Ibu Hamil Perlu Tahu Masalah Air Ketuban Polihidramnion

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   07 November 2018
Ibu Hamil Perlu Tahu Masalah Air Ketuban PolihidramnionIbu Hamil Perlu Tahu Masalah Air Ketuban Polihidramnion

Halodoc, Jakarta - Selama dalam kandungan, janin tumbuh dan berkembang di dalam sebuah kantung berisi cairan, yang juga sering disebut air ketuban. Air ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam menjaga dan membantu perkembangan janin, seperti membantu pertumbuhan otot, tulang, dan organ-organ penting lainnya. Air ketuban juga berfungsi sebagai pelindung dari tekanan di luar rahim, serta mempertahankan suhu yang hangat untuk janin.

Namun, seperti bagian tubuh lainnya, air ketuban pada ibu hamil pun tidak bisa terhindar dari masalah. Salah satu masalah air ketuban yang sering terjadi adalah polihidramnion, yaitu penumpukan air ketuban yang berlebihan selama masa kehamilan. Meski kondisi ini umumnya tidak serius, pemantauan secara rutin dari dokter tetap dibutuhkan, agar terhindar dari kemungkinan komplikasi. Polihidramnion biasanya terjadi pada saat trimester ketiga, tetapi tetap bisa terjadi pada trimester awal atau kedua masa kehamilan, walaupun jarang terjadi.

Penyebab Polihidramnion

Pada kondisi normal, volume air ketuban akan meningkat dan mencapai kuantitas maksimal sekitar 1 liter pada minggu ke-34 hingga ke-36 kehamilan. Air ketuban kemudian akan perlahan-lahan berkurang sekitar setengah liter hingga mendekati waktu persalinan.

Pada kasus polihidiramnion, volume air ketuban dapat meningkat dengan sangat cepat hingga mencapai 2 liter, atau hingga 3 liter pada kasus yang parah. Janin berperan dalam mengendalikan volume air ketuban dengan cara menelannya dan mengeluarkannya kembali sebagai urine. Polihidramnion terjadi saat keseimbangan ini terganggu. Misalnya produksi air ketuban yang berlebih, tidak diimbangi dengan kemampuan janin untuk menelannya.

Serangkaian faktor yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan tersebut adalah:

  1. Gangguan kesehatan pada janin. Contohnya adanya kelainan saluran pencernaan atau sistem saraf pusat pada janin, gangguan kendali otot janin, serta anemia pada janin. Keadaan tersebut membuat janin tidak bisa menelan air ketuban untuk dapat menyeimbangkan volume air ketuban.

  2. Ibu hamil yang menderita diabetes. Kondisi ini mengakibatkan volume air ketuban meningkat secara tajam.

  3. Berbagai infeksi, misalnya toksoplasma atau rubella.

  4. Penumpukan cairan pada salah satu bagian tubuh janin (hidrops fetalis).

  5. Terdapat masalah pada plasenta.

  6. Sindrom transfusi pada janin kembar. Kondisi ini terjadi pada kehamilan dengan janin kembar. Salah satu janin menerima terlalu banyak darah dari plasenta, sehingga cairan yang dikeluarkan janin tersebut melalui urine bertambah banyak dan berakibat volume air ketuban meningkat dengan tajam.

  7. Kondisi kromosom yang abnormal, seperti sindrom Down atau sindrom Edward yang dapat menyebabkan polihidramnion.

  8. Ketidaksesuaian darah antara ibu dan janin, yaitu ketika sel darah bayi diserang sel darah ibu.

Gejala yang Dialami

Selama masa kehamilan, tubuh ibu akan mengalami berbagai perubahan, sehingga polihidramnion pun sulit dideteksi. Terutama polihidramnion ringan yang berkembang secara bertahap, sehingga gejalanya tidak bisa terlihat secara jelas.

Polihidramnion dapat menimbulkan gejala jika kondisi sudah semakin parah hingga rahim atau organ sekitarnya terdesak oleh tekanan air ketuban. Gejala biasanya ditunjukkan dengan:

  1. Kesulitan bernapas, misalnya tersengal-sengal atau napas pendek.

  2. Dinding perut yang membesar, terkadang perut bisa jauh lebih besar hingga ibu tidak bisa merasakan gerakan janin.

  3. Rahim terasa tidak nyaman atau terjadi kontraksi.

  4. Janin berada dalam posisi yang tidak baik, seperti sungsang.

Selain gejala-gejala tersebut, polihidramnion cenderung memperburuk gejala kehamilan, misalnya gangguan pencernaan, nyeri ulu hati, konstipasi, tungkai bengkak, pelebaran pembuluh darah vena pada tungkai, serta stretch mark pada kulit.

Pengobatan yang Dapat Dilakukan

Setelah terdiagnosis mengalami polihidramnion, maka perkembangan kehamilan pasien perlu diamati secara lebih rutin dan seksama oleh dokter. Pengamatan tersebut dapat berupa nonstress test atau pengukuran detak jantung janin saat janin bergerak, serta melihat profil pernapasan dan gerakan janin dengan alat USG.

Namun jika polihidramnion terjadi karena gangguan kesehatan pada janin atau ibu, maka gangguan tersebut perlu diatasi terlebih dahulu agar nantinya dapat menghentikan polihidramnion. Contoh penanganan yang dapat diberikan, antara lain perubahan pola makan dan pemberian obat jika ibu diketahui menderita diabetes, serta pemberian obat antibiotik jika ibu menderita toksoplasmosis.

Itulah sedikit penjelasan tentang masalah air ketuban polihidramnion. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal kondisi ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Contact Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan