Hipertensi pada Ibu Hamil, Apa Dampaknya Bagi Janin?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   17 Desember 2020
Hipertensi pada Ibu Hamil, Apa Dampaknya Bagi Janin?Hipertensi pada Ibu Hamil, Apa Dampaknya Bagi Janin?

Halodoc, Jakarta - Kondisi kesehatan ibu hamil harus optimal, jika ingin janin dalam kandungan juga sehat. Namun, berbagai masalah kesehatan bisa terjadi pada ibu hamil dan berisiko bagi janin. Salah satunya adalah hipertensi. Kondisi hipertensi pada ibu hamil terbilang umum terjadi.

Namun, kondisi ini perlu mendapatkan penanganan yang tepat. Jika tidak, hipertensi pada ibu hamil dapat mengganggu kehamilan, dan berdampak buruk bagi janin. Apa saja dampak buruk dari hipertensi saat hamil bagi janin? Simak pembahasan berikut ini!

Baca juga: 5 Tips Aman Berpuasa Bagi Pengidap Hipertensi

Dampak Buruk Hipertensi saat Hamil pada Janin

Hipertensi saat hamil bukan kondisi yang bisa dianggap sepele. Berikut ini dampak buruk yang bisa terjadi pada janin, jika ibu hamil mengalami hipertensi:

1.Aliran Darah ke Plasenta Berkurang

Janin mendapatkan oksigen dan nutrisi dari darah yang dialirkan melalui plasenta. Sayangnya, hipertensi saat hamil dapat membuat aliran darah ke plasenta berkurang. Jika dibiarkan, hal ini membuat janin mengalami perlambatan tumbuh kembang. 

2.Meningkatnya Risiko Kelahiran Prematur

Aliran darah ke plasenta yang berkurang dapat berdampak pada meningkatnya risiko kelahiran prematur. Hal ini juga sering diputuskan oleh dokter, demi menyelamatkan ibu dan bayi, misalnya karena ada komplikasi yang berisiko mengancam nyawa.

Baca juga: Ternyata Ini Manfaat Puasa untuk Pengidap Hipertensi

3.Terjadinya Abrupsio Plasenta

Plasenta harus menempel pada dinding rahim, dan baru lepas ketika waktu persalinan tiba. Namun, hipertensi saat hamil meningkatkan risiko terlepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum waktunya, atau disebut abrupsio plasenta. 

Kondisi ini bisa menjadi komplikasi dari preeklampsia. Gejala yang timbul dapat berupa munculnya perdarahan hebat yang tentunya mengancam nyawa ibu. Keselamatan janin dalam kandungan juga terancam akibat hilangnya pasokan oksigen dan nutrisi dari plasenta.

Itulah dampak buruk yang bisa terjadi pada janin, jika sang ibu mengalami hipertensi saat hamil. Selain pada janin, dampak buruk hipertensi juga bisa terjadi pada ibu hamil, seperti:

  • Kerusakan organ tubuh. Organ seperti otak, jantung, ginjal, dan hati rentan mengalami kerusakan, ketika terjadi hipertensi saat hamil. Pada kondisi yang parah, nyawa ibu bisa terancam.
  • Meningkatnya risiko penyakit jantung di kemudian hari. Terutama jika ibu hamil mengalami preeklampsia, terdapat risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah pada ibu di masa yang akan datang.
  • Meningkatnya risiko eklampsia. Hipertensi pada preeklampsia dapat berkembang menjadi kondisi yang bernama eklampsia. Kondisi ini ditandai dengan kejang, yang berisiko merusak otak dan dapat berakibat pada kelumpuhan. Perkembangan preeklampsia menjadi eklampsia sulit untuk diprediksi.

Baca juga: Mana yang Lebih Berbahaya, Hipotensi atau Hipertensi?

Pahami Jenis-Jenis Hipertensi saat Hamil

Ada beberapa jenis hipertensi yang bisa terjadi saat hamil. Pembagian jenis-jenisnya didasarkan pada waktu diketahuinya kondisi hipertensi. Waktu diagnosis hipertensi adalah hal yang penting, karena akan menunjukkan sumber penyebab timbulnya hipertensi.

Berikut ini beberapa jenis hipertensi yang bisa terjadi saat hamil:

  • Hipertensi kronik. Merupakan hipertensi yang telah terjadi sebelum kehamilan, atau sebelum usia kehamilan 20 minggu.
  • Hipertensi kronik dengan preeklampsia. Hipertensi jenis ini terjadi ketika hipertensi kronik yang semakin parah, disertai kebocoran protein di urine.
  • Hipertensi gestasional. Baru muncul ketika usia kehamilan menginjak 20 minggu ke atas. Namun, tidak ada kebocoran protein pada urine dan gejala kerusakan organ lainnya.
  • Preeklampsia. Merupakan hipertensi yang baru terjadi setelah 20 minggu kehamilan dan terkait dengan gejala kerusakan beberapa organ. Organ yang sering “diserang” adalah ginjal, hati, darah, dan otak. 

Apa pun jenisnya, hipertensi saat hamil dapat berbahaya dan perlu diwaspadai. Untuk menghindari risiko bahaya hipertensi saat hamil, penting untuk menjalani kontrol kehamilan secara rutin, sesuai jadwal. 

Hal ini bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika hipertensi terjadi. Agar lebih mudah dan bebas antri, kamu bisa download dan gunakan aplikasi Halodoc untuk buat janji dengan dokter kandungan di rumah sakit.

Referensi:
American Pregnancy Association. Diakses pada 2020. Gestational Hypertension: Pregnancy Induced Hypertension.
Baby Center. Diakses pada 2020. Chronic high blood pressure in pregnancy.
Healthline. Diakses pada 2020. Eclampsia.
WebMD. Diakses pada 2020. Hypertension in Pregnancy.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan