Efek Samping Vaksin DPT yang Dapat Terjadi

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   20 April 2021
Efek Samping Vaksin DPT yang Dapat TerjadiEfek Samping Vaksin DPT yang Dapat Terjadi

Halodoc, Jakarta - Untuk mencegah penyakit berbahaya di kemudian hari, imunisasi perlu diberikan pada anak. Salah satu vaksin yang wajib diberikan pada anak adalah DPT, atau singkatan dari difteri, pertusis, dan tetanus. Seperti namanya, vaksin DPT dapat mencegah tiga penyakit tersebut sekaligus.

Perlu diketahui bahwa penyakit difteri, pertusis, dan tetanus, sama-sama merupakan penyakit yang dapat berisiko menjadi fatal. Itulah sebabnya ketiga penyakit itu perlu dicegah, salah satunya dengan pemberian vaksin DPT saat masih anak-anak. 

Baca juga: Ketahui Manfaat dan Jenis Imunisasi Bagi Bayi

Kemungkinan Efek Samping Vaksin DPT yang Perlu Diketahui

Sebenarnya, setiap vaksinasi memiliki kemungkinan efek samping. Vaksin DPT pun demikian. Beberapa kemungkinan efek samping yang dapat muncul setelah anak diberi vaksin DPT adalah:

  • Demam ringan.
  • Merah, nyeri, dan bengkak pada kulit yang disuntik.
  • Rewel.
  • Kelelahan.

Berbagai risiko efek samping tersebut dapat terjadi dalam satu hingga tiga hari setelah vaksinasi. Namun, tenang saja, karena efek samping seperti demam dan nyeri tersebut dapat diredakan dengan paracetamol atau asetaminofen. 

Jika bingung harus memberikan obat apa untuk anak, ibu bisa gunakan aplikasi Halodoc untuk bertanya pada dokter lewat chat, dan beli obatnya lewat aplikasi juga. Pastikan untuk membaca label kemasan obat dan berikan sesuai dosis dan aturan penggunaan yang tertera.

Baca juga: Ini 5 Dampak Negatif Jika Bayi Tidak Diimunisasi

Lebih Lanjut Mengenai Vaksin DPT

Seperti disebutkan di awal, vaksin DPT adalah vaksin yang dapat mencegah tiga penyakit sekaligus, yakni difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri adalah penyakit infeksi akibat bakteri yang menyerang selaput lendir hidung dan tenggorokan. 

Pertusis, dikenal juga dengan sebutan batuk rejan, juga merupakan infeksi bakteri pada sistem pernapasan, yang menyebabkan batuk parah yang tak kunjung sembuh. Pada anak di bawah satu tahun, infeksi pertusis dapat menyebabkan kondisi serius, yang berujung pada pneumonia, kejang, dan kerusakan otak. 

Sementara itu, tetanus adalah penyakit yang ditandai dengan kekakuan dan kejang otot, serta kelumpuhan. Penyakit ini juga disebabkan oleh infeksi bakteri, tetapi tidak menular dari orang ke orang, melainkan dari luka terbuka yang kotor dan terpapar tanah.

Vaksin DPT pada anak perlu diberikan sebanyak lima kali, yang dimulai sejak usia 2 bulan, hingga 6 tahun. Adapun tiga dosis pertama perlu diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Setelah itu, dosis keempat perlu diberikan pada usia 18 bulan, dan dosis kelima pada usia 5 atau 6 tahun. Selanjutnya, dianjurkan untuk diberikan booster setiap 10 tahun.

Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Pemberian Vaksin DPT

Sebelum memberikan vaksin DPT pada anak, penting untuk memerhatikan kondisinya. Jika jadwal pemberian vaksin sudah tiba, tetapi anak sedang sakit, maka vaksinasi harus ditunda hingga kondisinya membaik. 

Baca juga: Ini Jenis Imunisasi yang Harus Didapatkan Sejak Lahir

Selain itu, jangan berikan imunisasi lanjutan jika anak mengalami:

  • Gangguan sistem saraf atau otak, dalam 7 hari setelah mendapatkan suntikan vaksin DPT.
  • Reaksi alergi berat yang dapat mengancam nyawa setelah divaksin.

Jadi, segera bawa anak ke dokter untuk diperiksa, jika setelah vaksinasi anak mengalami demam tinggi di atas 40 derajat Celsius, tidak berhenti menangis selama 3 jam atau lebih, pingsan, dan kejang. Berbagai gejala tersebut bisa menandakan ada reaksi alergi berat akibat vaksin DPT. 

Meski begitu, kasus alergi atau efek samping berat akibat vaksin DPT tergolong jarang terjadi. Umumnya, efek samping yang terjadi bersifat ringan dan membaik dengan sendirinya dalam beberapa hari. Tentunya, dibanding efek samping ringan, manfaat yang ditawarkan lebih besar. 

Dengan memastikan anak mendapatkan vaksin DPT, ibu telah berupaya untuk melindunginya dari risiko penyakit difteri, pertusis, dan tetanus yang berbahaya di kemudian hari. Jadi, pastikan untuk tidak melewatkan jadwal imunisasi Si Kecil, ya!

Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention CDC. Diakses pada 2021. Vaccine Information Statements (VISs). Diphtheria, Tetanus, and Pertussis (DTaP) VIS.
Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI. Diakses pada 2021. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun.
WebMD. Diakses pada 2021. DTaP and Tdap Vaccines.
Baby Center. Diakses pada 2021. The DTaP vaccine.
Kids Health. Diakses pada 2021. Your Child's Immunizations: Diphtheria, Tetanus & Pertussis Vaccine (DTaP).


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan