Inilah 6 Penyebab dan Faktor Terjadinya Peritonitis

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   21 Desember 2018
Inilah 6 Penyebab dan Faktor Terjadinya PeritonitisInilah 6 Penyebab dan Faktor Terjadinya Peritonitis

Halodoc, Jakarta - Gangguan peritonitis merupakan peradangan pada lapisan tipis dinding dalam perut (peritoneum). Lapisan tersebut berfungsi untuk melindungi organ di dalam rongga perut. Peradangan ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Jika tidak segera ditangani, dapat menyebabkan infeksi menyebar ke seluruh tubuh dan membahayakan nyawa.

Terdapat dua kategori utama penyebab peritonitis. Kategori pertama adalah peritonitis bakteri spontan (SBP) yang terkait dengan sobekan atau infeksi pada cairan rongga peritoneal. Kategori kedua yaitu peritonitis sekunder yang disebabkan oleh infeksi yang telah menyebar dari saluran pencernaan.

Kondisi di bawah ini dapat mengakibatkan peritonitis, antara lain:

  1. Tukak perut terpisah.

  2. Pecahnya usus buntu.

  3. Kelainan pencernaan, misalnya penyakit Crohn atau divertikulitis.

  4. Sirosis, jaringan parut pada hati karena kerusakan hati dalam jangka panjang.

  5. Prosedur medis, semacam dialisis peritoneal yang merupakan pengobatan umum untuk pengidap gagal ginjal.

  6. Cedera atau trauma.

Di sisi lain, peradangan pada peritoneum ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Berdasarkan asal infeksinya, peritonitis dibagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Peritonitis primer disebabkan oleh infeksi yang memang bermula pada peritoneum. Kondisi ini dapat dipicu oleh gagal hati dengan asites, atau akibat tindakan CAPD pada gagal ginjal kronis.

Sementara itu, peritonitis sekunder terjadi akibat penyebaran infeksi dari saluran pencernaan. Kedua jenis tersebut sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Pada pengidap sirosis, kematian akibat peritonitis dapat mencapai 40 persen.

Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko peritonitis primer adalah

  • Sirosis yang bisa menyebabkan penumpukan cairan pada rongga perut (asites) dan dapat memicu infeksi.

  • Menjalani CAPD, tanpa memperhatikan kebersihannya, sehingga berisiko menimbulkan infeksi.

Perlu diketahui pula gejala yang umum yang biasa muncul pada pengidap, di antaranya:

  • Demam.

  • Nyeri perut yang semakin terasa jika bergerak atau disentuh.

  • Perut kembung.

  • Mual dan muntah.

  • Nafsu makan menurun.

  • Diare.

  • Konstipasi dan tidak bisa buang gas.

  • Lemas.

  • Jantung berdebar.

  • Selalu merasa haus.

  • Tidak mengeluarkan urine atau jumlah urine lebih sedikit.

Bagi pengidap gagal ginjal yang menjalani continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) atau cuci darah melalui perut, jika terjadi peritonitis, cairan yang dikeluarkan dari rongga perut akan terlihat keruh dan mengandung gumpalan-gumpalan berwarna putih. CAPD atau cuci darah melalui perut adalah metode terapi yang menggantikan tugas ginjal untuk membuang zat limbah dari darah dengan bantuan cairan khusus yang dimasukkan ke rongga perut. Prosedur tersebut dilakukan dengan menggunakan kateter atau selang permanen yang sudah dipasang sebelumnya di perut.

Peritonitis dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti infeksi jadi menyebar ke aliran darah dan seluruh tubuh (sepsis). Kondisi ini dapat menyebabkan tekanan darah menurun drastis (syok sepsis), sehingga beberapa organ tubuh gagal berfungsi. Komplikasi lain yang dapat muncul akibat peritonitis adalah terbentuknya abses atau kumpulan nanah pada rongga perut. Perlengketan usus juga dapat terjadi, sehingga menyebabkan usus tersumbat.

Peritonitis Dapat Dicegah

Pencegahan peritonitis tergantung pada faktor risikonya. Misalnya pada pengidap dengan kondisi sirosis dan terdapat asites, dokter dapat memberikan antibiotik untuk mencegah peritonitis. Sedangkan bagi seseorang yang menjalani CAPD, ada beberapa langkah untuk menghindari peritonitis, yaitu:

  • Cuci tangan dengan bersih sebelum menyentuh kateter.

  • Bersihkan kulit di sekitar kateter dengan antiseptik setiap hari.

  • Simpan perlengkapan CAPD pada tempat yang higienis.

  • Kenakan masker saat melakukan CAPD.

  • Pelajarilah teknik CAPD yang benar.

  • Jangan tidur dengan binatang peliharaan.

Jika kamu mengalami gejala yang mirip dengan gangguan peritonitis, tidak ada salahnya untuk segera melakukan diskusi dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dokter dapat kamu terima dengan praktis dengan download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga!

Baca juga:





Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan