Dampak yang Terjadi saat Orangtua Tidak Percaya pada Anak

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   17 September 2020
Dampak yang Terjadi saat Orangtua Tidak Percaya pada AnakDampak yang Terjadi saat Orangtua Tidak Percaya pada Anak

Halodoc, Jakarta - Orangtua tentu ingin anak mendapatkan yang terbaik dalam segala hal. Namun, terkadang saking cemasnya, orangtua sering tidak percaya pada anak dan akhirnya jadi selalu ingin ikut campur dalam kehidupan anak. Meski tujuannya baik dan dilandaskan kasih sayang, hal ini bisa berdampak buruk bagi anak, lho.

Apalagi jika rasa tidak percaya pada anak dan ingin selalu ikut campur itu terlalu berlebihan. Pola pengasuhan anak seperti ini disebut helicopter parenting, yaitu pola asuh orangtua yang terlalu berfokus pada kehidupan anak. Beberapa cirinya adalah orangtua selalu berusaha menentukan bagaimana anak seharusnya bertindak dan terlalu melindungi anak dari kesulitan atau kegagalan, dengan berbagai cara. 

Baca juga: Trik Menemukan Bakat dalam Diri Si Kecil

Ini yang Terjadi Ketika Orangtua Tidak Percaya pada Anak

Meski dilandasi oleh niat baik, orangtua yang kelewat tidak percaya pada anak akan cenderung menyelesaikan berbagai urusan anak, meski anak sebenarnya dapat menyelesaikannya sendiri.

Mengutip Psychology Today, pakar psikologi Michael Ungar, mengatakan bahwa pengasuhan seperti ini tidak sesuai dengan tujuan utama pola asuh anak, yaitu untuk menjadikan anak mampu menyelesaikan berbagai tugas orang dewasa. 

Hal yang seharusnya dilakukan adalah melatih anak untuk mengambil keputusannya sendiri. Bukannya malah bergantung pada orangtua untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sebab, nantinya anak akan memasuki usia dewasa dan menghadapi banyak tantangan serta masalah dalam kehidupan. 

Secara lebih jelas, berikut ini dampak buruk yang bisa terjadi ketika orangtua tidak percaya pada anak atau menerapkan helicopter parenting:

1.Anak Jadi Tidak Percaya Diri

Anak yang terlalu diawasi oleh orangtuanya cenderung mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah. Hal ini karena ia memiliki kepercayaan diri yang rendah dan lebih takut akan kegagalan.

Semakin sedikit kepercayaan orangtua akan kemampuan anaknya, akan semakin membuat anak kesulitan untuk beradaptasi dengan masalah. Hal ini bisa berdampak buruk pada kehidupan sosial, pendidikan, dan karier anak ketika dewasa. 

2.Anak Jadi Tidak Memiliki Coping Skill

Coping skill adalah kemampuan untuk dapat menghadapi permasalahan dan rasa kekecewaan atau kegagalan dengan baik. Orangtua yang selalu membantu anak sehingga mereka tidak pernah salah atau mengalami kegagalan, hanya menghambat perkembangan coping skill anak. Akibatnya, anak jadi tidak terbiasa mengatasi masalah atau menghadapi kegagalan. Akhirnya, mereka jadi tidak pernah belajar bagaimana menyelesaikan persoalan tersebut.

Baca juga: Usia yang Tepat untuk Mulai Pendidikan Seks pada Anak

Bagaimana agar Orangtua Tidak Terlalu Ikut Campur?

Terlalu ikut campur dalam kehidupan anak bukanlah cara yang bijak untuk menjalin kedekatan dengan anak. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari kebiasaan terlalu ikut campur urusan anak:

1.Biarkan Anak Berusaha

Seiring pertumbuhannya, anak akan mengalami perkembangan yang bertahap dalam melakukan berbagai hal. Selama tidak berbahaya, biarkanlah anak belajar untuk menangani hal dan tanggung jawabnya sendiri. Hal ini membuatnya lebih mandiri dan mengembangkan kemampuannya dalam menjalani kehidupan. 

2.Selalu Hadirkan Respons Positif

Hindari bersikap terlalu cemas dan membuat sesuatu terkesan lebih buruk dari yang sebenarnya. Hal ini hanya akan membuat anak bingung dan jadi mudah cemas, karena respons negatif yang diberikan orangtua ketika menghadapi permasalahan. Sebaiknya, hadapi kesulitan bersama dengan anak, dengan menghadirkan respons yang lebih positif, tanpa membuat anak lebih cemas.

Baca juga: Hubungan Ayah dan Anak Renggang, Ibu Lakukan Ini

3.Biarkan Anak Memilih dan Hargai Pendapatnya

Ini adalah penyebab utama orangtua cemas dan tidak percaya pada anaknya. Jadi, cobalah pahami bahwa anak juga memiliki kehidupan dan pilihannya sendiri. Memaksakan pendapat pada anak dapat membuatnya tidak memiliki pendirian akan pendapatnya sendiri. 

Oleh karena itu, jika anak memiliki pendapat yang berbeda, pahamilah sebagai sesuatu yang positif. Jika hal itu tidak baik kebaikan anak, cobalah ajak ia berbicara dan sambil terus memahami mengapa anak berpikir begitu.

Jika kamu butuh saran pengasuhan anak dari seseorang yang lebih profesional, kamu bisa download aplikasi Halodoc untuk berbicara dengan psikolog anak, kapan dan di mana saja. 

Referensi:
Parents. Diakses pada 2020. What Is Helicopter Parenting?
Psychology Today. Diakses pada 2020. Helicopter Parenting—It's Worse Than You Think.
Empowering Parents. Diakses pada 2020. How to Stop Worrying and Avoid Helicopter Parenting: Don’t Do These 6 Things.
Huffington Post. Diakses pada 2020. 5 Reasons Why Helicopter Parents Are Sabotaging Their Child’s Career.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan