Inilah Penyakit Infeksi yang Dapat Dideteksi dengan Tes Skrining

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   06 April 2023
Inilah Penyakit Infeksi yang Dapat Dideteksi dengan Tes SkriningInilah Penyakit Infeksi yang Dapat Dideteksi dengan Tes Skrining

"Ada beberapa penyakit infeksi yang dapat dideteksi dengan tes skrining. Segera lakukan diagnosis agar kondisi dapat segera ditangani dengan tepat."

Halodoc, Jakarta - Tes skrining adalah salah satu cara yang paling direkomendasikan dalam mendiagnosis suatu penyakit. Dengan melakukan diagnosis yang tepat melalui tes skrining, seorang pengidap penyakit tertentu menjadi lebih mudah mendapatkan penanganan dan pengobatan dini. Hal ini juga bermanfaat bagi masyarakat luas jika identifikasi penyakit mengarah pada pencegahan primer dan sekunder.

Selain itu karena setiap orang memiliki kondisi tubuh yang berbeda, sangat mungkin seseorang mengidap penyakit tertentu yang belum terdeteksi karena tidak memunculkan gejala apa pun. Apalagi jika penyakit tersebut disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Dokter tidak bisa menentukan tingkat keparahan suatu penyakit jika pengidap tidak melakukan tes skrining. Nah, berikut ini beberapa tes skrining yang wajib dilakukan untuk mengetahui penyakit yang disebabkan oleh infeksi.

1. Human Immunodeficiency Virus Infection (HIV)

Tes skrining dibutuhkan untuk mendeteksi infeksi HIV pada seseorang. Orang-orang yang wajib melakukan tes ini antara lain:

  • Pria yang melakukan hubungan intim dengan pria.
  • Pria dan wanita yang melakukan hubungan intim tanpa kondom dengan banyak pasangan.
  • Pernah menjadi pengguna narkoba suntik.
  • Pria dan wanita yang menjadi pekerja seks komersial.
  • Seseorang yang pasangannya adalah pengguna narkoba yang terinfeksi HIV, biseksual, atau injeksi.
  • Orang yang dirawat karena penyakit menular seksual (PMS).
  • Orang yang pernah menjalani transfusi darah.

Tes skrining tidak dapat dilakukan pada wanita hamil karena berisiko membahayakan janin. Namun, tes pada trimester pertama dan melakukan terapi antiretroviral disarankan karena hal ini dapat mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.

Orang yang menunjukkan perilaku berisiko tinggi harus melakukan tes skrining secara teratur, yakni 6 bulan sekali. Namun, mereka yang melakukan perilaku yang berisiko tinggi ini harus melakukan tes skrining pada 1 bulan dan 3 bulan setelah paparan risiko tinggi terakhir untuk mengesampingkan kemungkinan hasil negatif awal yang ternyata palsu.

2. Hepatitis A

Meski pengidap bisa melakukan skrining, tetapi biasanya hal ini tidak direkomendasikan karena hepatitis A dapat lenyap dengan sendirinya karena bantuan sistem kekebalan tubuh yang kuat.

3. Hepatitis B

Tes skrining untuk mendeteksi penyakit hepatitis B disarankan untuk orang asing, imigran, atau orang yang baru pulang dari perjalanan mengunjungi negara-negara tempat virus hepatitis B (HBV) menjadi endemik.

4. Hepatitis C

Sama halnya dengan hepatitis B, tes skrining untuk hepatitis C tidak direkomendasikan karena hingga kini tidak ditemukan bukti bahwa skrining untuk infeksi hepatitis C pada orang dewasa yang berisiko tinggi mengarah pada peningkatan hasil kesehatan.

5. Infeksi Parasit Usus

Tes skrining disarankan untuk dilakukan oleh orang-orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri selama berbulan-bulan atau lebih, terutama ke negara yang memiliki keterbatasan sumber daya. Tes skrining ini juga termasuk pemeriksaan tinja untuk ova dan parasit.

6. Rubella

Rubella atau campak Jerman berbahaya jika menyerang ibu hamil karena menyebabkan kelainan pada bayi kelak. Oleh karena itu, semua wanita hamil yang rentan terpapar virus rubella wajib menjalani tes skrining selama trimester awal kehamilan.

7. Sifilis

Karena sifilis dan HIV adalah penyakit yang rentan menular karena aktivitas seksual yang kurang aman, maka mereka yang berisiko terkena HIV juga rentan mengalami sifilis. Tes skrining dapat dilakukan 1 bulan setelah paparan, dan diulangi lagi setelah 3 bulan untuk kelompok risiko tinggi. Selain itu skrining rutin untuk semua wanita hamil disarankan demi mencegah mortalitas neonatal yang parah terkait dengan sifilis kongenital. 

8. Tuberkulosis

Tes ini disarankan bagi mereka yang tinggal serumah dengan pengidap TBC, serta mereka yang telah melakukan perjalanan luar negeri. Tes ini membantu mengidentifikasi dan mencegah perkembangan TB laten menjadi penyakit TB aktif.

Jaga selalu kesehatanmu dengan cara menjalani pola hidup sehat. Kini kamu juga bisa lho memeriksakan kondisi kesehatanmu melalui fitur layanan Halodoc Home Lab (tersedia di Jabodetabek dan Surabaya) sehingga kamu tidak perlu repot-repot keluar dari rumah. Jangan ragu juga untuk menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat untuk berdiskusi dan meminta saran kesehatan kapan saja.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan