Faktor yang Meningkatkan Risiko Terkena Tarsal Tunnel Syndrome

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   14 Agustus 2019
Faktor yang Meningkatkan Risiko Terkena Tarsal Tunnel SyndromeFaktor yang Meningkatkan Risiko Terkena Tarsal Tunnel Syndrome

Halodoc, Jakarta - Tergolong penyakit langka, tarsal tunnel syndrome adalah gangguan yang terjadi pada saraf di antara tabung metatarsal. Sindrom ini menyebabkan sensasi terbakar pada pergelangan kaki dan kaki bagian bawah. Risiko tarsal tunnel syndrome dapat meningkat pada orang yang sering berolahraga atau yang pekerjaannya membutuhkan aktivitas fisik yang berat.

Penyebab umum dari tarsal tunnel syndrome adalah saraf tibial atau cabangnya di sisi pergelangan kaki dan kaki bagian bawah terjepit. Tekanan tersebut dapat terjadi karena cedera seperti retak dan terkilir serius. Pada beberapa kasus, sindrom ini dapat disebabkan oleh tumor lokal dan masalah lain misalnya ukuran sepatu yang tidak sesuai.

Baca juga: 4 Gangguan Saraf yang Perlu Diketahui

Namun ada beberapa faktor yang juga dapat meningkatkan risiko tarsal tunnel syndrome pada seseorang, yaitu:

  • Lemak.

  • Arthritis, rematik atau rheumatoid arthritis.

  • Cedera pergelangan kaki.

  • Peradangan selubung tendon.

  • Kelainan bawaan berupa telapak kaki yang datar.

Tidak memiliki faktor risiko bukan berarti kamu tidak bisa mengalami kondisi ini. Beberapa faktor risiko yang telah disebutkan hanyalah referensi. Lebih lanjutnya, diskusikanlah dengan dokter, agar penanganan bisa dilakukan sesegera mungkin. Sekarang, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan juga bisa dilakukan di aplikasi Halodoc, lho. Lewat fitur Talk to a Doctor, kamu bisa obrolkan langsung gejalamu melalui Chat atau Voice/Video Call.

Gejala yang Dialami Pengidap Tarsal Tunnel Syndrome

Ketika terserang tarsal tunnel syndrome, seseorang dapat mengalami gejala-gejala seperti:

  • Rasa sakit yang luar biasa, mati rasa atau kesemutan di pergelangan kaki sampai ke telapak kaki.

  • Kehilangan kemampuan merasakan pada kaki.

  • Rasa sakit semakin parah pada malam hari, saat bergerak, dan berkurang saat beristirahat.

  • Rasa sakit sering tiba-tiba datang silih berganti.

Baca juga: 5 Gejala Penyakit Saraf yang Perlu Diketahui

Seiring waktu, tarsal tunnel syndrome dapat membuat pengidapnya kehilangan mobilitas kaki, karena saraf yang tidak lagi aktif. Pada beberapa kasus, hilangnya fungsi saraf juga dapat membuat gaya berjalan menjadi aneh, tapi tidak sampai menjadi lumpuh. 

Jadi, jika kamu mengalami berbagai gejala yang telah disebutkan tadi, segera lakukan pemeriksaan, ya. Untuk melakukan pemeriksaan, kini kamu bisa langsung buat janji dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc, lho. Jadi, pastikan kamu sudah download aplikasinya di ponselmu, ya.

Bagaimana Mengatasi Tarsal Tunnel Syndrome?

Gejala tarsal tunnel syndrome dapat dikurangi dengan obat anti radang, tetapi tidak dapat mengurangi tekanan pada saraf. Untuk meredakan tekanan pada saraf, pengidap perlu mengenakan alas sepatu medis. Alas sepatu medis membantu mendistribusikan ulang berat badan dan menghilangkan tekanan pada saraf pergelangan kaki. 

Sebagai tambahan, olahraga atau perubahan ukuran sepatu juga penting untuk mengurangi tekanan pada pergelangan kaki. Jika perawatan seperti ini tidak efektif atau jika disebabkan oleh penyakit lainnya, dokter akan menyarankan operasi untuk mengurangi tekanan pada saraf.

Baca juga: Tips Simpel Mencegah Gangguan Saraf Sejak Dini

Namun, penanganan dengan operasi mempunyai sejumlah risiko dan rasa sakit tidak langsung hilang setelah operasi. Jaringan parut juga dapat terbentuk di sekitar saraf setelah operasi atau kerusakan saraf tidak bisa disembuhkan. Selain itu, pemulihan pasca operasi mungkin berlangsung selama beberapa bulan.

Sementara itu, gaya hidup dan pengobatan rumahan yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi tarsal tunnel syndrome adalah:

  • Gunakan obat sesuai petunjuk dokter.

  • Beristirahat dan angkat kaki secara teratur.

  • Jaga kebersihan kaki dan periksakan kaki secara berkala.

  • Pakai sepatu yang pas untuk setiap aktivitas.

  • Jangan berolahraga selama masa pengobatan karena hanya akan membuat penyakit bertambah buruk.

Referensi:
Medical News Today (Diakses pada 2019). What to know about tarsal tunnel syndrome
Medscape (Diakses pada 2019). Tarsal Tunnel Syndrome
Healthline (Diakses pada 2019). Recognizing and Treating Tarsal Tunnel Syndrome