Dampak Kesehatan Mental yang Dialami Korban Pedofilia

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   18 Agustus 2020
Dampak Kesehatan Mental yang Dialami Korban PedofiliaDampak Kesehatan Mental yang Dialami Korban Pedofilia

Halodoc, Jakarta - Kejahatan seksual selalu meninggalkan luka pada korbannya, terutama dalam hal kesehatan mental. Bayangkan jika yang menjadi korban kejahatan seksual itu adalah anak-anak. Misalnya, pada kasus pedofilia. Dampak kesehatan mental seperti apa yang bisa dialami anak korban pedofilia?

Pedofilia adalah jenis kelainan seksual yang membuat pengidapnya memiliki hasrat seksual terhadap anak-anak, terutama yang masih berada di bawah usia 14 tahun. American Psychiatric Association sudah menyatakan bahwa pedofilia sebenarnya bukan gangguan mental. Kecuali, jika kelainan seksual ini membuat pengidapnya tidak bisa mengendalikan diri dan memaksakan kehendak pada orang lain. 

Baca juga: Orang Tua Wajib Waspada, Pedofilia Mengincar Anak

Ini Dampak Kesehatan Mental Anak Korban Pedofilia 

Mengalami kejahatan seksual tentu berdampak buruk bagi kesehatan mental anak. Banyak dari mereka yang mengalami trauma, tidak percaya diri, sulit menerima keadaan, depresi, dan gangguan psikologis lainnya. Anak yang menjadi korban kejahatan seksual bisa berubah menjadi pemarah dan sensitif pada segala sesuatu. Hal ini tentu bisa berujung pada depresi.

Gangguan emosi yang dialami anak korban pedofilia juga bisa menyebabkan anak menjadi agresif. Bahkan, bukan tidak mungkin bagi mereka untuk melakukan hal-hal yang bisa membahayakan diri sendiri. Oleh karena itu, penting untuk melakukan perawatan terhadap dampak kesehatan mental yang mungkin dialami anak korban pedofilia. 

Bantu anak untuk kembali bangkit dan bisa memandang hidup dengan lebih positif lagi. Pada kebanyakan kasus, anak korban kejahatan seksual rentan mengalami gangguan kesehatan mental, sehingga membutuhkan dukungan sosial dari keluarga dan orang terdekatnya. 

Baca juga: Ciri-Ciri Pengidap Pedofilia yang Perlu Diketahui

Jadi, jika merasa anak jadi lebih sensitif atau mengetahui bahwa anak telah menjadi korban pedofilia, rangkul ia dan minta bantuan ahli, seperti psikolog. Agar lebih mudah, kamu bisa download aplikasi Halodoc untuk buat janji dengan psikolog anak di rumah sakit, lalu ajak anak untuk mengikuti sesi konseling bersama. 

Jika tidak segera ditangani, trauma pada anak korban pedofilia bisa berlangsung dalam jangka panjang, dan akhirnya memengaruhi kehidupannya saat dewasa nanti. Anak korban kejahatan seksual mungkin sulit untuk memiliki kehidupan seksual yang sehat atau menolak hal-hal yang berkaitan dengan itu, sangat tertutup, hingga menggunakan obat-obatan terlarang atau berpikiran untuk mengakhiri hidup sendir

Bagaimana Melindungi Anak agar Tidak Jadi Korban Pedofilia

Meningkatkan kewaspadaan dan memberi pengertian yang tepat bisa membantu melindungi anak, agar tidak menjadi korban kejahatan seksual. Mencegah akan selalu jauh lebih baik daripada mengobati. Namun, apa yang bisa dilakukan orangtua?

Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan orangtua untuk melindungi anak dari “predator” kejahatan seksual, yaitu:

1.Pastikan Anak Selalu dalam Pengawasan

Setelah melewati usia balita, anak semakin lepas dari orangtua, karena lingkup dunianya bertambah luas. Orangtua tentu tidak bisa selalu bersama anak-anak, misal ketika ia sekolah, kursus, atau bermain dengan teman-temannya. Meskipun begitu, pastikan anak berada dalam pengawasan orang dewasa yang bisa dipercaya. 

Penting juga untuk mengenal semua teman-teman dan orang yang akrab dengan anak. Beri perhatian khusus pada hubungan anak dengan orang yang lebih tua darinya. Bahkan termasuk kerabat atau orang yang dekat denganmu pun perlu diwaspadai. 

Baca juga: Ini 5 Cara Jauhkan Si Kecil dari Pedofilia

2.Kenali Sikap Tak Biasa Anak

Minimnya pengetahuan tentang banyak hal, dibumbui rasa takut dan kecemasan, membuat anak korban pedofilia bingung dan memilih bungkam. Robin Castle, manajer pencegahan pelecehan seksual terhadap anak di Prevent Child Abuse Vermont, mengungkapkan penting bagi orangtua untuk memerhatikan tanda-tanda atau sikap tak biasa yang ditunjukkan anak. 

Beberapa anak mungkin menunjukkan tanda-tanda fisik seperti infeksi saluran kencing tiba-tiba, atau kemerahan dan bengkak di area genitalnya. Anak-anak lain mungkin mengalami sakit perut, sakit kepala, atau mengompol secara tiba-tiba. Curigai juga tanda-tanda perilaku seperti ledakan amarah, masalah tidur, penarikan diri, atau penurunan nilai. 

3.Ajarkan Anak Melindungi Diri

Sedini mungkin, jelaskan pada anak tentang bagian-bagian tubuh yang bersifat pribadi, dan tidak boleh disentuh oleh siapapun. Beri ia kepemilikan atas tubuhnya dan minta anak untuk bilang pada orangtua jika ada orang dewasa yang sering menyentuh tubuhnya. 

Itulah hal-hal yang perlu dilakukan orangtua untuk menjaga anak dari para pelaku kejahatan seksual. Selalu berikan pendampingan dan pengertian agar anak mampu bertumbuh dengan baik.

Referensi:
Starway Foundation. Diakses pada 2020. EFFECTS OF CHILD SEXUAL ABUSE ON VICTIMS.
Web MD. Diakses pada 2020. What Is Pedophilia?
Psychology Today. Diakses pada 2020. Pedophilia.
Parents. Diakses pada 2020. How to Protect Your Child From a Predator: Recognizing the Warning Signs.
Journal of the American Academy of Psychiatry and the Law. Diakses pada 2020. Pedophilia and DSM-5: The Importance of Clearly Defining the Nature of a Pedophilic Disorder.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan