Hati-Hati, BPD Borderline Personality Disorder Memicu Komplikasi Ini

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   29 Maret 2019
Hati-Hati, BPD Borderline Personality Disorder Memicu Komplikasi Ini Hati-Hati, BPD Borderline Personality Disorder Memicu Komplikasi Ini

Halodoc, Jakarta - Borderline Personality Disorder (BPD) disebut juga gangguan kepribadian ambang yang ditandai dengan suasana hati serta citra diri yang kerap berubah-ubah. Kondisi ini dicirikan dengan perilaku yang impulsif, kadang merasa dirinya kurang berharga, termasuk diantaranya self-harm dan self destructive behaviour.

Kamu dapat mengenali mereka melalui cara pikir, cara pandang, serta perasaan yang berbeda dengan orang lain. Kondisi ini membuat pengidapnya merasakan masalah dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan menjalin hubungan dengan orang lain, seperti hubungan dalam keluarga dan di lingkungan pekerjaan.

Borderline Personality Disorder muncul ketika seseorang beranjak dewasa. Tidak perlu khawatir, dengan penanganan berupa psikoterapi dan pemberian obat, pengidap gangguan ini dapat membaik seiring bertambahnya usia.

Jika penanganannya kurang tepat atau tidak dilakukan sama sekali, dikhawatirkan akan muncul beberapa komplikasi, antara lain:

  • Depresi.

  • Penyalahgunaan alkohol atau NAPZA.

  • Gangguan kecemasan.

  • Gangguan bipolar.

  • Gangguan makan.

  • PTSD.

  • ADHD.

Baca Juga: Ini Bedanya Gangguan Bipolar dan Borderline Personality Disorder

Gejala Borderline Personality Disorder

Beberapa gejala Borderline Personality Disorder yang muncul, antara lain:

  • Merasa takut diabaikan sehingga membuat pengidapnya menghindari perpisahan, kritik, atau penolakan.

  • Perubahan citra dan identitas diri yang berlangsung dengan cepat sehingga memengaruhi nilai-nilai dan tujuan yang diketahuinya. Pengidap BPD memandang dirinya sebagai sosok yang buruk, menyerupai sosok antagonis di dalam sebuah film.

  • Mengalami periode stres yang memicu paranoia, serta kehilangan hubungan dengan kenyataan yang dapat berlangsung hingga beberapa jam.

  • Mengalami perubahan suasana hati yang berlangsung hingga berhari-hari.

  • Memiliki perilaku impulsif yang berisiko dan terkadang berbahaya, seperti judi, hubungan seksual yang tidak aman, mengemudi dengan ceroboh, atau boros. Seseorang dengan BPD dapat berhenti dari pekerjaannya tanpa alasan yang jelas atau mengakhiri hubungan asmara yang pada dasarnya baik.

  • Mudah kehilangan kesabaran dan menjadi marah sehingga memicu pertengkaran atau perkelahian.

  • Pada suatu momen dapat menghormati atau menyayangi seseorang, namun kemudian berubah dan menganggap orang tersebut sebagai sosok yang buruk.

  • Merasakan kekosongan secara psikologis yang berlangsung terus-menerus.

  • Dapat berperilaku menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri sebagai reaksi dari penyaluran amarah, menghukum diri sendiri, rasa takut ditinggalkan, atau penolakan.

  • Pengidap BPD cenderung berperilaku impulsif saat sakit hati untuk mendapatkan perasaan lega. Namun seiring waktu, pengidap BPD justru terpicu melakukan tindakan impulsif untuk menghindari sakit hati.

Baca juga: Awas, 4 Hal Ini Sebabkan BPD Borderline Personality Disorder

Penyebab BPD (Borderline Personality Disorder)

Hingga kini penelitian belum menemukan penyebab pasti dari kondisi ini. Namun, terdapat faktor yang diduga menyebabkan kondisi ini, adalah:

  • Lingkungan. Sejumlah faktor lingkungan yang negatif diduga menimbulkan gangguan kepribadian ini. Misalnya, riwayat pelecehan dan penyiksaan semasa kecil, atau karena dicampakkan oleh orangtua.

  • Genetik. Gangguan kepribadian ini dapat diturunkan secara genetik.

  • Kelainan pada Otak. Pengidap BPD memiliki perubahan struktur dan fungsi pada otak, terutama pada area yang mengatur impuls dan emosi. Kelainan ini diduga karena kelainan fungsi dari zat kimia otak atau neurotransmitter yang berperan dalam pengaturan emosi.

  • Ciri Kepribadian Tertentu. Beberapa tipe kepribadian lebih berisiko untuk mengalami BPD, misalnya kepribadian agresif dan impulsif.

Diagnosis BPD (Borderline Personality Disorder)

Cara untuk mendiagnosis penyakit ini, diperlukan diskusi antara dokter dan pengidap untuk memastikan gejala yang dialami. Selain itu, dokter juga menanyakan riwayat kesehatan pasien dan keluarga, termasuk riwayat gangguan mental.

Setelah menemukan adanya perilaku yang sesuai dengan pola gejala BPD dan menyingkirkan kemungkinan lain lewat pemeriksaan fisik, dokter akan menetapkan diagnosis.

Baca Juga:  Ini yang Terjadi pada Pengidap Borderline Personality Disorder

Untuk mengatasi gangguan mental ini, pengidapnya harus melakukan pengobatan bersama psikiater dan psikolog profesional. Kamu juga bisa membicarakan soal masalah mental yang kamu rasakan dengan psikolog terpercaya yang ada di aplikasi Halodoc, lho. Hubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan