Gangguan Pola Asuh Pemicu Anak Melakukan Kekerasan pada Orang Dewasa

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   12 Februari 2019
Gangguan Pola Asuh Pemicu Anak Melakukan Kekerasan pada Orang DewasaGangguan Pola Asuh Pemicu Anak Melakukan Kekerasan pada Orang Dewasa

Halodoc, Jakarta – Kekerasan ternyata tidak hanya bisa dilakukan antar orang dewasa, antar anak kecil ataupun orang dewasa kepada anak kecil. Kekerasan juga bisa mungkin dilakukan anak kecil kepada orang dewasa. Kabar mengejutkan datang dari SMP Negeri 2 Galesong Selatan (Sulawesi), di mana seorang petugas kebersihan dikeroyok para siswa dan ayah salah seorang siswa.

Peristiwa kekerasan ini bermula dari petugas kebersihan yang menampar seorang siswa karena kesal dimaki terus-menerus. Tidak membenarkan apa yang dilakukan oleh petugas kebersihan, namun perilaku orangtua yang turut melakukan pengeroyokan bersama para siswa yang lain juga bukan sesuatu yang bisa dibenarkan.

Baca juga: Ini Pola Asuh Sehat untuk Tumbuh Kembang Anak

Menurut psikolog pernikahan dan keluarga Karyl McBride, Ph.D, dari  University of Northern Colorado, mengatakan kekerasan yang dilakukan anak sangat besar hubungannya dengan pola asuh salah yang diterapkan oleh orangtua.

Dan salah satu pola asuh yang memicu anak melakukan kekerasan adalah pola asuh narsistik di mana orangtua menunjukkan rasa sayang dengan tidak bertindak tegas pada anak. Kerap kali orangtua membiarkan anak melakukan kesalahan dengan alasan menegur bisa membuat anak menangis dan mengiyakan apa yang diminta adalah wujud rasa sayang.

Padahal, tidak selamanya apa yang diminta anak baik untuk anak. Tidak selamanya apa yang dilakukan anak memang baik untuk terus dilakukan. Akibatnya, membiasakan berkata iya membuat anak menjadi manja dan terfokus pada diri sendiri yang disebut dengan narsistik.

Baca juga: Memahami Psikologi Remaja Lewat Karakter Euis di Film Keluarga Cemara

Sifat-sifat narsisme akan tumbuh menjadi destruktif seiring dengan perjalanan waktu dan pertambahan usia. Tidak hanya berhenti disitu saja, sifat destruktif ini sejatinya akan membuat anak menjadi kurang berempati dan tidak memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan emosi orang lain. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh seperti ini cenderung menjadi tidak bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukannya dan malahan menyalahkan orang lain.

Paparan Media dan Kebebasan Menggunakan Gadget

Selain peran dan pola asuh orangtua, di era sekarang ini paparan media massa dan kebebasan yang diberikan orangtua kepada anak dalam hal menggunakan gadget menjadi pemicu lainnya akan melakukan kekerasan ke lingkungannya.

Namanya dunia internet pasti ada banyak informasi yang semestinya belum saatnya dikonsumsi menjadi santapan anak-anak. Anak yang tidak cukup usia dalam memberikan respons jadinya bisa meniru apa yang dilihatnya, padahal belum tentu itu benar untuk dilakukan.

Kemudian, “rasa sayang” orangtua yang ditunjukkan dalam bentuk permainan gadget, sebenarnya adalah racun yang memangkas waktu berkualitas bersama anak dan membuat anak teradiksi dengan hal-hal yang tidak baik untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Baca juga: Si Kecil Penakut? Ini Kiat Mengatasinya

Pendekatan terbaik yang dilakukan orangtua kepada anak adalah menerapkan sikap empati dan berlaku tegas. Bantu anak-anak memahami dinamika kehidupan dan menerima perbedaan emosi lingkungan. Bersikaplah tegas, jangan setengah-setengah. Katakan iya bila iya dan tidak bila tidak. Terkadang pengalaman tidak mengenakkan yang terjadi pada anak justru membentuk anak menjadi pribadi yang lebih kuat dan tangguh.

Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai gangguan pola asuh yang memicu anak melakukan kekerasan serta penanganan dan pencegahannya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan