Idap Fibrosis Paru, Perlukah Transplantasi Paru?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   09 April 2019
Idap Fibrosis Paru, Perlukah Transplantasi Paru?Idap Fibrosis Paru, Perlukah Transplantasi Paru?

Halodoc, Jakarta - Fibrosis paru adalah gangguan paru yang terjadi ketika ada kerusakan pada jaringan paru. Jaringan yang menebal dan kaku ini membuat paru-paru sulit bekerja dengan baik. Terlebih ketika fibrosis semakin buruk, napas yang bisa kamu hasilkan semakin pendek.

Munculnya jaringan parut yang menjadi penyebab fibrosis paru ini bisa terjadi karena banyak hal. Tetapi, pada sebagian besar kasus, penyebab pastinya belum bisa diketahui. Kondisi ini dikenal dengan nama fibrosis paru idiopatik. Sayangnya, gangguan ini tidak bisa disembuhkan, dan obat-obatan hanya bisa meringankan gejalanya. Biasanya, dokter merekomendasikan untuk melakukan transplantasi paru.

Transplantasi Paru untuk Fibrosis Paru, Apakah Diperlukan?

Memang, untuk kasus fibrosis paru, transplantasi paru sering menjadi pilihan terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup. Tetapi, bukan berarti hal ini tidak menimbulkan risiko. Meski begitu, pada sebagian besar kasus, metode pengobatan ini memang diperlukan, terlebih karena belum adanya pengobatan lain untuk menangani gangguan paru ini.

Baca juga: Selain Kebiasaan Merokok, Ini 6 Faktor Risiko Fibrosis Paru

Namun, tidak semua pengidap gangguan paru ini memenuhi persyaratan untuk mendapatkan transplantasi. Berdasarkan keterangan dari The Pulmonary Fibrosis Foundation, kriteria yang tepat untuk transplantasi adalah sebagai berikut:

  • Berada dalam kondisi fisik yang baik selain fungsi paru.

  • Memiliki berat badan yang ideal.

  • Tidak memiliki riwayat penyakit berbahaya lainnya.

  • Berpartisipasi dalam program rehabilitasi paru.

  • Telah memahami apa saja risiko yang mungkin terjadi dari prosedur ini.

Baca juga: Bikin Sulit Bernapas, Bagaimana Fibrosis Paru Diobati?

Prosedur Transplantasi Paru untuk Pengidap Fibrosis Paru

Ketika donor paru sudah tersedia, pengidap disiapkan untuk melakukan operasi penggantian paru. Setelah melakukan pemeriksaan dan telah sesuai dengan persyaratan, operasi bisa dilakukan tanpa perlu menunggu paru-paru donor tiba di rumah sakit pengidap. Bergantung pada beberapa faktor, keputusan apakah transplantasi paru tunggal atau ganda dibuat sesaat sebelum prosedur bedah dilaksanakan.

Pasien diberikan anestesi umum selama operasi berlangsung. Dokter akan membuat sayatan besar di salah satu sisi dada jika transplantasi paru tunggal dilakukan. Sementara untuk transplantasi paru ganda, sayatan bisa dibuat pada kedua sisi atau selebar dada. Paru-paru yang rusak dikeluarkan, dan digantikan dengan paru-paru yang sehat.

Pada beberapa kondisi, pasien menjalani bypass cardiopulmonar selama operasi berlangsung untuk memompa darah dan menyediakan oksigen yang dilakukan oleh jantung dan paru. Lama waktu prosedur transplantasi paru ini biasanya sekitar 6 (enam) jam.

Baca juga: Harus ke Dokter, Ini Cara Diagnosis Fibrosis Paru

Setelah transplantasi paru, pasien menerima obat jenis tertentu dan bergantung pada obat tersebut seumur hidup. Pasien juga selalu berada dalam pemantauan tim ahli transplantasi. Pengecekan berkala diperlukan, seperti bagaimana dampak dari obat yang dikonsumsi dan bagaimana pasien fibrosis paru bernapas setelah dilakukan transplantasi.

Jadi, sudah bisa dipastikan bahwa transplantasi paru memang sangat diperlukan untuk mengobati fibrosis paru, karena belum tersedianya pengobatan lain yang lebih baik. Nah, jika kamu ingin mengetahui lebih jauh seputar gangguan paru ini, kamu bisa langsung bertanya pada dokter kapan saja melalui aplikasi Halodoc. Aplikasi ini bisa kamu download secara gratis di ponsel iOS maupun Android. Tentu saja, mendapatkan diagnosis dan penanganan tepat akan jauh lebih mudah dengan tanya dokter lewat Halodoc. Yuk, coba sekarang!

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan