Jangan Disepelekan, Diabetes Bisa Sebabkan Neuritis Optik

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   14 Mei 2019
Jangan Disepelekan, Diabetes Bisa Sebabkan Neuritis Optik Jangan Disepelekan, Diabetes Bisa Sebabkan Neuritis Optik

Halodoc, Jakarta - Neuritis optik adalah peradangan yang terjadi akibat saraf optik yang bekerja mentransmisikan informasi visual ke otak menjadi rusak. Gejala umum dari penyakit ini berupa  nyeri dan kehilangan penglihatan sementara pada satu mata. Neuritis optik lebih sering dikaitkan dengan penyakit multiple sclerosis.

Ini karena, multiple sclerosis juga berkaitan dengan kerusakan saraf di otak dan sumsum tulang belakang. Tidak hanya multiple sclerosis, neuritis optik juga bisa disebabkan oleh infeksi lain atau penyakit autoimun, seperti diabetes tipe 1.

Baca Juga: Benarkah Wanita Lebih Rentan Alami Neuritis Optik?

Bagaimana Diabetes Bisa Sebabkan Neuritis Optik?

Peradangan dan kerusakan saraf optik juga bisa disebabkan oleh kelainan autoimun, yaitu adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh dimana sistem imun menyerang sel-sel yang sehat. Dalam kasus diabetes tipe 1, kelainan autoimun ini menyerang selaput myelin. Akibatnya, selaput myelin  meradang, sehingga sinyal visual tidak dapat terkirim dengan baik ke otak. Kondisi inilah yang menyebabkan pengidap diabetes bisa mengalami neuritis optik.  

Gejala Neuritis Optik

Neuritis optik jarang menyerang kedua mata dan lebih sering mengenai satu mata saja. Gejala neuritis optik dapat berupa :

  • Rasa sakit pada mata. Kebanyakan orang yang mengidap neuritis optik mengalami sakit mata yang diperburuk ketika bola mata bergerak. Terkadang rasa sakit terasa, seperti rasa tumpul di belakang mata.

  • Hilangnya penglihatan di satu mata. Tingkat kehilangan penglihatan pengidap neuritis optik bervariasi.  Kehilangan penglihatan biasanya berkembang selama berjam-jam atau berhari-hari dan dapat membaik selama beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Hilangnya penglihatan bersifat permanen juga dapat terjadi.

  • Kehilangan bidang visual. Hilangnya penglihatan samping dapat terjadi dalam pola apa pun.

  • Hilangnya penglihatan warna. Neuritis optik sering mempengaruhi persepsi warna. Pengidap neuritis optik mungkin memperhatikan bahwa warna tampak kurang jelas dari biasanya.

  • Lampu berkedip. Sebagian besar pengidap neuritis optik beranggapan bahwa mereka melihat lampu berkedip saat menggerakan mata.

Baca Juga: 7 Penyakit Tak Biasa Pada Mata

Diagnosis Neuritis Optik

Pemeriksaan untuk mendiagnosis neuritis optik meliputi pemeriksaan mata rutin, tes reaksi pupil terhadap cahaya, serta oftalmoskopi untuk memeriksa struktur di belakang mata, termasuk saraf optik. Beberapa tes penunjang mungkin diperlukan untuk menegakkan diagnosis neuritis optik, seperti:

  • Tes darah untuk memeriksa kemungkinan adanya neuromielitis optik pada kasus neuritis optik yang berat. Hal ini diketahui dengan mendeteksi antibodi terkait.

  • MRI untuk menentukan area kerusakan pada otak.

  • Optical coherence tomography (OCT) untuk memeriksa ketebalan serabut saraf retina yang sering kali lebih tipis dalam kasus neuritis optik.

  • Visual evoked response test untuk menilai kecepatan konduksi elektrik dari saraf optik. Sebab, pada kasus neuritis optik biasanya konduksi elektrik melambat.

Komplikasi Neuritis Optik

Komplikasi yang timbul dari neuritis optik dapat meliputi:

  • Kerusakan saraf optik. Kebanyakan orang mengalami kerusakan saraf optik permanen setelah episode neuritis optik, tapi kerusakannya mungkin tidak menyebabkan gejala.

  • Ketajaman visual menurun. Sebagian besar pengidap mendapatkan kembali penglihatan normal atau mendekati normal dalam beberapa bulan, tapi hilangnya sebagian warna diskriminasi mungkin berlanjut. Bagi sebagian orang, kehilangan penglihatan berlanjut setelah neuritis optik membaik.

  • Efek samping dari perawatan. Obat steroid yang digunakan untuk mengobati neuritis optik dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Efek samping lainnya termasuk perubahan mood dan kenaikan berat badan.

Baca Juga: 4 Gangguan Saraf yang Perlu Diketahui

Kalau kamu mengalami kondisi seperti diatas, jangan ragu untuk bertanya ke dokter Halodoc untuk mengetahui penanganan yang tepat. Gunakan fitur Talk to A Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan