Ini 5 Penyakit Penyebab Kematian Terbanyak

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   17 Oktober 2018
Ini 5 Penyakit Penyebab Kematian TerbanyakIni 5 Penyakit Penyebab Kematian Terbanyak

Halodoc, Jakarta – Angka harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini mencapai 71,7 tahun. Ini merupakan kemajuan besar dalam bidang kesehatan di Indonesia sejak tahun 1990. Meski begitu, masih ada tantangan besar di bidang kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus. Tantangan ini berkaitan dengan meningkatnya berbagai penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, kanker, dan lainnya.

Apa Saja Penyakit yang Perlu Diwaspadai?

Semua jenis penyakit, baik penyakit menular dan tidak menular perlu diwaspadai. Sebab data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa terdapat lima penyakit penyebab kematian tertinggi (menular dan tidak menular). Apa saja?

1. Penyakit Kardiovaskular

Kematian terbanyak di Indonesia disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Ini adalah golongan berbagai penyakit yang terkait dengan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung, stroke, dan hipertensi. Data Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) menunjukkan bahwa 42,3 persen kematian tahun 2013 disebabkan oleh PJK dan 38,3 persen disebabkan oleh stroke. Penyakit kardiovaskuler ini diperkirakan lebih banyak ditemukan pada perempuan dibanding laki-laki, tepatnya pada kelompok umur 44 - 45 tahun, 55 - 64 tahun dan 65 - 74 tahun. Maka dari itu kardiovaskuler merupakan salah satu penyakit penyebab kematian.

2. Diabetes

Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kelainan metabolik akibat kurangnya produksi insulin dalam tubuh. Penyakit ini dikenal sebagai "silent killer" karena tanda dan gejalanya baru disadari setelah terjadinya komplikasi. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah pengidap diabetes di Indonesia pada kelompok usia 15 tahun ke atas mencapai 12 juta jiwa. Angka ini meningkat hampir dua kali lipat dari jumlah populasi pengidap diabetes di tahun 2007.

3. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi PPOK di Indonesia sebanyak 3,7 persen. PPOK adalah penyakit peradangan paru yang menyebabkan pengidapnya sulit bernapas. Penyakit ini terjadi karena terhalangnya aliran udara dari paru-paru akibat pembengkakan dan adanya lendir atau dahak pada saluran napas. Pencegahan PPOK ini bisa dilakukan dengan berhenti merokok, serta menghindari asap rokok, polusi udara, asap bahan kimia dan debu.

4. Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang menyebabkan kematian terbanyak di Indonesia. Data WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2015, Indonesia termasuk dalam 6 besar negara dengan kasus baru tuberkulosis terbanyak. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis yang bisa menular melalui udara, yaitu dari percikan air liur (droplet) saat batuk atau bersin.

5. Kecelakaan

Kecelakaan atau cedera termasuk penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan kasus cedera terbanyak disebabkan oleh kejadian terjatuh (49,9 persen) dan kecelakaan motor (40,6 persen). Kejadian cedera akibat jatuh lebih sering dialami anak berusia kurang dari 1 tahun, perempuan tidak bekerja, dan penduduk desa. Cedera akibat kecelakaan motor paling banyak terjadi pada kelompok umur 15 - 24 tahun dan laki-laki tamatan SMA dengan status pegawai.

Dibanding penyakit menular, penyakit tidak menular lebih sulit dideteksi karena penyebabnya berkaitan dengan gaya hidup. Oleh karena itu, pencegahan penyakit tidak menular lebih difokuskan pada penerapan gaya hidup sehat seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, tidur cukup, rutin berolahraga, memperbanyak minum air putih, dan mengelola stres.

Kalau kamu punya pertanyaan lain seputar penyakit menular dan tidak menular, jangan ragu bertanya pada dokter Halodoc. Kamu bisa memanfaatkan fitur Contact Doctor di aplikasi Halodoc untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja melalui Chat, Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan