Ibu Hamil Ini Berisiko Tinggi Kena Preeklampsia

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   16 Oktober 2018
Ibu Hamil Ini Berisiko Tinggi Kena PreeklampsiaIbu Hamil Ini Berisiko Tinggi Kena Preeklampsia

Halodoc, Jakarta – Tekanan darah tinggi bukanlah suatu masalah yang bisa diabaikan begitu saja. Ketika ibu hamil mengalami preeklampsia ini bisa jadi masalah yang serius dan dapat mempengaruhi janin dalam kandungan. Risiko preeklampsia bisa membayangi ibu hamil bila tidak menjaga pola makan dan gaya hidup selama masa kehamilan.

Lantas ibu hamil seperti apa yang berisiko tinggi kena preeklampsia?

  1. Ibu Hamil Obesitas

Peningkatan berat badan selama kehamilan sangat bisa meningkatkan risiko preeklampsia pada wanita yang melahirkan untuk pertama kalinya. Menurut Preeclampsia Foundation, 10 juta wanita yang sedang hamil di seluruh dunia mengembangkan risiko preeklampsia setiap tahunnya yang mengakibatkan kematian 76 ribu ibu hamil dan 500 ribu kematian bayi. Obesitas selama kehamilan menjadi faktor risiko preeklampsia.

  1. Stres Selama Kehamilan

Kehamilan sering menjadi periode yang dipenuhi stres. Mulai dari apa yang harus dibeli, apa yang harus dimakan, apa yang harus dibaca, bagaimana cara mempersiapkannya, sampai bagaimana cara terbaik untuk membesarkan bayi. Stres-stres semacam itu dapat meningkatkan tekanan darah ibu hamil sehingga menempatkannya pada risiko preeklampsia bagi ibu hamil.  

  1. Penerapan Pola Makan Tak Sehat

Sudah seharusnya ibu hamil mengonsumsi makanan-makanan sehat yang membuat kondisi tetap stabil. Penerapan pola makan tidak sehat, seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan yang asin, daging-dagingan, serta makanan berlemak dan minim serat dapat meningkatkan risiko preeklampsia bagi ibu hamil.

Serat pada sayur dan buah-buahan dapat menetralisir kandungan tidak sehat pada makanan yang dikonsumsi oleh ibu selama kehamilan. Karenanya kedua jenis makanan ini sangat disarankan untuk dimakan secara teratur.

  1. Tidak Mendapat Dukungan dari Keluarga

Faktanya adalah ibu hamil perlu dukungan dari keluarga terutama suami untuk melewati masa kehamilan. Menurut penelitian, ibu hamil yang kurang mendapatkan dukungan selama kehamilan lebih rentan mengalami hipertensi yang berujung pada preeklampsia. Justru ketika ibu hamil mendapat dukungan penuh selama awal kehamilan sampai menjelang kelahiran akan memiliki emosi yang lebih stabil.

  1. Kehamilan Kembar

Ibu hamil dengan kehamilan kembar lebih cenderung mengalami preeklampsia. Ini dikarenakan keribetan selama kehamilan kembar lebih kompleks ketimbang yang tidak. Bagaimana nggak, ibu hamil harus “menghidupi” dua janin dalam kandungan dan mengatur pola makan yang benar, supaya pemenuhan kebutuhan nutrisi kedua janin bisa tetap optimal. Belum lagi penyesuaian peningkatan berat badan, perubahan hormon yang mengakibatkan lonjakan emosional, kerap membuat ibu rentan mengalami hipertensi.

Kenapa Preeklampsia Harus Diwaspadai?

Preeklampsia umumnya terjadi setelah minggu ke 20 kehamilan dan ditandai dengan peningkatan tekanan darah (hipertensi) dan tingginya kadar protein dalam urine (proteinuria). Preeklampsia juga bisa menyebabkan pembengkakan, terutama di wajah dan tangan.

Pembengkakan ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan di luar kenaikan berat badan normal yang diharapkan selama kehamilan. Situasi ini bisa juga disertai dengan gejala lain, seperti penglihatan kabur, sakit kepala, mual, dan nyeri di perut bagian atas.

Sekitar 3—7 persen kehamilan mengalami kendala karena preeklampsia. Wanita yang memiliki tekanan darah tinggi sebelum kehamilan memiliki risiko keguguran lebih tinggi atau melahirkan bayi yang prematur, kurus, atau lahir mati.

Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai ibu hamil dengan kondisi seperti apa yang berisiko mengidap preeklampsia, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untuk ibu hamil. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Hubungi Dokter, ibu hamil bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Baca juga:



Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan