HIV dan Virus Corona: Hal Apa Saja yang Harus Diperhatikan

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   16 April 2020
HIV dan Virus Corona: Hal Apa Saja yang Harus DiperhatikanHIV dan Virus Corona: Hal Apa Saja yang Harus Diperhatikan

Halodoc, Jakarta – Meningkatnya kasus COVID-19 di seluruh dunia menyebabkan kekhawatiran yang luar biasa bagi penduduk dunia. Apalagi virus corona ini dikatakan lebih berbahaya jika diidap oleh mereka yang mempunyai penyakit bawaan seperti jantung, paru, diabetes, dan mereka yang memiliki kekebalan imun yang lemah. 

Salah satu kekhawatiran tersebut akan dirasakan mereka yang merupakan pengidap HIV. Melansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC), hingga kini belum ada bukti ilmiah yang menetapkan mereka yang hidup dengan HIV memiliki risiko tinggi terhadap COVID-19. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan para pengidap HIV yang memiliki sistem imun lemah selama pandemi ini berlangsung. 

Baca juga: Ini Cara Hadapi Ancaman Virus Corona di Rumah

HIV dan Besar Risiko Terinfeksi Virus Corona

Meskipun hingga kini tidak ada ilmu yang menetapkan bahwa pengidap HIV memiliki faktor risiko yang tinggi tertular COVID-19, itu tidak berarti bahwa mereka bisa bebas dari ancaman. CDC melaporkan bahwa sekitar setengah dari orang di Amerika Serikat yang hidup dengan HIV setidaknya berusia 50 tahun atau lebih.

Secara umum, mereka juga memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular penyakit parah dan memiliki tingkat komorbiditas yang lebih tinggi, seperti merokok, tekanan darah tinggi, dan COPD, yang semuanya dapat mengarah pada kerentanan yang lebih tinggi terhadap gejala COVID-19 yang lebih serius.

Dr. Alan Taege, pakar penyakit menular di Cleveland Clinic mengatakan bahwa para pengidap HIV harus mematuhi perawatan medis dan tetap mengendalikan penyakit mereka. Selain itu, mereka dengan penyakit bawaan seperti diabetes, penyakit jantung, atau penyakit paru-paru, atau penyakit medis penting lainnya, tampaknya memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan HIV. 

Orang-orang yang mengalami imunosupresi, yang jumlah sel T-nya rendah dan tidak minum obat karena alasan apa pun, memang lebih dikhawatirkan akan mudah memiliki penyakit yang lebih parah. Jika seorang pengidap HIV terus mempertahankan perawatan pengobatan mereka, mereka dapat mencapai viral load “tidak terdeteksi”, yang berarti seseorang tidak dapat menularkan virus ke pasangan seksual yang HIV-negatif. 

Melansir Healthline, di UCLA juga belum ditemukan pasien rawat inap yang terinfeksi COVID-19 yang telah memiliki HIV sebelumnya, dan mungkin di beberapa tempat lain juga demikian. Bahkan akhir-akhir ini, obat-obatan HIV sedang digunakan dalam uji klinis untuk melihat apakah mereka dapat memerangi virus yang menyebabkan COVID-19. Namun sejauh ini, belum cukup informasi resmi yang diketahui tentang seberapa efektif obat ini bisa diandalkan untuk melawan COVID-19.

Baca juga: Cegah Corona dengan Cuci Tangan, Perlukah Pakai Sabun Khusus?

Pastikan Pengobatan Tetap Dilakukan

Ketakutan para pengidap HIV akan virus corona sebaiknya dikurangi. Pastikan hanya menerima informasi dari sumber terpercaya. Selain itu seperti kebanyakan orang lainnya, pengidap HIV perlu mempraktikkan metode pencegahan COVID-19 yang tepat seperti menjaga jarak, mencuci tangan secara teratur, dan berkomitmen untuk hanya meninggalkan rumah untuk perjalanan penting, seperti berbelanja bahan makanan atau pergi membeli obat. 

Selain itu, CDC merekomendasikan bahwa orang yang hidup dengan HIV makan makanan yang sehat, mencoba tidur setidaknya 8 jam, dan mencoba yang terbaik untuk mengurangi tingkat stres. Kunci lainnya adalah akses ke pengobatan. CDC merekomendasikan orang yang hidup dengan HIV memiliki sedikitnya 30 hari obat antiretroviral mereka. Bahkan alangkah lebih baik mereka meminta obat untuk setidaknya 90 hari ke depan. 

Baca juga: Agar Tidur Tetap Nyenyak di Tengah Pandemi Corona

Tetap Jaga Kesehatan Mental

Masalah besar lainnya untuk orang yang hidup dengan HIV saat ini adalah menangani masalah kesehatan mental mereka selama pandemi. CDC menyarankan agar mereka melakukan berbagai cara aman untuk mengurangi stress, walaupun kita tahu hal ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

Kecemasan dan ketakutan adalah bagian normal dari keadaan yang tidak pasti seperti sekarang. Jika kamu membutuhkan sesi konseling, kamu bisa mencoba menghubungi psikolog di Halodoc. Kamu bisa menggunakan fitur chat untuk melakukan sesi konseling dengan psikolog di Halodoc. Dengan begini, kamu tidak perlu pergi keluar rumah, yang malah bisa meningkatkan risiko kamu terpapar berbagai virus dan penyakit lainnya. Mudah, bukan? Segera download aplikasi Halodoc sekarang!

Referensi:
Avert. Diakses pada 2020. Coronavirus (Covid-19) And HIV.
CNN Indonesia. Diakses pada 2020. 5 Hal yang Perlu Diketahui dari Virus Corona dan HIV.
Healthline. Diakses pada 2020. HIV and COVID-19: Risks, Concerns, and the Best Way to Protect Yourself.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan