Ini Efek Virus Corona pada Kesehatan Jantung

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   15 April 2020
Ini Efek Virus Corona pada Kesehatan JantungIni Efek Virus Corona pada Kesehatan Jantung

Halodoc, Jakarta – Virus corona jenis baru yang pertama kali muncul di Wuhan pada akhir tahun 2019 adalah biang keladi dari pandemi yang kita hadapi sekarang. Virus yang disebut SARS-CoV-2 sebagai penyebab COVID-19, dikenal akan efeknya pada paru-paru dan saluran napas sehingga tergolong membahayakan.

Namun, jurnal dari JAMA Cardiology juga menjelaskan bahwa infeksi pernapasan akut merupakan salah satu pemicu untuk penyakit jantung. Selain itu, sebagian besar pasien meninggal saat terjadi epidemi influenza terjadi akibat gangguan jantung. 

Pemahaman tentang COVID-19 masih terus berkembang, dan para peneliti masih terus mencari tahu lebih banyak mengenai virus ini, maka sebaiknya pahami dulu efek virus tersebut pada jantung melalui dua penyakit yang mirip dengan COVID-19 yakni SARS dan MERS. Sehingga kita akan mendapatkan gambaran sejauh mana efek dari SARS-CoV-2 ini pada kesehatan jantung.

Baca juga: Ini Efek Jangka Panjang Virus Corona pada Tubuh

Efek SARS pada Kesehatan Jantung

Seperti SARS-CoV-2, para ilmuwan percaya bahwa virus yang menyebabkan SARS juga berasal dari kelelawar. Pada tahun 2003, 8.096 orang di 29 negara terinfeksi SARS. Melansir Medical News Today, para penelitian pada tahun 2006 menyimpulkan bahwa pada pasien dengan SARS, komplikasi kardiovaskular, termasuk hipotensi dan takikardia adalah hal yang umum. Namun, kebanyakan di antara mereka bisa membaik dengan sendirinya. Kecuali untuk takikardia, yang bisa bertahan bahkan ketika terapi kortikosteroid diberikan. Sayangnya, sebagian besar bukti komplikasi jantung yang terkait dengan SARS kebanyakan bersumber dari studi skala kecil.

Efek MERS pada Kesehatan Jantung

MERS juga disebabkan oleh salah satu jenis virus corona, yang tampaknya juga berasal dari kelelawar. Penyakit ini dimulai di Arab Saudi pada Juni 2012, dan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 2019, ada hampir 2.500 kasus yang dikonfirmasi dan menyebabkan lebih dari 850 kematian di 27 negara.

Sayangnya, bukti efek MERS pada kesehatan jantung lebih sedikit daripada untuk SARS. Namun, satu analisis dari 637 orang dengan diagnosis MERS menunjukkan beberapa kondisi. Para peneliti menemukan bahwa penyakit jantung dialami pada 30 persen orang yang ikut serta dalam uji coba.

Tentu saja, ini tidak berarti bahwa MERS menyebabkan masalah jantung. Sebaliknya, ini mungkin menunjukkan bahwa orang dengan kondisi jantung yang lemah atau sudah terganggu lebih cenderung mengembangkan gejala MERS atau kurang mampu melawan infeksi.

Baca juga: COVID-19, SARS, atau MERS, Mana yang Paling Berbahaya?

Lantas, Bagaimana dengan COVID-19?

Tampaknya orang dengan riwayat penyakit jantung yang buruk lebih mungkin mengalami gejala COVID-19 yang lebih buruk. Misalnya, dalam sebuah penelitian yang melibatkan 44.672 orang dengan COVID-19 di Tiongkok, 4,2 persen di antaranya memiliki penyakit kardiovaskular. Orang-orang ini menyumbang 22,7 persen dari semua kasus fatal, dan memberikan tingkat fatalitas kasus sebesar 10,5 persen.

Dalam konteks ini, tingkat fatalitas kasus menggambarkan proporsi orang dengan COVID-19 yang meninggal dalam kelompok orang tertentu. Sebagai perbandingan, tingkat fatalitas kasus untuk penderita diabetes adalah 7,3 persen, dan bagi mereka dengan kondisi pernapasan kronis sebesar 6,3 persen.

Sebuah studi yang lebih kecil, juga dari Tiongkok meneliti pasien COVID-19. Para peneliti menemukan bahwa 40 persen dari orang-orang ini memiliki penyakit kardiovaskular atau serebrovaskular. Sebuah studi retrospektif kecil dari 150 orang dengan COVID-19 mengungkapkan, kesehatan kardiovaskular dapat memengaruhi tingkat kematian. Temuan menunjukkan bahwa tidak satu pun dari 82 orang yang selamat memiliki penyakit jantung, tetapi 13 dari 68 orang yang meninggal memiliki penyakit jantung.

Kematian Bisa Terjadi Akibat Miokarditis 

Miokarditis terjadi ketika jaringan otot jantung mengalami peradangan. Hal ini kemudian menyebabkan irama jantung yang cepat atau tidak normal. Menurut Medical News Today, ada beberapa bukti bahwa SARS-CoV-2 dapat menyebabkan miokarditis. Hasil otopsi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sel-sel inflamasi mononuklear interstitial menyerang miokardium, yang mana ini adalah ciri khas peradangan.

Secara keseluruhan, tampaknya masih terlalu dini untuk menilai dampak COVID-19 pada kesehatan jantung. Namun, tinjauan tersebut menguraikan beberapa bukti yang cukup kuat bahwa penyakit jantung dapat meningkatkan kemungkinan kejadian COVID-19, risiko kematian, atau keduanya. 

Pelajaran dari coronavirus dan penyakit influenza epidemi sebelumnya menunjukkan bahwa infeksi virus dapat memicu sindrom koroner akut, aritmia, dan pengembangan eksaserbasi gagal jantung. COVID-19 dapat menginduksi patologi jantung baru dan/atau memperburuk penyakit kardiovaskular yang mendasarinya.

Tingkat keparahan, luasnya, dan efek kardiovaskular jangka pendek atau jangka panjang dari COVID-19, bersama dengan efek dari perawatan khusus, belum diketahui dan menjadi subjek penelitian dan penyelidikan yang cermat oleh para ahli sekarang.

Baca juga: Hadapi Virus Corona, Ini Hal yang Harus dan Jangan Dilakukan

Pastikan gejala penyakit yang kamu alami bukan karena virus corona. Bila kamu mencurigai kondisi Kesehatan kamu atau anggota keluarga, sebaiknya segera tanyakan pada dokter di Halodoc. Dengan begitu, kamu tidak perlu ke rumah sakit dan meminimalkan risiko terjangkit berbagai virus dan penyakit. Kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Referensi:
ABC News. Diakses pada 2020. What We Know About Coronavirus' Long-Term Effects.
American Heart Association. Diakses pada 2020. Coronavirus (COVID-19).
British Heart Foundation. Diakses pada 2020. Coronavirus: What It Means For You If You Have Heart Or Circulatory Disease.
Medical News Today. Diakses pada 2020. Coronaviruses and Heart Health.

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan