Gejala Proktitis yang Perlu Diwaspadai

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   28 Oktober 2019
Gejala Proktitis yang Perlu DiwaspadaiGejala Proktitis yang Perlu Diwaspadai

Halodoc, Jakarta - Peradangan bisa terjadi pada bagian tubuh mana saja, bahkan hingga ke saluran pada sistem tertentu yang letaknya jauh berada di dalam tubuh. Salah satunya adalah proktitis, peradangan pada anus dan lapisan dalam rektum. Rektum ini menjadi bagian paling akhir dari usus besar yang berujung pada anus. Ketika seseorang mengalami proktitis, maka muncul rasa tidak nyaman dan selalu ingin buang air besar. 

Proktitis bisa terjadi karena banyak hal. Termasuk infeksi, penyakit peradangan pada usus, penggunaan antibiotik, makanan, melakukan terapi radiasi untuk mengatasi kanker, pernah melakukan operasi usus besar, dan penumpukan sejenis sel darah putih pada lapisan rektum yang sering terjadi pada anak-anak berusia di bawah 2 tahun. Kondisi ini semakin berisiko jika pengidap melakukan hubungan seksual yang tidak aman. 

Gejala Proktitis yang Harus Diketahui

Proktitis bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia. Bahkan, balita dan anak-anak juga memiliki risiko yang sama tingginya untuk terserang penyakit peradangan ini. Gejala umum dari proktitis yang terlihat adalah keinginan untuk selalu buang air besar, terjadi perdarahan pada rektum, keluar lendir dari bagian rektum, diare, rasa sakit ketika buang air besar, rektum terasa penuh, dan perut bagian kiri terasa sakit. 

Baca juga: Awas, Fistula Ani Bisa Sebabkan Komplikasi

Tentu saja, ini membuat kamu menjadi tidak nyaman. Jadi, kalau kamu mengalami salah satu gejalanya, jangan sampai tunda untuk mengecek kondisi kesehatan ke dokter. Beberapa gejala proktitis terlihat mirip dengan gangguan kesehatan yang menyerang saluran pencernaan lainnya, jadi kamu tidak boleh membiarkan kondisi ini berkembang hingga menjadi lebih buruk. Buat janji saja dengan dokter ahli langganan kamu di rumah sakit terdekat. Gunakan aplikasi Halodoc supaya lebih mudah. 

Proktitis yang tidak mendapatkan penanganan atau tidak ditangani dengan baik memicu komplikasi seperti halnya penyakit lain yang turut tidak mendapatkan penanganan. Pada kasus proktitis, komplikasi yang terjadi termasuk anemia, infeksi dengan nanah atau abses pada area yang mengalami infeksi, munculnya borok pada dinding rektum bagian dalam, fistula rektovagina (terbentuknya saluran yang abnormal antara rektum dan vagina yang menyebabkan feses bisa keluar dari vagina), dan fistula ani

Baca juga: Hati-Hati dengan 4 Jenis Radang Usus Ini

Ketahui Pengobatan dan Pencegahannya

Sebelum menentukan pengobatan yang tepat, dokter melakukan beberapa pemeriksaan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan terkait proktitis termasuk kolonoskopi, pemeriksaan darah, pemeriksaan terkait infeksi menular seksual, pemeriksaan feses, dan sigmoidoskopi fleksibel. 

Jika kamu positif terdiagnosis mengalami proktitis, pengobatan yang bisa dilakukan adalah mengonsumsi obat antiinflamasi untuk mengurangi peradangan dan meredakan nyeri. Lalu, obat antibiotik, antijamur atau antivirus untuk mematikan infeksi menular seksual atau jenis infeksi lainnya. Konsumsi obat imunosupresan untuk mengatasi penyakit Crohn atau masalah autoimun lainnya. 

Baca juga: Perlu Tahu, 3 Jenis dan Penanganan Radang Usus

Jika terapi obat tidak memberikan hasil yang diinginkan, mungkin dilakukan pembedahan, dan kamu disarankan untuk menggunakan pelunak feses apabila terjadi penyumbatan pada bagian rektum. Jadi, agar terhindar dari bahaya proktitis, sebaiknya tidak melakukan hubungan intim secara anal dan tidak berganti pasangan dalam berhubungan. Hindari pula hubungan intim dengan pengidap PMS dan gunakan pengaman ketika melakukan hubungan intim berisiko. 

Referensi: 
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Proctitis.
Healthline. Diakses pada 2019. Proctitis.
WebMD. Diakses pada 2019. Proctitis.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan