Fimosis Umum Terjadi Jika Belum Disunat?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   02 Agustus 2023
Fimosis Umum Terjadi Jika Belum Disunat?Fimosis Umum Terjadi Jika Belum Disunat?

Halodoc, Jakarta – Fimosis adalah adalah suatu kondisi di mana kulup tidak dapat ditarik kembali di area di sekitar ujung penis. Kulit khatan yang ketat ini kerap terjadi pada bayi laki-laki yang tidak disunat, tetapi biasanya kembali normal di usia 3 tahun. 

Fimosis dapat terjadi secara alami atau akibat dari jaringan parut. Anak laki-laki mungkin tidak memerlukan pengobatan untuk fimosis, kecuali jika mengalami kesulitan buang air kecil. Informasi selengkapnya mengenai fimosis bisa dibaca di bawah ini!


Tidak Hanya Karena Belum Sunat

Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh University of California, San Francisco Department of Urology disebutkan fimosis fisiologis yaitu anak-anak yang dilahirkan dengan kulup ketat saat biasanya akan sembuh dengan sendirinya. Namun, terkadang ada kondisi di mana kulup tetap tidak dapat turun. 

Peradangan atau infeksi kulup dapat menyebabkan fimosis pada anak laki-laki. Salah satu infeksi yang dapat menyebabkan balanitis disebut lichen sclerosus. Ini adalah kondisi kulit yang mungkin dipicu oleh respon imun abnormal atau ketidakseimbangan hormon.

Gejalanya bisa berupa bintik-bintik putih atau bercak di kulit khatan. Kulit mungkin menjadi gatal dan mudah sobek.

Beberapa kasus fimosis tidak perlu diobati dan tinggal menunggu saja apakah bisa kembali seperti semula seiring pertambahan usia anak atau tidak. Namun, jika fimosis menyebabkan gangguan ereksi atau malah membuat kesulitan buang air kecil, ini menunjukkan kalau kamu butuh bantuan dokter. 

Pada orang dewasa ada sejumlah faktor yang juga dapat meningkatkan risiko fimosis. Baca lebih lanjut informasinya dalam artikel: 5 Faktor yang Tingkatkan Terjadinya Fimosis.

Fimosis yang Terinfeksi

Infeksi berulang pada kelenjar atau kulup juga harus dievaluasi oleh dokter. Tanda-tanda infeksi mungkin termasuk:

  1. Perubahan warna kelenjar atau kulup.
  2. Adanya bintik-bintik atau ruam.
  3. Rasa sakit.
  4. Sensasi gatal.
  5. Pembengkakan.

Bagaimana mengatasi fimosis? Pemeriksaan fisik dan tinjauan gejala biasanya cukup untuk mendiagnosis fimosis ataupun kondisi yang menjadi penyebabnya. Mengobati balanitis atau infeksi jenis lain biasanya dimulai dengan mengambil sampel dari kulit khatam untuk diperiksa di laboratorium, 

Jika ternyata terinfeksi bakteri, maka pengobatannya akan membutuhkan antibiotik, sedangkan infeksi jamur mungkin memerlukan salep antijamur. Jika tidak ada infeksi atau penyakit lain yang menyebabkan fimosis, tampaknya kulit khatan ketat hanyalah perkembangan yang terjadi secara alami, mungkin bisa dilakukan beberapa pilihan pengobatan. Baca lebih lanjut mengenai pilihan pengobatan fimosis dalam artikel: Rentan Dialami Si Kecil, Inilah Cara Mengatasi Fimosis.

Pilihan pengobatan ini tergantung pada tingkat keparahan kondisinya, gerakan yang diarahkan ke kulup yang tersangkut bisa jadi upaya taktis untuk mengatasi masalah tersebut. Salep steroid topikal dapat digunakan untuk membantu melembutkan kulup dan membuat retraksi lebih mudah. 

Salep ini dipijat ke daerah sekitar kelenjar dan kulup dua kali sehari selama beberapa minggu. Dalam kasus yang lebih serius, sunat atau prosedur bedah sangat mungkin diperlukan. Sunat adalah pengangkatan seluruh kulit khatan. 

Operasi pengangkatan sebagian dari kulup juga dimungkinkan tergantung kondisi yang dialami. Sedangkan sunat biasanya dilakukan pada masa bayi, operasi dapat dilakukan pada laki-laki dari segala usia.

Itulah penjelasan mengenai pertanyaan apakah fimosis umum terjadi ketika anak belum disunat. Jika kamu masih memiliki pertanyaan seputar kondisi ini, sebaiknya tanyakan langsung pada dokter.

Referensi:

University of California, San Francisco Department of Urology. Diakses pada 2020. Phimosis.
Healthline. Diakses pada 2020. Everything You Should Know About Phimosis.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan