Henti Jantung saat Berolahraga, Apa Sebabnya?

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   23 Januari 2020
Henti Jantung saat Berolahraga, Apa Sebabnya? Henti Jantung saat Berolahraga, Apa Sebabnya?

Halodoc, Jakarta - Olahraga adalah aktivitas fisik yang bermanfaat bagi kesehatan. Saat berolahraga, aliran darah menjadi lebih cepat karena jantung memompa darah lebih cepat. Akibatnya, kegiatan ini bisa mempercepat metabolisme tubuh. Namun, tahukah kamu bahwa ada beberapa kasus kematian manusia yang terjadi saat tengah berolahraga? Kondisi ini umumnya akibat gangguan fungsi jantung, yakni henti jantung

Jantung adalah organ paling penting bagi tubuh manusia. Ketika terjadi henti jantung, kematian tidak bisa terhindarkan. Penyebabnya karena jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh dengan tubuh dengan optimal, sehingga terjadi kegagalan fungsi dan membuat jantung berhenti berdetak. 

Baca juga: Begini Cara Selamatkan Seseorang yang Alami Henti Jantung

Apa itu Henti Jantung?

Serangan henti jantung (sudden cardiac arrest) yang umumnya terjadi saat berolahraga terjadi ketika jantung mendadak kehilangan fungsinya sehingga terjadi kehilangan kesadaran secara mendadak. Kondisi ini disebabkan oleh gangguan listrik di jantung yang mengganggu kerja jantung untuk memompa darah, dan kemudian menghentikan aliran darah ke tubuh.

Serangan henti jantung jantung mendadak berbeda dari serangan jantung. Saat serangan jantung, aliran darah ke bagian jantung tersumbat. Namun, serangan henti jantung dapat memicu gangguan listrik yang menyebabkan henti jantung mendadak.

Namun, dua kondisi jantung yang berbeda ini saling berkaitan. Serangan henti jantung mendadak dapat terjadi setelah serangan jantung, atau selama pemulihan. Serangan jantung juga meningkatkan risiko henti jantung mendadak. Sebagian besar serangan jantung tidak menyebabkan henti jantung mendadak. Namun, ketika henti jantung tiba-tiba terjadi, serangan jantung adalah penyebab umumnya. Kondisi lainnya juga dapat mengganggu irama jantung dan menyebabkan henti jantung mendadak, seperti penebalan otot jantung (kardiomiopati), gagal jantung, aritmia, khususnya fibrilasi ventrikel, dan sindrom Q-T yang panjang.

Jika tidak segera diobati, henti jantung mendadak dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan medis yang cepat dan tepat, pengidapnya masih sangat mungkin untuk tetap hidup. Melansir Mayo Clinic, dengan memberikan resusitasi kardiopulmoner (CPR), menggunakan defibrillator, atau bahkan hanya memberikan tekanan pada dada dapat meningkatkan peluang bertahan hidup sampai petugas medis tiba.

Baca juga: Bagaimana Mengenali Gejala Serangan Jantung?

Apa yang Meningkatkan Risiko Henti Jantung?

Serangan henti jantung sering dikaitkan dengan penyakit arteri koroner. Faktor lainnya yang dapat sebabkan seseorang alami serangan henti jantung mendadak, seperti:

  • Riwayat keluarga dengan penyakit arteri koroner;

  • Merokok;

  • Tekanan darah tinggi;

  • Kolesterol darah tinggi;

  • Kegemukan;

  • Diabetes;

  • Gaya hidup yang tidak banyak gerak.

Punya faktor risiko di atas? Rutinlah untuk memeriksakannya diri ke rumah sakit agar bisa terhindar dari serangan henti jantung. Kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc untuk membuat janji dengan dokter supaya lebih mudah. 

Sementara, faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko henti jantung, yaitu:

  • Pernah alami serangan jantung sebelumnya;

  • Riwayat pribadi atau keluarga dari bentuk lain penyakit jantung, seperti gangguan irama jantung, kelainan jantung bawaan, gagal jantung dan kardiomiopati;

  • Serangan henti jantung mendadak meningkat seiring bertambahnya usia;

  • Berjenis kelamin laki-laki;

  • Menggunakan obat-obatan terlarang, seperti kokain atau amfetamin;

  • Ketidakseimbangan nutrisi, seperti kadar kalium atau magnesium yang rendah;

  • Sleep apnea obstruktif;

  • Penyakit ginjal kronis.

Baca juga: 4 Penyebab Serangan Jantung yang Tidak Disadari

Apa yang Harus Dilakukan Jika Seseorang Alami Henti Jantung?

Jika seseorang alami henti jantung, penanganan wajib segera dilakukan. Pertama, hubungi layanan medis darurat, kemudian dapatkan defibrillator eksternal otomatis jika tersedia dan gunakan segera setelah tiba. Selagi menunggu layanan medis tiba, lakukan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) dan lanjutkan sampai layanan medis darurat profesional tiba.

Jika dua orang tersedia untuk membantu, yang satu harus memulai CPR segera, sementara yang lain menelepon layanan medis darurat dan mempersiapkan defibrillator eksternal otomatis. Serangan henti jantung adalah penyebab utama kematian, dan lebih dari 320.000 kasus terjadi di Amerika Serikat. Dengan melakukan Hands-Only CPR, kamu dapat menggandakan kesempatan hidup pengidapnya. 

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Sudden Cardiac Arrest.
American Heart Association. Diakses pada 2020. Heart Attack or Sudden Cardiac Arrest: How Are They Different?

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan