Gejala Penyakit Addison yang Harus Diwaspadai

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   17 November 2018
Gejala Penyakit Addison yang Harus DiwaspadaiGejala Penyakit Addison yang Harus Diwaspadai

Halodoc, Jakarta – Penyakit Addison adalah gangguan akibat rusaknya kelenjar adrenal yang berdampak pada berkurangnya produksi hormon steroid, yaitu kortisol dan aldosteron. Tidak memadainya kadar hormon tersebut berdampak pada menurunnya tekanan darah secara drastis akibat ketidakmampuan tubuh mengeluarkan garam dan air melalui urine. Meskipun jarang terjadi, penyakit ini banyak ditemui pada wanita berusia 30 - 50 tahun. Jika dibiarkan tanpa penanganan, penyakit Addison bisa membahayakan tubuh.

Gejala Penyakit Addison Sulit Dideteksi

Gejala penyakit Addison mirip dengan gangguan kesehatan lainnya, sehingga sulit dideteksi. Namun secara umum, gejala awal penyakit Addison yang bisa diamati berupa rasa lelah berlebihan, mudah mengantuk, otot melemah, emosi tidak stabil, nafsu makan berkurang, meningkatnya frekuensi buang air kecil, sering haus, penurunan berat badan, serta keinginan mengonsumsi makanan asin.

Gejala tersebut bisa berkembang secara perlahan dalam waktu beberapa bulan, sehingga menyebabkan kulit menghitam (hiperpigmentasi), kadar gula darah menurun (hipoglikemia), mual, muntah, diare, nyeri perut, tekanan darah rendah, rambut rontok, depresi, siklus menstruasi tidak teratur, dan disfungsi seksual pada wanita.

Jika dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini bisa memicu terjadinya krisis Addison atau gagal adrenal akut. Gejala yang muncul berupa:

  • Ruam kulit.

  • Nyeri pada punggung, perut dan kaki.

  • Muntah dan diare yang memicu dehidrasi.

  • Tingginya kadar kalium (hiperkalemia).

  • Rendahnya kadar natrium darah (hiponatremia).

  • Tekanan darah rendah.

  • Berkeringat terus-menerus.

  • Detak jantung lebih cepat dibanding normal.

  • Kulit pucat, dingin dan basah.

  • Otot melemah.

  • Sesak napas atau napas menjadi cepat dan pendek.

  • Penurunan kesadaran hingga pingsan.

Faktor yang meningkatkan risiko terjadinya krisis Addison adalah riwayat penyakit Addison, pasca operasi kelenjar adrenal, kerusakan pada kelenjar hipofisis, tidak rutin mengonsumsi obat untuk penyakit Addison, mengalami dehidrasi berat, serta trauma fisik dan stres berat.

Terdapat Dua Jenis Penyakit Addison

Berikut dua jenis penyakit Addison berdasarkan penyebabnya:

1. Insufisiensi Adrenal Primer

Terjadi akibat rusaknya korteks pada kelenjar adrenal, sehingga tubuh tidak memproduksi hormon dalam jumlah yang memadai. Jenis ini termasuk penyakit autoimun karena sistem imun menganggap korteks adrenal sebagai benda asing, sehingga akan dihancurkan.

Penyebab lainnya adalah infeksi pada kelenjar adrenal, penyebaran kanker ke kelenjar adrenal, penumpukan protein yang merusak adrenal (amiloidosis), penyakit genetik yang memengaruhi kelenjar adrenal, dan sel saraf otak (adrenoleukodistrofi), serta efek samping pengobatan sindrom Cushing.

2. Insufisiensi Adrenal Sekunder

Terjadi karena gangguan pada kelenjar pituitari atau hipofisis. Penyebab lainnya adalah berhenti terapi kortikosteroid secara mendadak pada pengidap penyakit kronis, seperti asma dan artritis.

Diagnosis dan Pengobatan Penyakit Addison

Diagnosis penyakit Addison dilakukan dengan menanyakan riwayat gejala yang dialami, serta melakukan pemeriksaan fisik berupa tes darah, tes stimulasi ACTH, tes hormon tiroid, tes hipoglikemia induksi insulin dan tes pencitraan (seperti CT scan atau MRI).

Penyakit ini perlu segera diobati setelah diagnosis ditetapkan untuk mencegah terjadinya krisis Addison. Pengobatan yang biasa dilakukan berupa:

  • Terapi hormon. Tujuannya untuk menggantikan jumlah hormon steroid yang berkurang dan tidak bisa diproduksi tubuh.

  • Konsumsi obat golongan kortikosteroid, baik dalam bentuk tablet atau suntik. Jika diberikan dalam dosis tinggi, pemberian obat ini bisa menimbulkan efek samping berupa insomnia, osteoporosis, dan perubahan suasana hati.

Selama masa pengobatan, pengidap Addison perlu memeriksakan diri ke dokter secara rutin tiap 6 bulan atau 1 tahun. Tujuannya untuk memantau perkembangan pengobatan, serta menyesuaikan dosis obat bila diperlukan. Kalau kamu punya pertanyaan lain seputar penyakit Addison, tanya dokter Halodoc untuk mendapat jawaban terpercaya. Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk bertanya pada dokter via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!

Baca Juga:

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan