-tanda stunting, segera tanyakan pada dokter di Halodoc untuk mendapatkan saran dan penanganan yang tepat.  Cek dan download aplikasi Halodoc di ponselmu sekarang juga, ya!

Banner download aplikasi Halodoc
Referensi:
Kemenkes RI. Diakses pada 2022. Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh dan Sanitasi.
UNICEF. Diakses pada 2022. Stop Stunting.
WHO. Diakses pada 2022. Stunting in a nutshell.
Acta Biomedica. Diakses pada 2022. Early and Long-term Consequences of Nutritional Stunting: From Childhood to Adulthood.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan