Ini Bedanya Fimosis dan Parafimosis yang Perlu Diketahui

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   02 Juni 2019
Ini Bedanya Fimosis dan Parafimosis yang Perlu DiketahuiIni Bedanya Fimosis dan Parafimosis yang Perlu Diketahui

Halodoc, Jakarta - Ketika anak laki-laki tidak disunat, mereka seharusnya dapat menarik kulit di bagian kepala Mr. P. Namun, beberapa anak laki-laki tidak dapat melakukannya. Kondisi ketika pembukaan kulup menyempit, sehingga kulit tidak dapat ditarik dari ujung Mr. P ini dinamakan fimosis. Kondisi ini dapat terjadi jika kulup dipaksa kembali sebelum siap, yang menyebabkan terbentuknya bekas luka berserat yang mencegah pencabutan kulup di masa depan.

Sementara itu, parafimosis terjadi ketika kulup ditarik ke belakang mahkota Mr. P dan tidak dapat dikembalikan ke posisi semula atau ketika tidak dalam keadaan sedang ditarik. Hal ini menyebabkan terganggunya drainase darah dan bisa berakibat fatal jika tidak dilakukan penanganan segera.

Fimosis dan parafimosis bisa terjadi karena beberapa hal, seperti:

  • Jaringan parut. Infeksi dapat melukai kulit Mr. P yang membuat kulit menjadi kurang elastis. Jaringan yang keras membuatnya sulit untuk ditarik kembali.

  • Menarik dan meregangkan dengan paksa. Jangan paksa memindahkan kulup, karena tarikan dan regangan paksa dapat luka dan peradangan.

  • Tindik. Rasa sakit dan bengkak akibat tindikan pada organ ini menyulitkan untuk mengembalikan kulup setelah dilakukan penarikan.

  • Hubungan intim. Ketika berhubungan intim, kamu mungkin akan menarik kulit kulup kembali. Jika dibiarkan terlalu lama dalam posisi demikian, maka dapat terjadi pembengkakan.

Baca juga: Tidak Disunat Dapat Sebabkan Parafimosis, Ini Alasannya

Apa Saja yang Menjadi Gejala Keduanya?

Setiap anak menunjukkan gejala yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Namun, gejala umum dari fimosis seperti ada bagian yang menonjol dari kulit kulup ketika buang air kecil, tidak mampu untuk menarik kulup sepenuhnya pada usia 3 tahun, meski pada beberapa anak proses ini dapat membutuhkan waktu lebih lama.

Sementara pada parafimosis, gejala yang muncul adalah pembengkakan pada bagian ujung Mr. P ketika kulit ditarik atau ditarik kembali, rasa nyeri pada area Mr. P, tidak mampu untuk menarik kulit kembali ke bagian ujung Mr. P, perubahan warna, baik merah kebiruan yang terjadi di bagian ujung Mr. P.

Baca juga: Begini Pencegahan Parafimosis yang Perlu Diketahui

Bagaimana Penanganannya?

Penanganan untuk fimosis bisa dilakukan secara rawat jalan, dan bergantung pada seberapa parah kondisi serta penyebabnya. Dokter bisa merekomendasikan penggunaan krim steroid ke kulit beberapa kali sehari dalam waktu beberapa minggu. Ini bisa membantu mengendurkan kulit. Perawatan lain bisa dengan sunat parsial atau penuh.

Sementara untuk penanganan parafimosis dibutuhkan perawatan khusus. Caranya dengan mengurangi pembengkakan dengan pemberian obat tertentu. Kemudian, dokter membuat kulup menjadi lebih longgar secara manual. Dokter menggunakan jarum untuk membuat beberapa lubang di kulup agar cairan yang terperangkap bisa keluar dan pembengkakan bisa dikurangi.

Selain itu, kamu juga diberikan cairan atau minum untuk membantu melepaskan air yang tidak dibutuhkan dan mengurangi pembengkakan. Dokter akan membuat celah kecil pada bagian kulit kulup untuk membuat bagian ini lebih longgar. Cara terakhir yang bisa dilakukan dengan berkhitan.

Baca juga: Apakah Khitan Bisa Memengaruhi Kesuburan Pria?

Risiko terbesar dari pengidap fimosis adalah terkena kanker. Jika tidak diobati, hal ini menyebabkan pembengkakan yang lebih parah, dan dalam kasus yang lebih buruk akan terjadi gangrene yang membuat organ intim ini harus diamputasi. Jadi, jangan abaikan semua gejalanya, dan bersihkan kulit kulup secara teratur serta pastikan selalu dalam kondisi kering.

Tanyakan saja pada dokter jika kamu masih memiliki pertanyaan lainnya. Aplikasi Halodoc siap membantu kamu kapan saja. Namun, kamu harus download aplikasi Halodoc di ponsel terlebih dahulu untuk bisa menggunakannya.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan