Ini Hal yang Harus Dipahami Orangtua tentang Retardasi Mental

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   03 Agustus 2020
Ini Hal yang Harus Dipahami Orangtua tentang Retardasi MentalIni Hal yang Harus Dipahami Orangtua tentang Retardasi Mental

Halodoc, Jakarta – Retardasi mental adalah kecacatan perkembangan yang pertama kali muncul pada anak-anak di bawah usia 18 tahun. Kecacatan ini didefinisikan sebagai tingkat fungsi intelektual yang diukur dengan tes standar untuk kecerdasan intelektual yang jauh di bawah rata-rata (skor IQ di bawah 70 hingga 75) dan keterbatasan signifikan dalam keterampilan hidup sehari-hari (fungsi adaptif).

Gejala keterbelakangan mental dapat muncul saat lahir atau di masa kanak-kanak. Anak-anak dengan kondisi retardasi mental biasanya mengalami kesulitan dengan keterampilan sosial, komunikasi, dan fungsional akademik.

Tingkat Keparahan Retardasi Mental

Retardasi mental bervariasi memiliki beberapa tingkat keparahan. Mulai dari ringan, sedang, berat, dan mendalam. Kategori-kategori ini didasarkan pada tingkat fungsi personal tersebut. 

1. Retardasi Mental Ringan 

Sekitar 85 persen anak yang mengalami retardasi mental termasuk dalam kategori retardasi ringan. Skor IQ mereka berkisar dari 50 hingga 75, di mana seringnya hanya dapat mengikuti keterampilan akademik hingga tingkat kelas enam saja. Namun, anak-anak dengan retardasi mental ringan dapat menjadi cukup mandiri apalagi ketika mendapat dukungan dari keluarga dan lingkungan.

Baca juga: Apakah Orang Dewasa Bisa Alami Retardasi Mental?

2. Retardasi Mental Sedang

Anak dengan retardasi mental dengan tingkat sedang memiliki skor IQ mulai dari 35 hingga 55. Mereka dapat melakukan tugas pekerjaan dan perawatan diri dengan pengawasan moderat. Mereka biasanya memperoleh keterampilan komunikasi di masa kanak-kanak dan mampu beradaptasi berfungsi sosial dalam komunitas. 

3. Retardasi Mental Parah 

Sekitar 3 hingga 4 persen populasi yang mengalami retardasi mental mengalami keterbelakangan parah. Anak dengan retardasi parah memiliki skor IQ 20 hingga 40. Mereka mungkin menguasai keterampilan perawatan diri yang sangat mendasar dan beberapa keterampilan komunikasi. 

4. Keterbelakangan Mental yang Mendalam

Hanya 1 hingga 2 persen dari mereka yang mengidap retardasi mental yang diklasifikasikan sebagai terbelakang atau keterbelakangan mental yang mendalam. Individu yang sangat terbelakang memiliki skor IQ di bawah 20 hingga 25. 

Baca juga: Kenali Disleksia, Gangguan Belajar pada Anak

Mereka mungkin dapat mengembangkan keterampilan perawatan diri dan komunikasi dasar dengan dukungan dan pelatihan yang tepat. Keterbelakangan mereka sering disebabkan oleh gangguan neurologis yang menyertainya. Anak dengan kondisi keterbelakangan mental yang mendalam membutuhkan tingkat struktur dan pengawasan yang spesifik.

Jika masih kurang jelas mengenai perbedaan tingkat keparahan retardasi mental bisa ditanyakan ke aplikasi Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik. Caranya, cukup download Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat, kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah.

Penyebab Retardasi Mental

Skor IQ yang rendah dan keterbatasan dalam keterampilan adaptif adalah ciri utama keterbelakangan mental. Gangguan agresi, cedera diri, dan perubahan mood juga dikaitkan dengan retardasi mental. 

Tingkat keparahan gejala dan usia kemunculannya tergantung pada penyebabnya. Jika retardasi mental disebabkan oleh kromosom atau kelainan genetik lainnya, seringnya gejala langsung kelihatan sejak bayi. 

Jika disebabkan oleh penyakit atau cedera masa kanak-kanak, keterampilan belajar dan adaptif yang dulunya mudah tiba-tiba menjadi sulit atau tidak mungkin untuk dikuasai. Dalam sekitar 35 persen kasus, penyebab retardasi mental tidak diketahui. 

Infeksi dan penyakit yang dialami oleh ibu hamil, seperti kelainan kelenjar, rubela, toksoplasmosis, dan infeksi sitomegalovirus dapat menyebabkan retardasi mental. Ketika ibu memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) atau keracunan darah (toksemia), aliran oksigen ke janin dapat berkurang, dapat mengakibatkan kerusakan otak dan retardasi mental.

Cacat lahir yang menyebabkan kelainan fisik kepala, otak, dan sistem saraf pusat juga memicu retardasi mental. Cacat tabung saraf, misalnya cacat lahir di mana tabung saraf yang membentuk sumsum tulang belakang tidak menutup sepenuhnya. 

Cacat ini dapat menyebabkan anak-anak mengembangkan akumulasi cairan serebrospinal di otak (hidrosefalus). Volume cairan ini memberikan tekanan pada hidrosefalus otak, sehingga dapat mengakibatkan gangguan belajar.

Faktor lingkungan juga berperan dalam risiko terjadinya retardasi mental. Bayi yang diabaikan yang tidak diberikan stimulasi mental dan fisik yang diperlukan untuk perkembangan normal dapat mengalami gangguan belajar.

Referensi:
Encyclopedia of Children’s Health. Diakses pada 2020. Mental Retardation.
WebMD. Diakses pada 2020. Intellectual Disability.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan