Hubungan Sindrom Sjogren dengan Dermatitis Herpetiformis

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   03 Oktober 2019
Hubungan Sindrom Sjogren dengan Dermatitis HerpetiformisHubungan Sindrom Sjogren dengan Dermatitis Herpetiformis

Halodoc, Jakarta – Terkadang sebuah penyakit bisa terjadi karena ada kondisi kesehatan lain yang menjadi penyebab yang mendasarinya. Contohnya, dermatitis herpetiformis dan sindrom Sjogren. Kedua penyakit ini saling berkaitan, karena sindrom Sjogren meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami dermatitis herpetiformis. Yuk, simak penjelasannya lebih lanjut di sini.

Apa Itu Dermatitis Herpetiformis?

Dermatitis herpetiformis adalah ruam gatal pada kulit yang terjadi akibat sensitivitas gluten. Penyakit ini juga termasuk penyakit autoimun, karena terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap gluten yang dicerna oleh tubuh. Menurut Organisasi Nasional untuk Gangguan Langka (NORD), dermatitis herpetiformis merupakan penyakit langka yang lebih banyak terjadi pada orang berusia 30–40 tahun. Sayangnya, tidak ada obat-obatan yang bisa menyembuhkan dermatitis herpetiformis secara total. Pemberian obat-obatan hanya bertujuan untuk meredakan gejalanya saja.

Penyebab Dermatitis Herpetiformis

Meskipun dokter masih belum sepenuhnya yakin akan penyebab dermatitis herpetiformis, tetapi faktor genetik dan gaya hidup dipercaya berperan besar terhadap terjadinya penyakit ini. Para ahli kemudian juga mengamati bahwa gejala dermatitis herpetiformis berkurang secara signifikan setelah pengidap mengubah diet mereka dengan mengurangi atau meniadakan konsumsi gluten sama sekali. Gluten adalah protein yang terdapat dalam biji-bijian, seperti gandum dan gandum hitam. Contoh makanan yang mengandung gluten, antara lain roti, mie, kue kering, pasta, sereal, kue yang dipanggang.

Baca juga: 6 Dampak Terlalu Banyak Mengonsumsi Gluten untuk Kesehatan

Sindrom Sjogren Meningkatkan Risiko Dermatitis Herpetiformis

Selain sensitivitas gluten, ada banyak faktor risiko yang bisa meningkatkan seseorang mengalami penyakit kulit ini, salah satunya adalah sindrom Sjogren. Sindrom Sjogren juga termasuk penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh sendiri menyerang kelenjar penghasil cairan, seperti kelenjar air liur atau air mata. Nah, sindrom ini bisa menyebabkan pengidapnya mengalami ruam kulit atau kulit kering yang dipercaya bisa berujung pada dermatitis herpetiformis.

Selain sindrom Sjogren, kondisi medis yang juga bisa meningkatkan risiko dermatitis herpetiformis, antara lain penyakit Celiac atau dermatitis herpes, diabetes tipe 1, sindrom down atau sindrom turner, penyakit kelenjar tiroid, dan kolitis.

Baca juga: Ini Cara Diagnosis Sindrom Sjogren

Waspadai Gejala Dermatitis Herpetiformis

Gejala dermatitis herpetiformis bisa berbeda-beda pada tiap pengidap. Biasanya, dermatitis herpetiformis memengaruhi tiga area tubuh, yaitu kulit, saluran pencernaan, dan mulut.

Pada kulit, dermatitis herpetiformis bisa menimbulkan gejala berupa lesi yang melepuh dan terasa gatal. Area kulit yang paling sering terkena dermatitis herpetiformis, antara lain siku, lutut, bokong, dan kulit kepala. Infeksi kulit ini juga bisa memengaruhi wajah dan selangkangan.

Sedangkan pada saluran pencernaan, peradangan lambung dan kerusakan usus halus adalah gejala umum dari orang yang mengalami sensitivitas gluten. Gejala tersebut biasanya baru muncul beberapa hari setelah seseorang mengonsumsi gluten. Pengidap dermatitis herpetiformis mungkin juga akan mengalami gejala tidak nyaman lainnya pada perut, seperti perut kembung, kram, rasa sakit, dan diare atau sembelit.

Gejala dermatitis herpetiformis pada mulut, yaitu perubahan warna pada email gigi dan sariawan (jarang terjadi).

Pengobatan Dermatitis Herpetiformis

Karena asupan gluten dipercaya sangat berpengaruh terhadap kemunculan penyakit kulit ini, maka diet ketat bebas gluten adalah langkah pengobatan paling efektif untuk pengidap dermatitis herpetiformis. Pengidap juga bisa menemui ahli gizi untuk membantu mengidentifikasi dan menghilangkan sumber gluten dan merekomendasikan alternatif untuk jangka pendek dan jangka panjang.

Dokter juga bisa meresepkan obat seperti dapson untuk mengatasi gejala dengan cepat. Namun, untuk orang-orang yang tidak bisa merespon pengobatan dapson, mereka bisa mengonsumsi obat lain yang mengandung sulfapyridine atau sulfamethoxypyridazine.

Baca juga: Pengidap Dermatitis Herpetiformis Jauhi 9 Makanan Ini

Untuk minta saran kesehatan atau rekomendasi obat yang tepat, kamu juga bisa menggunakan aplikasi Halodoc. Melalui Video/Voice Call dan Chat, kamu bisa menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
Medical News Today. Diakses pada 2019. Dermatitis herpetiformis: Causes, treatment, and pictures.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan