Gejala Splenomegali yang Sering Diabaikan

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   11 Desember 2018
Gejala Splenomegali yang Sering DiabaikanGejala Splenomegali yang Sering Diabaikan

Halodoc, Jakarta – Splenomegali ditandai dengan pembesaran organ limpa akibat infeksi penyakit tertentu. Dalam kondisi normal, ukuran limpa hanya berkisar 11 - 20 sentimeter dengan berat 500 gram. Sementara pada pengidap splenomegali, ukuran limpa bisa lebih besar dari 20 sentimeter dengan berat lebih dari 1 kilogram.

Kondisi ini berdampak pada berkurangnya sel darah merah yang terangkut dalam aliran darah dan rusaknya jaringan limpa. Pada kasus yang parah, splenomegali menyebabkan limpa pecah dan terjadi perdarahan internal yang fatal.

Waspada Gejala Splenomegali untuk Cegah Komplikasinya

Splenomegali tidak memiliki gejala spesifik karena umumnya, gejala yang muncul mirip dengan penyakit lain. Gejala tersebut di antaranya nyeri pada perut bagian atas, perut kembung, mudah lelah, demam, berkeringat di malam hari, kulit pucat, berat badan menurun karena cepat kenyang, serta mudah mengalami infeksi dan pendarahan. Rasa kenyang yang terjadi pada pengidap penyakit ini disebabkan oleh pembesaran limpa yang menekan lambung, yakni organ yang berada persis di sebelah limpa.

Splenomegali yang tidak segera diatasi bisa menurunkan jumlah sel darah merah, trombosit dan sel darah putih dalam darah. Kondisi ini terjadi karena ukuran limpa yang semakin membesar dan menekan organ tubuh lain, sehingga aliran darah ke limpa bisa terganggu. Akibatnya, pengidap rentan mengalami infeksi (seperti anemia) dan pendarahan akibat limpa bocor atau pecah.

Segera Bicara pada Dokter Jika Mengalami Gejala Tersebut

Kalau kamu mengalami gejala tersebut, segera bicara pada dokter untuk mencari tahu penyebab dan mendapat penanganan yang tepat. Dokter biasanya melakukan pemeriksaan fisik dengan meraba area sekitar limpa, tujuannya untuk memastikan penyebab nyeri.

Tes pencitraan (seperti USG) dan tes darah bisa dilakukan untuk memastikan diagnosis. Tes darah bertujuan untuk mengetahui jumlah, bentuk dan komposisi darah dalam tubuh. Jika perlu, diagnosis splenomegali dilanjutkan dengan tes fungsi hati, biopsi sumsum tulang dan MRI untuk mengetahui tingkat kelancaran aliran darah menuju limpa.

Pengobatan splenomegali disesuaikan dengan akar penyebabnya. Jika terjadi akibat infeksi bakteri, dokter akan meresepkan obat antibiotik. Sementara jika penyebab splenomegali adalah kanker darah, pengobatan yang dilakukan berupa pemberian obat-obatan dan kemoterapi. Splenomegali yang sudah mengalami komplikasi bisa diatasi dengan operasi untuk mengangkat limpa (splenektomi). Namun, prosedur operasi memerlukan pertimbangan mendalam karena tanpa adanya limpa, seseorang rentan mengalami infeksi penyakit serius (seperti pneumonia dan meningitis).

Splenomegali Bisa Dicegah dengan Cara Ini

Cara mencegah splenomegali adalah menghindari faktor risiko splenomegali, yakni mengurangi konsumsi alkohol untuk mencegah sirosis hati dan menjalani vaksinasi jika hendak bepergian ke daerah endemis malaria. Kamu juga dianjurkan untuk mencegah cedera pada limpa dengan menjaga keamanan dan keselamatan diri, misalnya menggunakan helm saat mengendarai motor dan sabuk pengaman saat mengendarai mobil.

Itulah gejala splenomegali yang perlu diwaspadai. Jika ada pertanyaan lain seputar splenomegali, tanya dokter Halodoc untuk mendapat jawaban yang terpercaya. Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk bertanya pada dokter via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!

Baca Juga:

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan