Ini Gejala saat Mengalami Gangguan Identitas Disosiatif

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   05 Agustus 2020
Ini Gejala saat Mengalami Gangguan Identitas DisosiatifIni Gejala saat Mengalami Gangguan Identitas Disosiatif

Halodoc, Jakarta - Kamu pasti pernah sesekali mengalami disosiasi, yakni kondisi saat kamu merasa terbawa suasana, daydreaming atau melamun saat tengah melakukan aktivitas. Kondisi ini memang wajar, dan biasanya hanya terjadi sementara dan kemudian kita akan kembali melanjutkan aktivitas kita. Namun, tahukah kamu bahwa kondisi disosiasi ini bisa saja terjadi tanpa terkontrol sehingga seseorang mengalami gangguan pada pikiran, memori, perasaan, perbuatan, bahkan kesadaran identitasnya? Ya, dalam dunia medis kondisi ini disebut dengan gangguan identitas disosiatif, atau yang dulu lebih dikenal dengan kepribadian ganda.

Gangguan psikologis ini menyebabkan kondisi yang rumit, yaitu ketika pengidapnya memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian ini pun secara bergantian mengambil alih kesadaran individu yang mengalaminya. Identitas yang berbeda ini umumnya memiliki nama yang berbeda, temperamen yang berbeda, bahkan self-image yang juga berbeda.

Baca juga: Halusinasi Jadi Gejala Awal Gangguan Identitas Disosiatif

Lantas, apa gejala yang akan dialami pengidap gangguan identitas disosiatif?

Gejala dari Gangguan Identitas Disosiatif

Ada beberapa gejala yang akan dialami oleh mereka yang mengidap gangguan psikologis ini, yaitu:

  • Memiliki dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda-beda dalam satu orang, sehingga memengaruhi perilaku pengidapnya. Selain itu, setiap identitas juga memiliki memori, perilaku, dan pemikiran yang berbeda. Identitas yang berubah-ubah ini pun bisa diamati oleh orang lain atau pengidapnya sendiri.
  • Munculnya memori yang tidak diingat dalam aktivitas, informasi diri, atau kejadian traumatis yang pernah dialami.
  • Merasa seperti ada orang lain di dalam pikiran. 
  • Sering bertindak di luar karakter sebenarnya.
  • Kadang merasa asing dengan diri sendiri.
  • Kerap menyebut diri sendiri dengan kata ganti “kami” atau “kita”.
  • Bisa menulis dengan gaya tulisan tangan yang berbeda.

Sementara itu, ada juga beberapa dampak yang akan dialami seseorang akibat gejala gangguan identitas disosiatif, antara lain: 

  • Sulit mengatasi emosi dengan baik.
  • Kerap menyalahgunakan alkohol dan narkoba.
  • Sering mengalami depresi, kecemasan, hingga percobaan bunuh diri.
  • Mengalami gangguan tidur seperti insomnia, night terror, dan sleepwalking.
  • Kerap melakukan tindakan yang kompulsif.
  • Pergantian suasana hati yang tidak menentu (mood swings).
  • Gejala mirip psikosis.
  • Gangguan makan. 

Baca juga: Jarang Terjadi, Kasus Kepribadian Ganda dengan 9 Karakter

Penyebab Gangguan Identitas Disosiatif 

Melansir Mayo Clinic, gangguan disosiatif umumnya berkembang sebagai cara untuk mengatasi trauma. Gangguan ini paling sering terjadi pada anak-anak yang mengalami pelecehan fisik, seksual, atau emosional jangka panjang, atau juga karena lingkungan rumah yang tidak menyenangkan. Di samping itu, stres akibat peperangan atau bencana alam juga bisa menyebabkan gangguan ini.

Selama masa kanak-kanak, identitas pribadi masih terbentuk, sehingga seorang anak lebih mungkin daripada orang dewasa untuk keluar dari dirinya sendiri dan mengamati trauma seolah-olah itu terjadi pada orang yang berbeda. Seorang anak yang belajar memisahkan diri untuk bertahan dari pengalaman traumatis juga bisa menggunakan mekanisme pertahanan ini sebagai respons terhadap situasi-situasi penuh tekanan sepanjang hidup mereka.

Baca juga: Ini Tips Mendidik Anak Agar Sehat Secara Mental

Bisakah Gangguan Identitas Disosiatif Dicegah?

Karena anak-anak yang dilecehkan secara fisik, emosional, atau seksual berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan mental ini, maka mereka harus mendapatkan perawatan psikologis yang tepat. Tak hanya itu, jika stres atau masalah pribadi lainnya memengaruhi cara pola asuh yang kamu lakukan pada anak, segera minta bantuan tenaga profesional. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain:

  • Berbicaralah dengan orang yang tepercaya seperti teman, dokter, atau psikolog.
  • Minta bantuan menemukan sumber daya seperti kelompok dukungan pengasuhan dan terapis keluarga.
  • Cari program pendidikan komunitas yang menawarkan kelas pengasuhan yang juga dapat membantu kamu mempelajari gaya pengasuhan yang lebih sehat.

Sementara itu, jika anak mengalami peristiwa traumatis, segera kunjungi psikolog atau psikiater di Halodoc. Mereka juga dapat merujukmu untuk mengunjungi rumah sakit terdekat untuk menjadwalkan sesi terapi untuk mengatasi trauma yang terjadi. Tunggu apa lagi, yuk download aplikasi Halodoc sekarang!

Referensi:
American Psychiatric Association. Diakses pada 2020. Dissociative Disorders.
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Dissociative Disorders.
WebMD. Diakses pada 2020. Dissociative Disorders.


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan