Gejalanya Mirip, Ini Perbedaan Antara Parkinson dan Dystonia

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   13 November 2018
Gejalanya Mirip, Ini Perbedaan Antara Parkinson dan DystoniaGejalanya Mirip, Ini Perbedaan Antara Parkinson dan Dystonia

Halodoc, Jakarta – Dystonia adalah kondisi ketika otot mengencang tanpa sadar. Gejalanya mungkin ringan atau berat dan setiap orang dengan parkinson terpengaruh secara berbeda. Dystonia biasanya merupakan hasil dari parkinson itu sendiri dan disebabkan oleh rendahnya tingkat dopamine. Penyakit ini lebih umum terjadi pada orang yang telah didiagnosis dengan parkinson pada usia yang lebih muda (di bawah 40 tahun), tetapi dapat memengaruhi siapapun dengan kondisi tersebut.

Dystonia lebih cenderung memengaruhi sisi tubuh yang paling terpengaruh oleh parkinson. Hal ini dapat memengaruhi otot tunggal atau sekelompok otot, tetapi untuk orang-orang dengan parkinson sering memengaruhi kaki. Bahkan, dystonia juga dapat memengaruhi tangan, kelopak mata, dan pita suara.

Penyakit parkinson adalah gangguan gerakan neurologis dengan berbagai gejala termasuk kelambatan gerakan, kekakuan otot, gangguan memori, dan lain-lain. Baik penyakit parkinson dan dystonia dapat muncul di orang yang sama karena mereka tampaknya berasal dari bagian otak yang sama, yakni ganglia basalis. Kadang-kadang gejala yang mirip dengan penyakit parkinson (parkinsonism) muncul bersama dengan dystonia karena cacat genetik, seperti pada kondisi langka dan x-linked dystonia parkinsonism.

Namun, penyebab paling umum dari dystonia pada pasien parkinson adalah dystonia sekunder yang timbul dari efek mengobati penyakit parkinson menggunakan obat dan levodopa. Levodopa adalah zat kimia yang berubah menjadi dopamine sebagai pembawa pesan kimiawi di otak.

Kelangkaan dopamine menyebabkan parkinson dan dopamine juga dianggap berperan dalam dystonia meskipun apa sebenarnya peran ini belum sepenuhnya diklarifikasi. Anehnya, dystonia disebabkan ketika efek Levodopa terlalu kuat dan terlalu lemah. Dystonia off-period terjadi ketika efeknya Levodopa mulai menghilang dan gejalanya termasuk perubahan postural di tangan dan kaki dan juga di leher. On-period dystonia terjadi ketika Levodopa paling efektif.

Diperkirakan sekitar sepertiga dari mereka yang sedang menjalani pengobatan untuk penyakit dystonia penyakit parkinson. Ini karena Levodopa sering digunakan dalam pengobatan di mana jumlah ini akan mencapai ribuan orang. Namun, kondisi ini sangat sering sehingga kebanyakan dokter menganggapnya sebagai bagian dari penyakit parkinson, tapi mereka tidak termasuk dalam perkiraan penyakit dystonia dari 70.000 orang pengidap dystonia.

Dystonia Vs Parkinson

Membungkuk, jari-jari kaki menekuk, ataupun kaki kaku dengan kondisi menyakitkan adalah tanda-tanda dystonia. Dystonia memang sering terjadi sebagai gejala awal paling umum dari penyakit parkinson.

Dystonia dan parkinson disease adalah gangguan pergerakan yang berkaitan erat. Pertama, kedua kondisi itu bisa terjadi bersamaan pada penyakit tertentu. Orang yang hidup dengan parkinson dapat mengalami dystonia sebagai gejala awal atau sebagai komplikasi pengobatan.

Gangguan neurodegeneratif lainnya seperti penyakit wilson, mungkin memiliki dystonia dan parkinson bersamaan dengan gambaran klinis lainnya. Dystonia dan Parkinson juga berbagi perawatan umum.

Obat anti-kolinergik dan levodopa dapat memperbaiki kedua kondisi yang ditimbulkan akibat penyakit ini. Penyebab utama gangguan ini tidak diketahui pasti, tetapi berbagai mekanisme yang mendasari genetik, lingkungan, ataupun faktor lain yang mungkin berperan dalam menyebabkan gangguan dystonia dan parkinson. Menghindari stres, aktif bergerak, melakukan kegiatan sosial yang bersifat kreatif, serta cukup tidur dan mengonsumsi makan-makanan bergizi adalah upaya penanganan untuk penyakit ini.

Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai perbedaan Parkinson dan dystonia ataupun informasi lain tentang kesehatan, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Baca juga:

 

 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan