Ibu Hamil Idap Plasenta Pervia Tak Bisa Melahirkan Normal, Benarkah?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   12 Desember 2018
Ibu Hamil Idap Plasenta Pervia Tak Bisa Melahirkan Normal, Benarkah?Ibu Hamil Idap Plasenta Pervia Tak Bisa Melahirkan Normal, Benarkah?

Halodoc, Jakarta - Dari berbagai masalah kesehatan yang rentan menyerang ibu hamil, plasenta previa merupakan salah satu yang dapat membuat ibu hamil tidak bisa melahirkan secara normal. Plasenta previa atau plasenta letak rendah adalah kondisi ketika sebagian atau seluruh plasenta menutupi mulut rahim. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa plasenta atau ari-ari merupakan semacam organ yang terbentuk dan menempel pada dinding rahim saat terjadi kehamilan.

Organ ini terhubung dengan bayi melalui tali pusar, yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi untuk bagi. Sekaligus untuk membuang zat-zat sisa dari bayi, untuk dibuang bersama urine dan feses ibu.

Selama masa kehamilan, rahim seorang wanita akan berkembang dan plasenta dengan kondisi normal akan melebar ke arah atas serta menjauhi leher rahim atau serviks. Apabila tetap berada di bagian bawah rahim atau di dekat serviks, plasenta dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir sang bayi. Kondisi inilah yang disebut plasenta previa.

Menyebabkan Pendarahan Tanpa Rasa Sakit

Plasenta previa termasuk kondisi yang jarang dialami oleh ibu hamil. Namun, risiko terjadinya tetap harus diwaspadai, karena dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi dalam kandungan. Gejala utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa disertai rasa sakit. Pendarahan tersebut biasanya terjadi pada 3 bulan terakhir masa kehamilan.

Volume darah yang keluar bisa ringan hingga parah. Pendarahan ini umumnya akan berhenti tanpa penanganan khusus, sebelum kembali terjadi pada beberapa hari atau beberapa minggu kemudian. Sebagian ibu hamil juga ada yang mengalami kontraksi dan nyeri di punggung atau perut bagian bawah.

Memang tidak semua ibu hamil dengan kondisi ini akan mengalami pendarahan. Namun, tindakan penanganan sederhana, seperti membatasi rutinitas agar tidak kelelahan, harus tetap dilakukan guna mencegah komplikasi.

Jika mengalami pendarahan dalam trimester kedua atau ketiga, sebaiknya ibu hamil segera menghubungi dokter. Ibu hamil yang mengalami pendarahan hebat dianjurkan untuk segera ke rumah sakit. Apabila tidak ditangani, ibu hamil dengan plasenta previa terbukti memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami pendarahan sebelum dan setelah kelahiran, kelahiran prematur, serta lepasnya plasenta dari rahim.

Faktor Risiko yang Memicu Plasenta Previa

Hingga kini, belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil. Namun, ada beberapa faktor yang diduga berpotensi meningkatkan risikonya, sebagai berikut:

  • Pernah menjalani operasi pada rahim, misalnya kuret atau pengangkatan miom.

  • Pernah mengalami plasenta previa pada kehamilan sebelumnya.

  • Pernah menjalani operasi caesar.

  • Pernah mengalami keguguran.

  • Merokok.

  • Berusia 35 tahun atau lebih ketika hamil.

  • Menggunakan kokain.

Langkah Penanganan yang Dapat Dilakukan

Langkah penanganan medis yang dibutuhkan ibu hamil ketika mengalami plasenta previa biasanya akan ditentukan berdasarkan pada beberapa faktor, yaitu:

  • Apakah terjadi pendarahan atau tidak.

  • Tingkat keparahan pendarahan.

  • Apakah pendarahan berhenti atau tidak.

  • Kondisi kesehatan sang ibu dan bayi.

  • Usia kandungan.

  • Posisi plasenta dan bayi.

Ibu hamil yang mengalami hanya sedikit pendarahan biasanya tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, tapi harus tetap waspada. Dokter umumnya akan menganjurkan istirahat di rumah. Bahkan, ada ibu hamil yang dianjurkan untuk terus berbaring dan hanya boleh duduk atau berdiri jika benar-benar diperlukan (bed rest).

Berhubungan intim juga sebaiknya dihindari, terutama yang berpotensi memicu pendarahan. Begitu juga dengan olahraga. Apabila terjadi pendarahan, ibu hamil disarankan untuk segera ke rumah sakit sebelum pendarahan bertambah parah.

Sementara itu, ibu hamil yang pernah mengalami pendarahan selama masa kehamilan disarankan untuk menjalani sisa masa kehamilan di rumah sakit dari minggu ke-34. Langkah ini dianjurkan agar pertolongan darurat (seperti transfusi darah atau pencegahan kelahiran prematur) bisa segera diberikan jika pendarahan kembali terjadi.

Prosedur caesar juga akan dilakukan begitu kehamilan mencapai batas usia yang cukup, yaitu minggu ke-36. Sebelum menjalaninya, sang ibu biasanya akan diberi kortikosteroid guna mempercepat perkembangan paru-paru bayi dalam kandungannya.

Itulah sedikit penjelasan tentang plasenta previa, yang membuat ibu hamil tidak bisa melahirkan normal. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut seputar kehamilan atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter di aplikasi Halodoc. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan