Hal yang Terjadi saat Bayi Tertular HIV dalam Kandungan

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   10 Januari 2021
Hal yang Terjadi saat Bayi Tertular HIV dalam KandunganHal yang Terjadi saat Bayi Tertular HIV dalam Kandungan

Halodoc, Jakarta - HIV adalah penyakit yang banyak ditakuti, tak terkecuali pada ibu hamil sebab bayi dapat tertular HIV di dalam kandungan. Menurut data March of Dimes, seperti dikutip dari laman American Pregnancy Association, diperkirakan ada 120.000 hingga 160.000 wanita di Amerika Serikat yang telah terinfeksi HIV.

Sekitar 6.000 hingga 7.000 wanita di antaranya mengidap HIV/AIDS selama kehamilan dan melahirkan setiap tahun. Sejak awal kemunculan HIV/AIDS, sekitar 15.000 anak di Amerika Serikat telah terinfeksi HIV dan 3.000 anak telah meninggal. Mirisnya, 90 persen dari mereka terinfeksi virus selama kehamilan atau kelahiran. 

Baca juga: Jarang Disadari Ini 6 Faktor Utama Penyebab HIV dan AIDS

Bagaimana Cara Penularan HIV dari Ibu ke Janin?

Penularan HIV dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, melahirkan atau menyusui disebut transmisi perinatal. Seorang ibu hamil yang dinyatakan positif HIV/AIDS dapat menularkan virus pada bayinya selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. 

Cara penularan HIV dari ibu ke bayi selama kehamilan terjadi melalui darah. Perlu diketahui bahwa janin dalam kandungan mendapatkan asupan makanan dari darah melalui tali plasenta. Tali tersebut yang menjadi media penularan HIV dari ibu ke janin selama kehamilan. 

Itulah sebabnya ibu hamil yang terdeteksi positif HIV wajib minum obat antiretroviral (ARV) selama kehamilan. Cara ini bisa dibilang cukup efektif untuk menekan jumlah virus dalam darah, sehingga mengurangi risiko penularan. 

Lantas, apakah bayi yang dikandung oleh ibu yang mengidap HIV pasti akan tertular? Jawabannya, tidak. Risiko penularan HIV dari ibu hamil ke janin yang dikandung kemungkinannya sekitar 2-10 persen. Jadi, kemungkinan untuk bayi lahir sehat tanpa tertular HIV saat dalam kandungan tetap ada.

Baca juga: Hubungan Intim Sehat, Cari Tahu Gejala HIV/AIDS

Namun, ibu hamil yang mengidap HIV perlu melakukan tes darah secara rutin, untuk mendeteksi segala kemungkinan sedini mungkin. Dengan begitu, dokter dapat membantu menentukan apa yang harus dilakukan untuk menekan risiko penularan HIV pada janin. 

Risiko Penularan saat Persalinan dan Penanganan

Selain dapat menular selama masa kehamilan, HIV juga dapat menginfeksi bayi saat persalinan. Dalam hal ini, bayi dapat tertular darah atau cairan vagina ibu, jika persalinan dilakukan melalui vagina. Pada ibu yang positif HIV biasanya ditemukan virus pada cairan yang keluar dari sekitar area organ intim.

Selain itu, sekitar 21 persen dari virus itu juga ditemukan pada bayi yang dilahirkan. Hanya saja besarnya paparan virus pada proses persalinan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya, kadar HIV pada cairan vagina, cara persalinan, ulkus serviks, dan permukaan dinding vagina. 

Selain itu, ada juga faktor infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini, serta persalinan prematur yang juga dapat memengaruhi. Itulah sebabnya ibu hamil yang positif HIV disarankan untuk menjalani operasi caesar yang dilakukan sebelum persalinan dan/atau ketuban pecah. Cara ini secara signifikan dapat mengurangi risiko penularan HIV perinatal.

Ibu yang belum menerima perawatan obat apa pun sebelum persalinan harus dirawat selama persalinan dengan salah satu dari beberapa rejimen obat yang memungkinkan. Ini mungkin termasuk kombinasi ZDV (Zidovudine) dan obat lain yang disebut 3TC atau Nevirapine. Studi menunjukkan bahwa perawatan ini, bahkan untuk jangka waktu pendek, dapat membantu mengurangi risiko pada bayi.

Baca juga: Inilah 4 Cara untuk Cegah HIV/AIDS

Lalu, apakah bayi yang lahir dari ibu yang mengidap HIV perlu mendapatkan perawatan setelah persalinan? Sebuah studi tahun 1994 oleh National Institutes of Health menemukan bahwa memberikan ZDV pada ibu hamil yang positif HIV selama kehamilan dan bayinya (dalam 8-12 jam setelah lahir), dapat menurunkan risiko penularan infeksi ke bayi sebesar 66 persen. 

Jadi, bayi harus menjalani pengobatan dengan ZDV selama enam minggu pertama kehidupan setelah dilahirkan. Tidak ada efek samping yang signifikan dari obat yang telah diamati selain anemia ringan pada beberapa bayi yang hilang ketika obat dihentikan. Penelitian lanjutan menunjukkan bahwa bayi yang diobati dengan HIV dapat berkembang dengan normal.

Itulah sedikit penjelasan mengenai penularan HIV pada bayi saat dalam kandungan dan penanganan yang bisa dilakukan. Jika kamu butuh layanan kesehatan, jangan ragu untuk gunakan aplikasi Halodoc untuk bertanya pada dokter lewat chat, atau membeli obat dengan mudah.

Referensi:
American Pregnancy Association. Diakses pada 2021. HIV/AIDS During Pregnancy.
NHS Choices UK. Diakses pada 2021. Can HIV be Passed to an Unborn Baby in Pregnancy or Through Breastfeeding?
American Family Physician. Diakses pada 2021. Management of Newborns Exposed to Maternal HIV Infection.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan