Ini 3 Fase Hipotermia yang Bisa Berakibat Fatal

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   25 Oktober 2019
Ini 3 Fase Hipotermia yang Bisa Berakibat FatalIni 3 Fase Hipotermia yang Bisa Berakibat Fatal

Halodoc, Jakarta – Kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan kondisi bernama hipotermia. Ya, hipotermia adalah kondisi yang sering terjadi ketika seseorang berada di tempat yang sangat dingin, seperti pegunungan dan tidak memiliki perlengkapan yang cukup untuk menghangatkan dirinya. Akibatnya, suhu tubuh akan menurun drastis, bahkan sampai di bawah 35 derajat Celsius. Hipotermia merupakan kondisi serius yang perlu mendapatkan penanganan sesegera mungkin. Pasalnya, ada beberapa fase hipotermia yang bisa berakibat fatal. Yuk, cari tahu di sini.

Baca juga: Rentan Menyerang Pendaki Gunung, 5 Cara Mencegah Hipotermia

Memahami Hipotermia

Hipotermia adalah keadaan darurat medis yang terjadi ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada menghasilkan panas. Suhu tubuh yang normal adalah sekitar 37 derajat Celsius. Seseorang bisa dikatakan mengalami hipotermia bila suhu tubuhnya menurun hingga di bawah 35 derajat Celsius.

Ketika suhu tubuh kamu menurun, maka jantung, sistem saraf dan organ lainnya tidak dapat berfungsi dengan normal. Bila tidak ditangani dengan baik, hipotermia bisa menyebabkan gagal jantung, gangguan sistem pernapasan, bahkan kematian.

Baca juga: Bukan Hanya Udara Dingin, Ini Penyebab Lain Hipotermia

Fase-Fase  Hipotermia 

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, hipotermia perlu mendapatkan penanganan secepatnya untuk mencegah kondisi tersebut memburuk hingga akhirnya membahayakan nyawa. Secara umum, hipotermia bisa berkembang menjadi 3 fase, dari fase ringan ke sedang, kemudian parah. Fase hipotermia tersebut bisa dikenali dengan mengamati gejala yang terjadi pada pengidap. Menurut AAFP, berikut ini fase hipotermia dan gejala-gejalanya:

1. Fase Ringan

Hipotermia masih termasuk fase ringan bila suhu tubuh berada di kisaran 32–35 derajat Celsius. Gejala hipotermia fase ringan, antara lain tekanan darah tinggi, menggigil, detak jantung meningkat dan napas menjadi cepat, pembuluh darah menyempit, kelelahan, serta kurang koordinasi. (Gejala menggigil sebenarnya adalah pertanda baik bahwa sistem regulasi panas tubuh seseorang masih aktif.) 

2. Fase Sedang

Hipotermia memasuki fase sedang bila suhu tubuh menurun sampai di kisaran 28–32 derajat Celsius. Gejala hipotermia fase sedang, antara lain detak jantung tidak teratur, detak jantung dan pernapasan melambat, tingkat kesadaran menurun, pupil melebar, tekanan darah menurun, dan refleks menurun.

3. Fase Parah

Hipotermia sudah bisa dikatakan parah bila suhu tubuh kurang dari 28 derajat Celsius. Kondisi ini sangat berbahaya, sehingga perlu mendapatkan pertolongan medis secepatnya. Gejala hipotermia fase parah, antara lain sulit bernapas, pupil tidak reaktif, gagal jantung, edema paru dan henti jantung. Ketika seseorang sudah mengalami hipotermia parah, ia sudah tidak sadar dengan apa yang ia lakukan atau lingkungan di sekitarnya.

Pertolongan Pertama untuk Hipotermia

Penanganan untuk hipotermia tergantung pada tingkat keparahan kondisinya, tetapi tujuannya tetap sama, yaitu untuk membuat orang tersebut hangat. Sambil menunggu bantuan medis tiba, beberapa tindakan berikut ini bisa membantu meredakan kondisi orang yang mengalami hipotermia:

  • Pindahkan orang tersebut ke tempat yang hangat dan kering. Bila perlu, lepaskan pakaiannya yang basah dan tutupi seluruh tubuh dan kepalanya dengan selimut hingga hanya wajah yang tersisa.

  • Pantau pernapasan orang tersebut dan lakukan CPR bila pernapasan berhenti.

  • Lakukan skin to skin dengan orang yang mengalami hipotermia. Bila memungkinkan, lepas pakaian dan bungkus diri kamu dan orang tersebut dengan selimut untuk mentransfer panas.

  • Bila orang tersebut sudah sadar, berikan ia minuman hangat, tetapi jangan alkohol atau kafein.

  • Sangat penting untuk tidak menggunakan sumber panas langsung, seperti lampu panas atau air panas, karena bisa merusak kulit. Cara tersebut juga dapat memicu detak jantung tidak teratur dan berpotensi menyebabkan henti jantung.

Baca juga: Bukan Hubungan Intim, Ini Skin to Skin Atasi Hipotermia

Itulah 3 fase hipotermia yang perlu kamu waspadai. Kamu juga bisa menanyakan lebih lanjut tentang langkah-langkah pencegahan hipotermia pada dokter kapan dan di mana saja dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Hubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat untuk berdiskusi seputar masalah kesehatan Si Kecil. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
Medical News Today. Diakses pada 2019. Everything you need to know about hypothermia.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan