Ini Bedanya Gangguan Kepribadian Paranoid dan OCD

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   29 Juli 2020
Ini Bedanya Gangguan Kepribadian Paranoid dan OCD Ini Bedanya Gangguan Kepribadian Paranoid dan OCD

Halodoc, Jakarta – Pernah dengan tentang OCD? OCD atau obsessive-compulsive disorder adalah sekelompok gangguan kecemasan yang membuat pengidapnya punya ketakutan berlebih akan sesuatu. Kecemasan ini sama sekali tidak normal karena memicu pengidapnya untuk melakukan suatu hal secara berulang-ulang. 

Bukan cuma OCD, ternyata ada kondisi lain yang memicu timbulnya rasa takut berlebihan, contohnya seperti gangguan kepribadian paranoid. Seseorang yang mengidap gangguan kepribadian paranoid memiliki rasa takut yang amat besar, sehingga mereka mudah curiga atau tidak percaya dengan orang lain. 

Baca juga: Trauma Masa Kecil Sebabkan Gangguan Kepribadian Paranoid

Perbedaan Gangguan Kepribadian Paranoid dan OCD

Sama-sama menimbulkan rasa takut, apa perbedaan lain antara gangguan kepribadian paranoid dengan OCD? Ini perbedaan antara keduanya, yaitu:

1. OCD

Obsessive-compulsive disorder (OCD) adalah kondisi yang memengaruhi pola pikiran pengidapnya, sehingga memiliki ketakutan atau obsesi yang memicu perilaku berulang (kompulsi). Obsesi dan kompulsi ini mengganggu sampai memengaruhi aktivitas sehari-hari. Pengidap OCD mungkin sudah mencoba untuk mengabaikan atau menghentikan obsesi yang muncul. Namun, hal ini justru menimbulkan kecemasan berlebih, sehingga mereka tidak akan merasa tenang. 

Pada akhirnya, pengidap OCD tetap merasa terdorong melakukan tindakan kompulsif untuk meredakan stres dan kecemasan yang muncul. Meskipun ada upaya untuk mengabaikan atau menyingkirkan pikiran atau desakan yang mengganggu, pengidapnya akan terus datang kembali dan melakukannya berulang-ulang. 

Obsesi dan ketakutan pengidap OCD biasanya spesifik, misalnya sangat takut terkontaminasi oleh kuman. Pengidap yang takut terkontaminasi kuman biasanya suka mencuci tangannya secara terus menerus bahkan sampai kulitnya menjadi sangat kering dan pecah-pecah. Pikiran obsesif atau perilaku kompulsif karena OCD umumnya berlangsung lebih dari satu jam setiap hari dan bisa mengganggu kehidupan sehari-hari.

2. Gangguan Kepribadian Paranoid

Melansir dari Cleveland Clinic, gangguan kepribadian paranoid masuk kedalam kelompok kondisi yang disebut Cluster A atau gangguan kepribadian eksentrik. Orang dengan kelainan ini mungkin tampak aneh atau ganjil. Pengidap gangguan kepribadian paranoid sering mengalami paranoia, sulit percaya dan mudah curiga dengan orang lain tanpa alasan yang jelas. Fakta lainnya, gangguan kepribadian paranoid bisa berkembang sejak masa kanak-kanak atau remaja awal.

Baca juga: Pentingnya Terapi Kognitif Perilaku untuk Atasi OCD

Seseorang yang mengidap gangguan ini mungkin selalu berjaga-jaga karena mereka sering berpikir kalau orang-orang di sekitarnya melukai dan mengancam mereka. Keyakinan yang tidak berdasar ini tentunya mengganggu mereka untuk memiliki hubungan yang dekat dengan orang lain. Berikut tanda dan gejala gangguan kepribadian paranoid lainnya, yaitu:

  • Selalu meragukan komitmen, kesetiaan, atau kepercayaan orang lain.
  • Selalu punya pikiran kalau orang lain akan mengeksploitasi atau menipu mereka.
  • Enggan untuk curhat pada orang lain atau mengungkapkan informasi pribadi karena takut informasi tersebut akan digunakan untuk melawan mereka.
  • Sulit memaafkan dan seringkali menyimpan dendam.
  • Sangat sensitif dan sulit menerima sebuah kritikan. 
  • Miliki kecurigaan yang terus-menerus tanpa alasan yang jelas terhadap orang lain.
  • Bersikap dingin dan menghindari hubungan dengan orang lain.
  • Tidak dapat mampu melihat kesalahan diri sendiri karena percaya mereka selalu benar.
  • Sulit bersantai karena selalu was-was sepanjang waktu.
  • Suka bermusuhan, keras kepala, dan argumentatif.
  • Cenderung mengembangkan stereotip negatif orang lain, terutama yang berasal dari kelompok budaya yang berbeda.

Jika dilihat gejalanya lebih mendetail, ketakutan yang dimiliki pengidap gangguan kepribadian paranoid mungkin berhubungan dengan dirinya dan orang lain. Mereka cenderung menarik diri dari masyarakat karena tidak percaya pada orang lain. Sedangkan pada pengidap OCD, ketakutan yang dimiliki mungkin lebih spesifik dan hanya satu tema saja. 

Baca juga: Mitos Tentang OCD yang Tidak Perlu Dipercaya

Tidak seperti pengidap gangguan paranoid yang selalu punya prasangka buruk dengan orang lain, pengidap OCD masih bisa memiliki hubungan baik dan dekat orang-orang di sekitarnya. Jika kamu masih punya pertanyaan lain mengenai kedua kondisi di atas, hubungi dokter di aplikasi Halodoc saja. Kamu bisa menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call.

Referensi:
Cleveland Clinic. Diakses pada 2020. Paranoid Personality Disorder.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Obsessive-compulsive disorder (OCD).
Healthline. Diakses pada 2020. Obsessive-compulsive disorder (OCD).

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan