Tingkat Kesejahteraan Ekonomi Bisa Pengaruhi Obesitas

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   21 Januari 2019
Tingkat Kesejahteraan Ekonomi Bisa Pengaruhi ObesitasTingkat Kesejahteraan Ekonomi Bisa Pengaruhi Obesitas

Halodoc, Jakarta - Meski di beberapa daerah masih ditemukan anak yang mengalami gizi buruk, obesitas kini mulai menjadi salah satu masalah gizi pada masyarakat yang cukup mengkhawatirkan. Kegemukan alias obesitas adalah penumpukkan lemak yang tidak normal atau berlebihan di dalam tubuh. Kondisi ini jika dibiarkan terus menerus dapat berpengaruh pada kesehatan pengidapnya. Faktanya, penyakit ini tidak hanya berdampak pada penampilan fisik pengidapnya, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit seperti penyakit jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi. Selain itu, pengidapnya dapat mengalami gangguan psikologis seperti stres dan depresi.

Perlu dipahami bahwa orang yang memiliki perawakan gemuk belum tentu mengalami obesitas, sementara mereka yang obesitas sudah pasti gemuk. Untuk menentukan apakah seseorang termasuk dalam obesitas atau tidak, terdapat beberapa cara menentukannya yakni dengan mengukur:

  • Body Mass Index (BMI).

  • Lingkar pinggang.

  • Rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP).

  • Tebal lipatan kulit menggunakan alat ukur yang bernama skinfold.

Baca Juga: Hati-Hati, Obesitas bisa Memperparah Rheumatoid Arthritis

Penyebab Obesitas

Obesitas disebabkan oleh banyak sekali faktor. Namun, yang pasti seseorang mengalami obesitas saat ia konsumsi makanan dengan kadar kalori yang berlebihan dalam tubuh. Penumpukkan kadar kalori ini pun akhirnya disimpan oleh tubuh sebagai lemak, apalagi jika seseorang cenderung tidak aktif bergerak, jarang olahraga, risiko obesitas semakin tinggi.

Kaitan Antara Tingkat Ekonomi dengan Obesitas

Selain itu, tingkat kesejahteraan akan diyakini dapat membuat seseorang mengalami obesitas. Saat pendapatan seseorang semakin besar, maka ia cenderung untuk dapat menuruti kemauannya seperti membeli makanan yang mengandung banyak kalori, manis, atau berlemak. Apalagi jika sedang stres akibat pekerjaan, seseorang cenderung untuk lebih banyak mengonsumsi makanan dan jika tidak dikontrol hal ini akan menyebabkan seseorang mengalami obesitas.

Baca Juga: Kebiasaan Melewatkan Sarapan Bisa Sebabkan Obesitas

Terdapat hal lain terkait hubungan antara obesitas dan kesejahteraan terutama masalah penghasilan. Berbagai penelitian menunjukkan orang yang kelebihan berat badan dipandang sebagai kurang teliti, kurang menyenangkan, kurang stabil secara emosional, kurang produktif, malas, kurang disiplin, tidak jujur, ceroboh, jelek, tidak menarik secara sosial, dan masih banyak sekali.

Stereotip-stereotip yang terbentuk di masyarakat ini pun menyebabkan orang yang mengalami obesitas mengalami perlakukan diskriminatif. Oleh karena itu, mungkin tidak mengherankan bahwa beberapa penelitian telah memberikan bukti kuat bahwa pengidap obesitas biasanya kurang dipercaya untuk menempati posisi penting di perusahaan atau sekadar naik jabatan. Sehingga para pengidap obesitas di negara-negara maju cenderung mendapatkan penghasilan lebih rendah ketimbang mereka yang memiliki berat badan ideal.  

Selain itu, orang yang hidup dalam kelompok sosial ekonomi rendah menghadapi resiko obesitas yang lebih besar karena kendali yang lebih kecil atas lingkungan, makanan sehat, maupun latihan olahraga. Makanan sehat di pasaran kini memiliki harga yang mahal sehingga banyak orang yang beralih ke makanan tidak sehat yang memiliki harga lebih  murah.

Baca Juga:  10 Dampak Negatif Obesitas yang Harus Kamu Ketahui

Apakah kamu memiliki masalah kelebihan berat badan? Atau ingin tahu cara yang tepat untuk menurunkan berat badan? Kamu bisa bertanya langsung kepada dokter ahli melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan