Dermatitis Seboroik Vs Dermatitis Kontak, Lebih Bahaya Mana?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   13 Maret 2019
Dermatitis Seboroik Vs Dermatitis Kontak, Lebih Bahaya Mana?Dermatitis Seboroik Vs Dermatitis Kontak, Lebih Bahaya Mana?

Halodoc, Jakarta - Dari banyaknya penyakit kulit, dermatitis kontak dan dermatitis seboroik merupakan kondisi yang tak boleh diremehkan. Kedua masalah kulit ini kerap kali membuat banyak pengidapnya terganggu karena efek yang ditimbulkan.

Nah, meski sama-sama menyandang dermatitis, kira-kira lebih bahaya mana di antara kedua penyakit tersebut? Dermatitis kontak sebenarnya merupakan peradangan berupa ruam gatal kemerahan pada kulit. Kondisi ini muncul akibat kontak langsung dengan zat tertentu dan mengiritasi kulit atau reaksi alergi terhadap zat tertentu.

Baca juga: Inilah 3 Fakta Penting Mengenai Dermatitis Seboroik

Sedangkan seboroik merupakan penyakit kulit yang biasanya mengenai kulit kepala dan area tubuh yang berminyak. Misalnya, punggung, wajah, dahi, ketiak, pangkal paha, dan dada bagian atas. Pada kulit kepala seboroik bisa menyebabkan kulit berwarna merah, bersisik, dan berketombe.

Pertanyaannya, meski sama-sama menyandang nama dermatitis, kira-kira mana yang lebih bahaya di antara kedua penyakit di atas?

Penyebab yang Berbahaya

Dermatitis kontak sendiri terbagi menjadi dua jenis, pertama kontak alergi dan kontak iritan. Kontak alergi terjadi ketika kulit mengalami reaksi alergi, setelah kontak dengan zat tertentu (alergen), sehingga menyebabkan tubuh melepaskan zat kimia yang memicu gatal dan iritasi pada kulit. Zat pemicunya, antara lain perhiasan, seperti nikel atau emas, sarung tangan latex, pewangi atau bahan kimia pada produk kecantikan, serta tumbuhan poison oak atau poison ivy.

Sedangkan kontak iritan, terjadi saat kulit mengalami kontak dengan bahan tertentu yang menyebabkan rusaknya lapisan pelindung kulit. Bahan pemicunya, antara lain battery acid, zat pemutih, zat pembersih, kerosene, dan deterjen.

Baca juga: Bukan Cuma Terasa Gatal, Ini 4 Gejala Dermatitis Seboroik

Sedangkan seboroik, lain lagi ceritanya. Penyebab pasti dermatitis jenis ini masih belum diketahui. Tapi, penyakit ini berkaitan dengan jamur Malassezia furfur dan peradangan yang terkait dengan psoriasis. Selain itu, ada pula beberapa faktor yang membuat seseorang lebih mudah mengidap penyakit ini. Misalnya:

  • Jenis kulit berminyak.

  • Bayi baru lahir.

  • Penyakit kejiwaan dan gangguan saraf, seperti depresi dan penyakit Parkinson.

  • Orang dewasa, terutama wanita, berusia 30–60 tahun.

  • Gagal jantung.

  • Penyakit yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti HIV/AIDS, dan kanker.

  • Obat-obatan tertentu.

  • Kebiasaan menggaruk kulit wajah.

Bandikan dari Gejalanya

Kedua penyakit ini memiliki gejala yang berbeda. Nah, berikut penjelasannya.

Gejala dermatitis kontak alergi, antara lain:

  • Kulit kering.

  • Gatal yang parah.

  • Kulit terasa perih.

  • Kulit melepuh.

  • Pembengkakan pada mata, muka, atau selangkangan.

  • Kemerahan pada kulit.

  • Kulit tampak gelap.

  • Sensitif terhadap cahaya matahari.

Gejala pada dermatitis kontak iritan:

  • Kulit melepuh.

  • Kulit terasa kencang.

  • Kulit pecah-pecah.

  • Luka terbuka yang berkerak.

  • Sariawan.

  • Bengkak.

Gejala dermatitis seboroik:

  • Kulit terasa gatal atau seperti terbakar.

  • Kelopak mata berkerak atau berwarna kemerahan (blefaritis).

  • Kelupasan kulit atau ketombe yang terjadi di kumis, jenggot, atau alis.

  • Kulit kepala berwarna merah dan berketombe.

  • Kulit bersisik berwarna putih atau kuning yang terjadi di area kulit yang berminyak selain kulit kepala, seperti wajah, ketiak, telinga, dan dada.

Baca juga: Hati-Hati, Benda-Benda Ini Bisa Sebabkan Dermatitis Kontak

Terkadang seboroik ini bisa menghilang dengan sendirinya, namun ada juga yang bertahan selama bertahun-tahun. Sedangkan dermatitis kontak, bila tak ditangani dengan benar bisa menimbulkan komplikasi, seperti infeksi kulit.

Infeksi ini bisa terjadi jika pengidapnya terus-menerus menggaruk ruam pada kulit, sehingga ruam menjadi basah. Ingat, kondisi ruam basah merupakan kondisi ideal bagi berkembangnya bakteri dan jamur yang bisa menyebabkan infeksi.

Memiliki keluhan pada kulit atau kesehatan lainnya? Kamu bisa lho bertanya langsung ke dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan