Dampak pada Anak dengan Pola Asuh Helicopter Parenting

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   03 September 2020
Dampak pada Anak dengan Pola Asuh Helicopter ParentingDampak pada Anak dengan Pola Asuh Helicopter Parenting

Halodoc, Jakarta - Setiap orangtua tentu ingin melindungi dan memastikan semua urusan anaknya berjalan dengan baik. Namun, jika upaya melindungi tersebut berlebihan, justru dampak buruk yang akan didapat. Pola asuh semacam ini disebut helicopter parenting atau dikenal dengan overprotective parenting

Helicopter parenting adalah pola asuh ketika orangtua terlalu berlebihan menjaga anaknya. Orangtua mengawasi setiap aspek kehidupan anak mereka secara konstan sehingga diibaratkan seperti baling-baling pada helikopter. Mereka akan melarang anak bermain di luar karena takut anaknya terjatuh atau kotor, serta selalu ingin memantau gerak-gerik anak. Pola asuh ini ternyata dapat membawa dampak buruk bagi perkembangan anak, lho. 

Baca juga: Trik Menemukan Bakat dalam Diri Si Kecil


Dampak Buruk Helicopter Parenting

Meski mungkin niatnya baik, helicopter parenting lebih banyak memiliki dampak buruk bagi perkembangan anak, yaitu:

1.Anak Jadi Penakut dan Tidak Percaya Diri

Orangtua yang selalu takut dan khawatir berlebihan, dapat membuat anak juga memiliki ketakutan yang sama. Keterlibatan orangtua dalam segala hal yang dilakukan anak bisa menjadikan anak takut untuk melakukan hal-hal tanpa pengawasan dari orangtua.

Tak hanya saat anak masih kecil, hal ini bisa terus terbawa dan membentuk kepribadian anak hingga dewasa. Anak yang dulunya dibesarkan oleh orangtua yang selalu mengekang dan melarang akan tumbuh jadi pribadi yang berkecil hati, tidak percaya diri, takut mengambil risiko, dan tidak punya inisiatif.

2.Anak Tidak Bisa Menyelesaikan Masalahnya Sendiri

Lauren Feiden, psikolog dengan spesialisasi bidang hubungan orangtua dan anak dari Amerika Serikat (AS) menyatakan dalam laman Psych Central bahwa helicopter parenting adalah masalah yang dapat membuat anak menjadi ketergantungan dan tidak dapat menghadapi masalahnya sendiri.

Hal ini karena orangtua selalu ikut campur dalam setiap tantangan yang dihadapi anak, sehingga keputusan yang diambil selalu bergantung kepada orangtua. Akibatnya, anak akan selalu mengandalkan orangtua dalam menentukan atau menyelesaikan sesuatu.

Baca juga: Usia yang Tepat untuk Mulai Pendidikan Seks pada Anak

3.Anak Jadi Mudah Berbohong

Sikap orangtua yang terlalu mengekang bisa mendorong anak untuk berbohong. Pahamilah bahwa anak juga butuh ruang gerak yang cukup untuk mengembangkan diri. Jika ruang gerak itu dibatasi, anak akan mencari celah dan akhirnya sering berbohong supaya bisa lolos dari kekangan orangtua. 

4.Anak Mudah Stres Cemas

Survei yang dilakukan oleh Center for Collegiate Mental Health Pennsylvania State University, seperti dikutip dari The Mercury News, menunjukan bahwa gangguan cemas adalah masalah kesehatan jiwa yang sering dialami mahasiswa.

Dari hasil survei yang dilakukan terhadap seratus ribu mahasiswa tersebut, 55 persen mahasiswa menginginkan konseling tentang gejala kecemasan, 45 persen soal depresi, dan 43 persen soal stres.

Salah satu penyebabnya ternyata adalah pola asuh orangtua yang selalu mengawasi berlebihan semua kegiatan akademis dan non-akademis anak. Meski anak tidak melakukan kesalahan apa pun, diawasi berlebihan dan tanpa henti bisa membuat anak jadi cemas, karena jadi takut melakukan kesalahan. 

Baca juga: Hubungan Ayah dan Anak Renggang, Ibu Lakukan Ini

Itulah dampak buruk dari pola asuh helicopter parenting, bagi perkembangan anak. Jadi, pola asuh seperti ini sebaiknya dihindari. Melindungi dan mengawasi anak memang perlu, tetapi pastikan juga mereka punya ruang gerak untuk mengeksplorasi dan mengembangkan diri. 

Dengan begitu, anak akan jadi lebih siap akan banyak tantangan di usia dewasanya nanti. Jika butuh saran pengasuhan anak, kamu bisa download aplikasi Halodoc untuk berbicara dengan psikolog anak, kapan dan di mana saja. 

Referensi:
The Mercury News. Diakses pada 2020. Studies Show That Overprotective Parents Don't Do Their Children Any Favors.
Journal of Affective Disorder. Diakses pada 2020. The parental overprotection scale: associations with child and parental anxiety.
Psychcentral. Diakses pada 2020. Are you an overprotective parent?
Michigan State University. Diakses pada 2020. Overprotective parenting style.
Psychology Today. Diakses pada 2020. Overprotective parenting harms kids.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan