Harus Tahu, Ini 5 Fakta Thalasemia pada Anak

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   21 Agustus 2018
Harus Tahu, Ini 5 Fakta Thalasemia pada AnakHarus Tahu, Ini 5 Fakta Thalasemia pada Anak

Halodoc, Jakarta - Thalasemia menjadi penyakit yang memakan banyak biaya di antara penyakit tidak menular lainnya, setelah jantung, kanker, ginjal, dan stroke. Kata ahli, penyakit ini umumnya diidap oleh anak-anak dengan rentang usia 0 bulan hingga 18 tahun. Menurut data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular-Kemenkes RI, setidaknya sebanyak 420.393 orang mengidap thalasemia hingga September 2017. Lalu, seperti apa sih thalasemia pada anak itu?

Baca juga: Thalasemia Penyakit Genetik yang Perlu Diwaspadai

Thalasemia sendiri merupakan kelainan darah yang disebabkan oleh faktor warisan, alias genetik. Kondisi ini menyebabkan protein yang ada di dalam sel darah merah (hemoglobin) tak berfungsi normal. Padahal, hemoglobin punya peran penting untuk membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh. Nah, kelainan hemoglobin ini menyebabkan kehancuran sel darah merah yang membuat seseorang masuk ke dalam keadaan anemia. Berikut fakta thalasemia pada anak yang perlu diketahui:

1. Transfusi jadi Terapi Utama

Sebenarnya belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit yang kebanyakan diidap oleh anak-anak ini. Menurut pakar hematologi, seseorang yang memiliki thalasemia seharusnya melakukan penambahan jumlah hemoglobin dalam darah melalui transfusi. Selain belum ada obat, belum ada juga terapi lain untuk penyakit ini. Boleh dibilang, transfusi darah merupakan terapi utama untuk menangani thalasemia pada anak dan orang dewasa.

Transfusi darah ini bisa bersifat terus menerus atau sewaktu-waktu, tergantung dari jenis thalasemia yang dialami, dan kadar hemoglobin pengidapnya. Kata ahli, transfusi ini bertujuan untuk meningkatkan hemoglobin dalam tubuh.

Amat penting bagi pengidap thalasemia untuk menjaga kadar hemoglobin dalam keadaan normal (10-11 g/dl). Pasalnya, hemoglobin di bawah kadar tersebut lama-kelamaan bisa merusak bagian-bagian tubuh yang menghasilkan darah merah, seperti sumsung tulang belakang. Enggak cuma itu, kadar hemoglobin yang normal ini juga penting untuk menjaga agar pertumbuhan tetap normal.

Baca juga: Cari Tahu Tentang Penyakit Bawaan Thalasemia

2. Kelainan Tulang

Thalasemia pada anak juga bisa menyebabkan kelainan tulang. Lho, kok bisa? Menurut studi, kekurangan hemoglobin pada anak-anak penderita thalasemia parah, akan membuat tubuh memproduksi sumsum tulang lebih banyak dari biasanya. Sebenarnya, cara ini adalah cara tubuh untuk berusaha mengatasi kekurangan hemoglobin. Sayangnya, hal inilah yang nantinya menyebabkan pertumbuhan tulang yang tak wajar. Misalnya, kelainan bentuk kerangka tulang.

3. Penumpukkan Zat Besi

Nah, untuk memproduksi lebih banyak hemoglobin, tubuh akan menyerap lebih banyak zat besi. Zat besi ini bisa diperoleh dari makanan atau transfusi darah. Ada kalanya asupan zat besi yang berlebih ini bisa

berakibat pada penumpukkan zat besi di dalam tubuh. Penumpukkan zat besi ini bisa menimbulkan berbagai masalah.

Misalnya, pertumbuhan tubuh saat pubertas akan tertunda. Bahkan, dalam beberapa kasus tidak terjadi sama sekali karena terganggunya sistem hormon tubuh. Enggak cuma itu, tubuh juga akan rentan terserang infeksi akibat rusaknya jaringan lunak, terutama hati dan limpa.

4. Setelah Enam Bulan

Kata ahli, bayi yang baru lahir pada dasarnya memiliki hemoglobin yang berbeda dengan hemoglobin normal. Para ahli menyebutnya dengan  fetal hemoglobin. Nah, hemoglobin normal nantinya akan menggantikan fetal hemoglobin setelah Si Kecil berusia enam bulan. Oleh karenanya, kebanyakan bayi yang terlahir dengan thalasemia, baru akan mengalami gejala setelah berusia enam bulan ke atas.

Baca juga: 5 Jenis Asupan Makanan untuk Pengidap Anemia

5. Gejalanya Bisa Berbeda

Bila Si Kecil yang masih berusia dini mendadak pucat, lesu, atau perutnya membuncit, ibu perlu harap-harap cemas. Sebaiknya segeralah bawa ia ke dokter untuk memastikan kondisi kesehatannya. Pasalnya, bisa jadi Si Kecil mengalami anemia atau thalasemia.

Yang perlu diingat, gejala thalasemia pada anak tak hanya ditandai oleh tanda-tanda di atas saja. Kata ahli, gejala thalasemia yang dialami bisa saja berbeda satu sama lain. Perbedaannya tergantung dari tingkat keparahan dan tipe thalasemia yang diderita (alfa atau beta). Lalu, seperti apa sih gejala thalasemia yang umum terjadi?

  • Terhambatnya pertumbuhan tubuh.
  • Perut menjadi bengkak karena pembesaran limpa atau hati.
  • Urine berwarna keruh.
  • Wajah pucat.
  • Kelainan bentuk tulang wajah.
  • Kekurangan sel darah merah/anemia, sehingga membuat napas sesak, tubuh mudah letih dan lesu.
  • Menguningnya kulit dan bagian mata yang berwarna putih (penyakit kuning/jaundice).

Si Kecil punya keluhan kesehatan? Enggak perlu panik, ibu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan