Ketahui Fakta Fototerapi untuk Menangani Vitiligo

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   07 April 2020
Ketahui Fakta Fototerapi untuk Menangani VitiligoKetahui Fakta Fototerapi untuk Menangani Vitiligo

Halodoc, Jakarta – Salah satu kelainan yang bisa menyerang kulit adalah vitiligo. Penyakit ini menyebabkan warna kulit memudar dan bisa terjadi pada wajah, bibir, tangan, kaki, lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Vitiligo bisa terjadi pada siapa saja, tapi lebih rentan terjadi pada remaja berusia 20 tahun. Perubahan warna kulit pada pengidap vitiligo disebabkan karena tubuh berhenti memproduksi pigmen.

Ada beberapa jenis pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi vitiligo, salah satunya terapi sinar UV alias fototerapi. Terapi ini dilakukan jika vitiligo telah menyebar luas dan tidak bisa ditangani dengan obat oles. Sinar UV dipaparkan ke area kulit yang terinfeksi vitiligo. Sebelum prosedur ini dilakukan, pengidap diberi psoralen agar kulitnya lebih sensitif pada sinar UV.

Baca Juga: Memakai Skincare yang Salah, Bisa Memicu Terkena Vitiligo?

Cara Mengobati Vitiligo

Perubahan warna kulit pada pengidap vitiligo disebabkan karena tubuh berhenti memproduksi pigmen. Akibatnya, muncul bercak putih yang kontras dengan warna kulit asli. Berhentinya produksi pigmen tubuh disebabkan oleh kelainan genetik, penyakit autoimun, stres, kulit terbakar akibat paparan sinar UV matahari, serta paparan bahan kimia.

Segera bicara pada dokter jika warna rambut, kulit, dan mata memudar. Sebab bisa jadi, perubahan warna ini menjadi tanda vitiligo. Biasanya dokter melakukan diagnosis vitiligo lewat pemeriksaan kulit menggunakan lampu ultraviolet. Setelah diagnosis ditetapkan, pengidap vitiligo diobati dengan konsumsi obat, fototerapi, hingga pembedahan. Atau kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc untuk berbicara pada dokter.

Sampaikan gejala yang dialami melalui Video/Voice Call dan Chat. Kamu juga bisa menyampaikan keluhan atau gejala penyakit lain. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Kamu bisa download aplikasi Halodoc di App Store dan Google Play!

Baca Juga: Serba-Serbi Bayi Kuning, Ini yang Perlu Diketahui

Fototerapi untuk mengatasi vitiligo umumnya dilakukan sebanyak tiga kali tiap minggu selama 6–12 bulan. Prosedur ini dikombinasikan dengan terapi laser, obat prednisolon, vitamin D, dan obat azathioprine yang berpengaruh pada daya tahan tubuh. Sama seperti terapi lainnya, fototerapi memiliki efek samping yang perlu diwaspadai. Paparan sinar UV yang dipaparkan tidak sesuai standar bisa merusak kulit, memicu penuaan dini, hingga meningkatkan risiko kanker kulit.

Fototerapi yang dilakukan terlalu sering bisa menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), membuat tubuh rentan terhadap infeksi penyakit. Efek samping lain yang perlu diwaspadai adalah mata lebih sensitif terhadap cahaya dan risiko katarak meningkat. Fototerapi tidak dianjurkan pada ibu hamil, ibu menyusui, orang yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker kulit, serta pengidap penyakit hati dan lupus.

Selain fototerapi, ada beberapa cara pengobatan lain yang juga bisa diterapkan untuk mengatasi vitiligo, seperti penggunaan obat oles dan konsumsi obat-obatan tertentu hingga prosedur bedah. Pada pengidap vitiligo, prosedur bedah akan dilakukan jika fototerapi tidak memberi efek yang baik. Prosedur bedah yang bisa dilakukan adalah cangkok kulit, blister grafting, serta mikropigmentasi.

Baca Juga: Apakah Vitiligo Dapat Disembuhkan? Ini Faktanya

Kondisi ini sama sekali tidak boleh dianggap sepele. Sebab vitiligo yang tidak ditangani dapat terus berkembang dan mengakibatkan beberapa komplikasi seperti stres sosial dan psikologis, peradangan pada bagian hitam mata (iritis), kulit mudah terbakar sinar matahari, kanker kulit, hingga penyakit autoimun, seperti penyakit Addison, hipertiroidisme, atau lupus.

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2020. Treatment options for Vitiligo.
American Academy of Dermatology. Diakses pada 2020. Vitiligo.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Vitiligo.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan