Ini Akibatnya Kalau Tubuh Kehabisan Oksigen (Anoksia)

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   22 Januari 2019
Ini Akibatnya Kalau Tubuh Kehabisan Oksigen (Anoksia)Ini Akibatnya Kalau Tubuh Kehabisan Oksigen (Anoksia)

Halodoc, Jakarta - Anoksia terjadi ketika tubuh atau otak seseorang berhenti mendapatkan asupan oksigen. Hilangnya oksigen ke tubuh atau otak bisa sangat berbahaya dan bahkan mengancam jiwa. Lalu, apa sebenarnya anoksia ini?

Anoksia biasanya merupakan hasil dari hipoksia, artinya sebagian tubuh tidak mendapatkan asupan oksigen. Hipoksia merupakan kondisi ketika terjadi penurunan oksigen pada jaringan, meski aliran darahnya terbilang cukup. Hal ini dikenal dengan istilah cedera hipoksia-anoksia.

Hipoksia dapat menjadi konsekuensi dari banyak kondisi, termasuk rendahnya oksigen pada ketinggian yang cukup tinggi, hilang darah secara signifikan, keracunan karbon monoksida atau yang lainnya, mengidap asma atau pneumonia, cedera mendadak yang berpengaruh pada pernapasan, hingga rendahnya aliran darah ke organ tertentu. Ketika hipoksia berubah menjadi anoksia, ada bagian tubuh yang membutuhkan oksigen yang berhenti bekerja, seperti otak, jantung, ginjal, dan jaringan tubuh.

Baca juga: Gejala-Gejala Enselofati, Penyakit Kelainan Otak

Anoksia bisa berbahaya bagi otak. Sekiranya empat hingga lima menit setelah oksigen habis, otak dapat mengalami kerusakan secara permanen. Tanpa oksigen, sel pada otak bisa mati dan memengaruhi berbagai fungsi yang dikendalikan langsung oleh otak. Semakin lama otak tidak mendapatkan asupan oksigen, komplikasinya semakin membahayakan, bahkan hingga kematian.

Efek dari Anoksia

Jika anoksia yang dialami pada otak terbilang ringan, dampak yang dapat muncul adalah permasalahan pada konsentrasi, koordinasi, dan daya ingat atau memori jangka pendek. Efeknya dapat disertai sakit kepala, pengingkatan kecepatan bernapas, dan tubuh mudah berkeringat. Beberapa dampak muncul pada aspek penglihatan hingga terjadinya mati rasa.

Ketika tingkat keparahannya meningkat, dampak oksigen habis pada tubuh menjadi lebih jelas. Pengidap mungkin mengalami kebingungan, sering mengantuk, munculnya sianosis atau semburat kebiruan pada kulit yang mengindikasikan rendahnya kadar oksigen. Bukan tidak mungkin terjadi kejang yang disebabkan karena kerusakan otak. Pada kondisi yang parah, pengidap bisa mengalami hilang kesadaran hingga koma.

Baca juga: Inilah 6 Penyebab Seseorang Bisa Pingsan

Oleh karena permintaan energi yang mengalami peningkatan, sel saraf pada otak menjadi lebih sensitif terhadap kurangnya asupan oksigen. Meski anoksia dapat menghasilkan kerusakan pada seluruh sel otak, beberapa bagian sifatnya lebih rentan dibandingkan dengan yang lain. Area tersebut seperti korteks serebral, hippocampus yang berhubungan dengan daya ingat, ganglia basal dan serebelum yang berkontribusi pada kontrol gerakan.

Ketika terjadi gangguan aliran darah, seperti yang terjadi pada gagal jantung, akan terjadi kerusakan pada area yang letaknya paling jauh dari wilayah yang dipasok oleh tiga arteri utama otak. Daerah ini menjadi rentan ketika aliran darah berkurang dan memungkinkan terjadinya kematian jaringan seperti yang terjadi pada pengidap stroke.

Cedera otak anoksik parah sering berakibat fatal. Pada kasus tertentu yang tidak memungkinkan adanya pemulihan, dokter dapat memberikan rekomendasi untuk tidak melakukan resusitasi apabila terjadi komplikasi gagal jantung.

Baca juga: Ini 6 Penyebab Ibu Hamil Mengalami Sesak Napas

Itu tadi beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada tubuh jika oksigen habis. Jika kamu masih ingin menanyakan informasi ini, kamu bisa gunakan aplikasi Halodoc. Caranya, download aplikasinya dan pilih layanan Tanya Dokter. Aplikasi Halodoc juga bisa kamu pakai untuk cek lab rutin di mana dan kapan saja dengan memilih layanan Cek Lab. Semoga bermanfaat.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan