Hal yang Tingkatkan Risiko Sindrom Kompartemen

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   29 November 2019
Hal yang Tingkatkan Risiko Sindrom KompartemenHal yang Tingkatkan Risiko Sindrom Kompartemen

Halodoc, Jakarta – Sindrom kompartemen merupakan gangguan yang terjadi karena ada peningkatan tekanan di dalam kompartemen otot. Kondisi itu kemudian mengakibatkan cedera di dalam kompartemen otot yang meliputi jaringan otot, pembuluh darah, dan saraf. Sebelumnya perlu diketahui, kompartemen otot dikelilingi oleh lapisan atau membran bernama fascia yang tidak dapat mengembang. 

Risiko penyakit ini meningkat pada orang yang tengah mengalami cedera atau patah tulang. Sebab, pembengkakan yang terjadi di dalam kompartemen akan meningkatkan tekanan didalamnya dan berujung pada sindrom kompartemen. Kondisi ini bisa terjadi pada bagian tangan, lengan, bokong, tungkai, dan kaki. Namun, sindrom kompartemen disebut lebih sering terjadi di bagian lutut ke bawah. 

Baca juga: Sebelum Terjadi, Ketahui Mencegah Sindrom Kompartemen

Penyebab dan Faktor Risiko Sindrom Kompartemen 

Kondisi ini tidak boleh dianggap sepele, sebab sindrom kompartemen yang tidak segera ditangani bisa memicu komplikasi berupa iskemia dan nekrosis atau kematian jaringan. Penyakit ini dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu sindrom kompartemen akut dan kronis. Sindrom kompartemen akut terjadi secara mendadak, terutama setelah mengalami cedera atau patah tulang. Kondisi ini harus segera ditangani agar tidak memicu cedera otot permanen. 

Sementara sindrom kompartemen kronis umumnya disebabkan oleh aktivitas fisik yang tinggi, yaitu olahraga. Kondisi ini terjadi akibat jenis olahraga yang melibatkan gerakan berulang, seperti bersepeda atau berlari. Gejala biasanya akan mereda dalam beberapa saat setelah aktivitas atau olahraga dihentikan. Sindrom ini muncul sebagai komplikasi dari cedera tertentu, baik yang berkaitan dengan tulang maupun otot. 

Ada beberapa jenis kegiatan yang bisa meningkatkan risiko sindrom kompartemen, seperti patah tulang, luka tusuk, luka bakar, luka tembak, perdarahan, komplikasi operasi pembuluh darah, atau penggunaan perban balut yang terlalu ketat. Cedera akan memicu pembengkakan pada otot atau jaringan di dalam kompartemen. 

Baca juga: Perlu Ketahui Komplikasi Akibat Sindrom Kompartemen

Secara umum, jaringan yang ada di dalam kompartemen dilindungi oleh membrane bernama fascia. Membran ini tidak bisa mengembang, sehingga jika terjadi pembengkakan, tekanan di dalam kompartemen akan meningkat. Seiring berjalannya waktu, tekanan ini akan menyebabkan aliran darah dan pasokan oksigen akan menurun dan mengakibatkan kerusakan otot.

Jika ini yang terjadi, sebaiknya segera pergi ke rumah sakit untuk mendapat penanganan medis segera. Jika tidak ditangani segera, kondisi ini bisa menjadi lebih buruk dan pembengkakan yang terjadi bisa merusak saraf yang menjadi bagian dari kompartemen. Kerusakan yang terjadi pada saraf juga bisa menyebabkan otot rusak dan terjadilah kematian jaringan secara permanen. 

Penyakit ini bisa menunjukkan gejala yang berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya. Gejala yang muncul tergantung pada keparahan kondisi dan cedera yang terjadi. Namun secara umum, sindrom kompartemen bisa memicu gejala berupa rasa nyeri hebat terutama saat otot digerakkan, rasa penuh pada otot, nyeri saat ditekan, otot bengkak, serta kesemutan atau sensasi terbakar. Kondisi ini juga bisa menimbulkan kram otot saat berolahraga, otot lemas serta mati rasa. Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala-gejala tersebut, terutama jika sebelumnya terjadi cedera. 

Baca juga: Bagaimana Sindrom Kompartemen Bisa Terjadi?

Punya masalah kesehatan dan butuh saran dokter segera? Pakai aplikasi Halodoc saja. Kamu bisa kapan dan di mana saja menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play! 

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2019. Compartment Syndrome.
WebMD. Diakses pada 2019. Compartment Syndrome.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan