Inilah Alasan SIDS Lebih Rentan Menyerang Bayi Berusia di Bawah 6 Bulan

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   24 Maret 2019
Inilah Alasan SIDS Lebih Rentan Menyerang Bayi Berusia di Bawah 6 BulanInilah Alasan SIDS Lebih Rentan Menyerang Bayi Berusia di Bawah 6 Bulan

Halodoc, Jakarta – Sekitar 3.500 bayi meninggal secara tiba-tiba dan tidak terduga setiap tahun di Amerika Serikat. Kematian bayi mendadak atau dikenal dengan sindrom SIDS ini ditandai dengan bayi lemas secara tidak sengaja di lingkungan tidur dan kematian lainnya karena sebab yang tidak diketahui.

Sudden infant death syndrome (SIDS) adalah kematian mendadak dan tidak terduga pada bayi yang berusia kurang dari satu tahun. Jika kematian anak tetap tidak dapat dijelaskan setelah penyelidikan formal terhadap keadaan kematian (termasuk, kinerja otopsi lengkap, pemeriksaan adegan kematian, dan tinjauan riwayat klinis), kematian tersebut kemudian dikaitkan dengan SIDS.

Para profesional medis mencurigai SIDS ketika bayi yang sebelumnya sehat, biasanya lebih muda dari enam bulan tiba-tiba ditemukan meninggal setelah periode tidur. Dalam kebanyakan kasus, tidak ada tanda kesusahan dapat diidentifikasi.

Baca juga: Perhatikan 5 Langkah Pencegahan SIDS

Bayi biasanya menyusu secara normal sebelum tidur. Orangtua kemudian menemukan bayi itu mati tanpa denyut nadi atau pernapasan. Cardiopulmonary resuscitation (CPR) dapat dimulai di tempat kejadian, namun bukti menunjukkan kurangnya efek menguntungkan dari CPR. Penyebab kematian tetap tidak diketahui meskipun ulasan yang cermat tentang sejarah medis, investigasi adegan untuk mengecualikan faktor-faktor terkait tidur dan otopsi.

SIDS jarang terjadi selama bulan pertama kehidupan. Risiko memuncak pada bayi usia 2–4 bulan dan kemudian menurun. Sekitar 90 persen kematian SIDS terjadi pada bayi yang berusia kurang dari enam bulan.

SIDS mungkin merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling berinteraksi, yaitu:

  1. Perkembangan Bayi

Hipotesis utama adalah bahwa SIDS mungkin mencerminkan keterlambatan atau kelainan dalam perkembangan sel-sel saraf dalam otak yang sangat penting untuk fungsi jantung dan paru-paru yang normal.

Pemeriksaan penelitian terhadap batang otak bayi yang meninggal dengan diagnosis SIDS telah mengungkapkan keterlambatan perkembangan dalam pembentukan dan fungsi beberapa jalur sel saraf pengikat serotonin di dalam otak. Jalur ini sangat penting untuk mengatur respons pernapasan, detak jantung, dan tekanan darah selama bangun dari tidur.

Hipotesisnya adalah bahwa bayi-bayi tertentu, karena alasan yang belum ditentukan dapat mengalami perkembangan abnormal atau tertunda pada area-area kritis tertentu dari otak mereka. Ini bisa berdampak negatif pada fungsi dan konektivitas ke daerah yang mengatur gairah selama tidur.

Baca juga: SIDS Terjadi pada Bayi Bisa Karena Sesak Napas

  1. Kemampuan untuk Membangunkan dan / atau Merespons Berbagai Rangsangan Fisiologis

Misalnya, seorang anak yang tertelungkup dalam posisi telungkup dapat memindahkan wajahnya ke posisi sedemikian rupa sehingga hidung dan mulutnya benar-benar terhalang.

Ini dapat mengubah kadar oksigen atau karbon dioksida dalam darah bayi. Biasanya, perubahan ini akan memicu respons rangsangan mendorong bayi untuk menggerakkan kepalanya ke samping untuk meredakan obstruksi ini.

  1. Respons Perlindungan lain terhadap Rangsangan Stres yang Rusak

Salah satu refleks semacam itu adalah chemoreflex laring, yang muncul dari jalur sel saraf yang terletak di belakang tenggorokan (faring) dan di dalam kotak suara (laring) dan saluran napas bagian atas.

Refleks ini mengatur perubahan pernapasan, detak jantung, dan tekanan darah saat cairan, seperti air liur atau isi perut yang dimuntahkan merangsang bagian jalan napas. Memiliki air liur di jalan napas dapat mengaktifkan refleks ini memicu respons menelan yang membantu menjaga jalan napas menjadi jernih.

Ketika seorang bayi dalam posisi telungkup, maka laju menelan menurun. Respons gairah pelindung terhadap refleks laring ini juga berkurang pada tidur aktif ketika bayi berada dalam posisi tidur telungkup.

Baca juga: 4 Faktor yang Meningkatkan Potensi Sindrom Kematian Bayi

  1. Stres Ketika Bernapas

Ketika bayi telungkup, gerakan udara di sekitar mulut mungkin terganggu. Ini dapat menyebabkan bayi menghirup kembali karbon dioksida yang baru saja dihembuskan bayi. Tempat tidur empuk dan benda-benda yang memerangkap gas, seperti selimut, selimut, kasur air, sofa, kursi, dan kasur empuk, serta boneka atau mainan mewah adalah jenis permukaan tidur lainnya yang dapat mengganggu pergerakan udara normal di sekitar mulut dan hidung bayi saat menghadap ke bawah.

  1. Hipertermia (Peningkatan Suhu)

Overdressing, menggunakan penutup yang berlebihan atau meningkatkan suhu udara dapat menyebabkan peningkatan tingkat metabolisme pada bayi ini yang akhirnya kehilangan kontrol pernapasan. Tapi, tidak jelas apakah peningkatan suhu merupakan faktor independen atau apakah itu hanya cerminan dari penggunaan lebih banyak pakaian atau selimut yang dapat bertindak sebagai benda yang menghalangi jalan napas.

Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai SIDS, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untuk orangtua. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, ibu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan