Ini Penyebab Seseorang Bisa Mengalami Delusi Cotard
“Selain migrain dan parkinson, ada beberapa penyebab seseorang bisa mengalami delusi cotard. Seperti misalnya demensia, ensefalopati, multiple sclerosis, parkinson, stroke dan epilepsi.”
Halodoc, Jakarta – Delusi cotard adalah kondisi langka yang ditandai dengan keyakinan yang salah bahwa ada bagian tubuhmu yang mati, sekarat, atau kehilangan bagian tubuh tertentu. Biasanya kondisi delusi cotard ini terjadi diiringi dengan depresi berat dan beberapa gangguan psikotik.
Tak jarang juga delusi cotard adalah dampak dari penyakit mental dan kondisi neurologis lainnya. Migrain dan parkinson adalah beberapa penyebab seseorang bisa mengalami delusi cotard. Informasi selengkapnya mengenai penyebab delusi cotard bisa dibaca di sini!
Penyebab Delusi Cotard
Penyebab pasti delusi Cotard sampai saat ini belum diketahui secara jelas. Hanya saja, ada beberapa kondisi tertentu yang disinyalir dapat memicu kondisi ini, beberapa diantaranya adalah:
1. Demensia
Gangguan demensia memicu penurunan kemampuan berpikir yang cukup parah sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari untuk berfungsi mandiri.
2. Ensefalopati
Ensefalopati adalah istilah untuk penyakit difus otak yang mengubah fungsi atau struktur otak.
3. Multiple Sclerosis
Merupakan penyakit serius yang melumpuhkan otak dan sumsum tulang belakang.
4. Penyakit Parkinson
Terjadi karena kerusakan sel saraf di otak yang menyebabkan gemetar, kaku, dan kesulitan berjalan.
5. Stroke
Merupakan kondisi pendarahan subdural atau pendarahan di luar otak.
6. Epilepsi
Epilepsi menyebabkan lonjakan aktivitas listrik di otak yang dapat memicu kejang berulang.
7. Migrain
Migrain adalah penyakit neurologis umum yang menyebabkan berbagai gejala, terutama sakit kepala berdenyut dan berdenyut di satu sisi kepala.
Beberapa ahli berpendapat bahwa sindrom cotard disebabkan oleh dua jenis kerusakan otak. Pertama dengan mengubah cara orang memandang diri mereka sendiri. Sementara yang kedua membuat mereka terus mempercayai pandangan yang salah ini, bahkan ketika mereka ditunjukkan bahwa itu tidak benar.
Gejala dan Penanganan Delusi Cotard
Salah satu gejala utama delusi cotard adalah nihilisme. Nah, nihilisme adalah keyakinan bahwa tidak ada yang memiliki nilai atau makna. Ini juga dapat mencakup keyakinan bahwa tidak ada yang benar-benar ada.
Orang dengan delusi Cotard merasa seolah-olah mereka sudah mati atau membusuk. Bahkan dalam beberapa kasus, mereka mungkin merasa tidak pernah ada.
Sementara beberapa orang merasakan hal ini tentang seluruh tubuh mereka, yang lain hanya merasakannya dalam kaitannya dengan organ tertentu, anggota badan, atau bahkan jiwa mereka. Depresi juga erat kaitannya dengan delusi Cotard.
Adapun gejala lain dari delusi cotard adalah:
- Kecemasan.
- Halusinasi.
- Hipokondria.
- Perasaan bersalah.
- Dorongan untuk menyakiti diri sendiri dan mengharapkan kematian.
Delusi cotard adalah gejala dari kondisi lain, bukan penyakit. Biasanya seseorang didiagnosis mengalami delusi ini setelah dokter mengesampingkan kondisi lain yang terlihat seperti itu. Dokter memiliki banyak cara untuk mengobati sindrom cotard.
Pendekatan yang biasa dilakukan adalah dengan mengobati masalah medis yang menyebabkannya. Kebanyakan orang melakukan yang terbaik dengan kombinasi obat dan bentuk terapi bicara, seperti terapi perilaku kognitif (CBT) atau psikoterapi.
Dua jenis terapi ini akan membantu orang dengan delusi cotard berbicara tentang perasaan mereka dan membantu mereka menemukan cara yang lebih sehat untuk berpikir dan bertindak.
Itulah informasi mengenai delusi cotard dan cara penanganannya. Ingin mengetahui lebih lanjut mengenai hal ini, bisa tanyakan langsung ke dokter lewat aplikasi Halodoc. Belum punya aplikasinya, yuk download Halodoc sekarang juga!
Referensi:
WebMD. Diakses pada 2022. What Is Cotard’s Syndrome (Walking Corpse Syndrome)?
Healthline. Diakses pada 2022. Cotard Delusion and Walking Corpse Syndrome.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022.
Epilepsy Foundation. Diakses pada 2022. What is Epilepsy.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan