Grup Whatsapp Keluarga Dapat Pengaruhi Kesehatan Mental

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   24 Juni 2021
Grup Whatsapp Keluarga Dapat Pengaruhi Kesehatan MentalGrup Whatsapp Keluarga Dapat Pengaruhi Kesehatan Mental

“Kini, pertukaran informasi menjadi semakin mudah dengan adanya grup Whatsapp keluarga. Namun, kemudahan ini tidak selalu menghasilkan dampak yang positif. Pasalnya, setiap orang di grup chat berisi keluarga besar memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Terkadang dalam grup chat tersebut juga membahas pokok pembicaraan yang cukup berat. Nah, kondisi seperti itulah yang mampu memengaruhi kesehatan mental seseorang.”

Halodoc, Jakarta – Kini, hampir setiap pengguna smartphone pasti menggunakan aplikasi WhatsApp untuk saling berkomunikasi. Kamu pun bisa saling bertukar informasi dengan banyak orang di dalam satu grup. Fasilitas gratisnya untuk bertukar teks, foto, video, dan dokumen-dokumen, ternyata tidak selalu mendatangkan manfaat positif. 

Meskipun pertukaran informasi menjadi semakin mudah, kenyataannya hal ini juga bisa menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mental seseorang. Apalagi jika grup WhatsApp berisi keluarga besar yang memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Ini alasan grup WhatsApp keluarga bisa memengaruhi kesehatan mental seperti platform sosial media lainnya. 

Baca juga: Pengaruh Media Sosial pada Kesehatan Mental Remaja

Alasan Grup WhatsApp Keluarga Pengaruhi Kesehatan Mental

Grup WhatsApp keluarga umumnya didominasi oleh para orangtua yang sudah paruh baya ke atas. Para anak muda yang tergabung dalam grup tersebut pun pasti memiliki sebuah pandangan yang jauh berbeda terhadap sebuah topik. Terlebih seseorang yang lebih tua cenderung mudah termakan berita hoax, karena mereka kurang melek teknologi.

Selain itu, pokok pembicaraan orangtua umumnya lebih berat bahkan tergolong sensitif, seperti agama, politik, isu rasisme, sampai masalah pribadi anggota keluarga lainnya. Perbedaan pandangan ini terkadang membuat anak muda tidak berminat membalas dan sengaja mengabaikannya. Terkadang para orangtua juga sering melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sensitif. Nah, hal seperti inilah yang bisa memengaruhi kesehatan mental secara tidak langsung. 

Penelitian Terkait Penggunaan Sosial Media dan Kesehatan Mental

Penelitian dari American Psychological Association mengungkapkan bahwa seseorang yang sering memeriksa pesan atau e-mail pada ponsel atau komputer rentan mengalami stres. Sebab, informasi-informasi yang muncul di layar ponsel atau monitor rentan menimbulkan kegelisahan hingga gangguan mental.

Selain itu, untuk meningkatkan harga diri dan merasakan rasa memiliki dalam lingkaran sosial, orang-orang suka memposting konten dengan harapan menerima umpan balik positif.

Ketika seseorang mendapat umpan balik yang positif, hal ini bisa menjadi kecanduan untuk selalu memposting informasi lainnya. Namun, ketika hasilnya tidak sesuai yang diharapkan, hal ini juga lama-kelamaan dapat memengaruhi kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.
Baca juga: Hati-Hati, Ini Tanda Sosial Media Pengaruhi Kesehatan Mental

Saat memberikan komentar pada aktivitas sosial orang lain, orang cenderung membuat perbandingan seperti, “Apakah saya bisa mendapatkan like sebanyak orang lain?,” atau “Mengapa orang ini tidak menyukai postingan saya, tetapi orang ini menyukai postikan orang lain?”Pada akhirnya, kamu akan selalu mencari validasi di internet yang berfungsi sebagai pengganti koneksi bermakna yang mungkin bisa dibuat di kehidupan nyata.

Melansir dari McLean Hospital, sebuah penelitian di Inggris pada 2018 mengaitkan penggunaan media sosial dengan penurunan, kualitas tidur, yang dikaitkan dengan depresi, kehilangan memori, dan kinerja akademik yang buruk. Penggunaan media sosial nyatanya juga dapat memengaruhi kesehatan fisik penggunanya secara lebih langsung. 

Tips Menggunakan WhatsApp secara Bijak

Saat memulai obrolan di grup, sebaiknya pikirkan terlebih dahulu kata-kata yang akan kamu lontarkan. Pastikan hal yang akan kamu sampaikan ini tidak melukai perasaan orang lain. Di grup keluarga juga terkadang sering tersebar informasi hal-hal yang mungkin menurut anak muda tidak penting. 

Hal ini tentu sangat melelahkan, tetapi kamu mungkin tidak bisa mengabaikannya karena merasa tidak enak. Akibatnya, tidak jarang grup WhatsApp keluarga yang terpaksa dibaca mampu memengaruhi kesehatan mental.

Membaca berita hoaks alias berita bohong yang kerap tersebar di grup keluarga juga dapat memengaruhi kesehatan mental. Berita hoaks memang dirancang untuk memanipulasi opini masyarakat, terutama pada mereka yang jarang memeriksa kebenarannya di sumber lain.
Baca juga: Waspada, Ini Dampak Sering Curhat di Media Sosial

Untuk meminimalkan efek dari informasi-informasi tersebut, sebaiknya kamu perlu mengontrol penggunaan smartphone agar tidak berlebihan. Kamu juga bisa mengalihkan perhatian supaya tidak terpaku pada smartphone dengan melakukan aktivitas lain di dunia nyata.

Apabila kamu merasa mengalami masalah kesehatan mental, jangan tunda untuk bicara dengan psikiater atau psikolog. Kalau kamu berencana mengunjungi rumah sakit untuk mengunjungi psikiater, biar lebih mudah buat janji rumah sakit terlebih dahulu melalui aplikasi Halodoc. Download aplikasinya sekarang juga!

Referensi:
NCBI. Diakses pada 2021. WhatsApp addiction and borderline personality disorder: A new therapeutic challenge.
McLean Hospital. Diakses pada 2021. The Social Dilemma: Social Media and Your Mental Health.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan