Ini 4 Bahaya di Balik Perut Buncit yang Sering Diabaikan

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   12 Oktober 2018
Ini 4 Bahaya di Balik Perut Buncit yang Sering DiabaikanIni 4 Bahaya di Balik Perut Buncit yang Sering Diabaikan

Halodoc, Jakarta - Dulu banyak anggapan bahwa memiliki perut buncit sering kali diartikan sebagai tanda kemakmuran. Kini, banyak orang yang menghindari perut buncit karena menandakan bahwa orang tersebut kurang peduli akan kesehatan dirinya dalam jangka panjang.

Menurut penelitian, perut buncit adalah akar dari segala macam masalah kesehatan. Perut buncit ini dapat terjadi bukan hanya karena lemak di bawah kulit (lemak subkutan), tetapi juga karena menumpuknya jenis lemak yang kemudian disebut lemak viseral di dalam rongga perut. Seorang pria dikatakan memiliki perut buncit apabila ia memiliki lingkar pinggang di atas 102 cm sementara untuk wanita adalah 88 cm. Untuk mengurangi lingkar pinggang ini, maka kamu harus berfokus untuk mengurangi lemak viseral.

Selain tidak sedap dipandang, ada bahaya perut buncit untuk kesehatan. Kumpulan lemak di dalam tubuh bisa mengeluarkan senyawa peradangan dan hormon yang dapat mengganggu metabolisme tubuh. Senyawa-senyawa peradangan disebut juga sitokin. Zat ini dapat menyebabkan peradangan dalam tubuh sehingga meningkatkan risiko penyakit. Nah, bahaya yang sering diabaikan oleh pemilik perut buncit antara lain:

Penyakit Seputar Jantung dan Stroke

Lemak yang terletak di dalam rongga perut atau lemak viseral merupakan gangguan paling utama bagi kesehatan jantung. Lemak tersebut adalah penghasil racun yang bekerja sangat aktif menghasilkan sitokin. Selain itu, lemak viseral berkaitan erat dengan tingginya kolesterol jahat di dalam tubuh. Kolesterol jahat ini membuat plak di dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah sehingga menimbulkan serangan jantung. Plak dapat terbentuk di otak sehingga menghambat aliran darah ke otak dan menyebabkan stroke.

Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga dapat dipicu akibat lemak viseral tersebut. Penelitian yang dilakukan American College of Cardiology menyatakan lemak ini meningkatkan risiko darah tinggi hingga 22 persen dibanding mereka yang memiliki perut rata. Letak lemak viseral berada di sekitar organ dalam rongga perut, seperti di ginjal dan kelenjar adrenal sehingga keberadaannya memengaruhi peningkatan tekanan darah.

Diabetes Tipe 2

Tumpukan lemak viseral sebagai dampak perut buncit yang dialami akan berisiko mengganggu kerja insulin. Akibatnya, tubuh memiliki risiko terserang diabetes tipe 2 lebih tinggi dibanding mereka yang tidak memiliki perut buncit. Tumpukan lemak viseral tersebut akan menghasilkan retinol-binding protein yang dapat meningkatkan resistensi insulin. Jadi, meskipun di dalam riwayat keluarga tidak ada yang menderita diabetes melitus, tetapi karena perut buncit risiko tersebut akan datang.

Kanker

Sitokin yang dihasilkan oleh tumpukan lemak viseral dalam rongga perut dapat memicu peradangan di dalam tubuh. Hal berbahaya dari munculnya peradangan ini memicu perubahan sel sehat menjadi sel kanker. Kanker payudara dan kanker kolorektal paling sering terjadi akibat kondisi perut buncit.

Seperti yang dilaporkan dalam Medical News Today, para peneliti menemukan bahwa lemak viseral menghasilkan zat yang bernama fibroblast growth factor-2 (FG2) lebih banyak dibandingkan dengan lemak subkutan. Keberadaan FG2 ini mendorong sel-sel tubuh yang masih normal berubah menjadi sel kanker. Oleh karena itu, lemak viseral si pembuat perut buncit ini dianggap jenis lemak yang paling berbahaya.

Jika kamu tidak mau bahaya perut buncit di atas mengancam kesehatanmu, mulai sekarang terapkan pola hidup sehat seperti makan-makanan sehat dan olahraga teratur. Untuk kamu yang sudah terlanjur memiliki perut buncit, mulai kendalikan diri terhadap kebiasaan buruk yang dapat merusak kesehatan. Kalau kamu punya pertanyaan lain seputar bahaya perut buncit, tanyakan pada dokter Halodoc. Kamu bisa bertanya pada dokter kapan saja dan di mana saja melalui Chat, dan Voice/Video Call. Jadi, yuk download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan