Inilah Bahaya Plasenta Akreta bagi Ibu Hamil

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   17 November 2018
Inilah Bahaya Plasenta Akreta bagi Ibu HamilInilah Bahaya Plasenta Akreta bagi Ibu Hamil

Halodoc, Jakarta – Sebagian besar ibu hamil tentunya berharap agar kehamilannya bisa berjalan dengan lancar dan janin di dalam kandungan selalu dalam keadaan sehat. Namun, masalah kehamilan seringkali tidak bisa dihindari. Itulah sebabnya ibu hamil perlu memeriksakan kandungannya secara rutin selama masa kehamilan. Salah satu masalah kehamilan yang perlu ibu waspadai adalah plasenta akreta. Pasalnya, komplikasi kehamilan ini tidak hanya bisa memberi dampak serius bagi kondisi janin, tapi juga bahaya bagi ibu hamil.

Apa Itu Plasenta Akreta?

Ibu perlu tahu bahwa masalah kehamilan bukan hanya bisa terjadi pada bayi yang ada di dalam kandungan, tapi juga di plasenta. Plasenta adalah salah satu organ penting yang bertumbuh di dalam rahim ibu selama masa kehamilan. Organ yang menempel di dinding rahim ini berfungsi untuk memberikan oksigen dan nutrisi bagi janin dalam kandungan. Normalnya, plasenta akan terlepas secara otomatis setelah ibu melahirkan. Namun pada kasus plasenta akreta, plasenta tumbuh terlalu dalam di dinding rahim sehingga tidak kunjung lepas. Itulah mengapa plasenta akreta juga termasuk dalam kondisi “plasenta tertahan” atau retensio plasenta.

Wanita yang berisiko lebih besar mengalami kondisi ini adalah mereka yang mengalami plasenta previa atau pernah menjalani operasi Caesar beberapa kali. Selain itu, ibu yang mengalami plasenta akreta di kehamilan saat ini berpotensi untuk mengalaminya lagi di kehamilan berikutnya.

Penyebab Plasenta Akreta

Penyebab pasti plasenta akreta sampai saat ini masih belum diketahui. Namun, kondisi ini diduga terjadi karena tingginya kadar protein bernama alpha-fetoprotein (AFP) yang dihasilkan oleh janin dan dapat dideteksi dari darah ibu hamil. Adanya kelainan pada kondisi lapisan rahim juga diduga dapat memicu terjadinya plasenta akreta, seperti jaringan parut pasca operasi caesar atau operasi lain di rahim.

Risiko plasenta akreta bisa terus meningkat tiap kali ibu hamil, apalagi bila usia ibu di atas 35 tahun. Selain itu, beberapa faktor berikut ini juga meningkatkan risiko wanita mengalami plasenta akreta:

  • Posisi plasenta berada di bagian bawah rahim ketika hamil, karena plasenta seharusnya berada di puncak rahim.
  • Terdapat masalah pada kondisi rahim seperti miom.

Kenali Gejalanya

Sayangnya, plasenta akreta seringkali tidak menimbulkan gejala atau tanda-tanda yang bisa dilihat secara kasat mata. Karena itu, ibu perlu melakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui adanya kondisi ini. Namun pada sebagian kasus, ibu yang mengalami plasenta akreta dapat mengalami pendarahan dari Miss V saat trimester ketiga kehamilan.

Bahaya Plasenta Akreta Bagi Ibu Hamil

Plasenta akreta merupakan komplikasi kehamilan yang berbahaya karena berpotensi mengancam nyawa. Kondisi ini bisa menyebabkan seorang wanita mengalami pendarahan hebat hingga membuatnya kehilangan 3 sampai 5 liter darah saat melahirkan. Perlu diketahui, rata-rata orang dewasa memiliki sekitar 4,5 sampai 5,5 liter darah dalam tubuhnya. Itulah sebabnya, sebagian besar wanita hamil dengan plasenta akreta perlu menjalani transfusi darah saat melahirkan akibat pendarahan yang hebat.

Kadang-kadang dokter akan membiarkan plasenta tetap menempel dalam tubuh ibu, karena jaringannya bisa terlepas seiring berjalannya waktu. Namun, cara ini pun dapat menimbulkan komplikasi serius seperti infeksi rahim parah, sehingga perlu dilakukan tindakan pengangkatan rahim untuk mengatasinya. Komplikasi lainnya yang bisa terjadi bila plasenta dibiarkan menempel adalah terbentuknya gumpalan bekuan darah di paru-paru alias emboli paru.

Risiko kematian juga merupakan hal signifikan yang mesti dihadapi pengidap plasenta akreta. Ada sekitar 7 persen wanita hamil dengan kondisi ini meninggal dunia selama persalinan. Bahkan, ibu hamil bisa meninggal dunia di saat dokter sedang melakukan tindakan pencegahan.

Mengingat akan bahaya plasenta akreta yang tidak main-main, maka ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke dokter kandungan. Dokter bisa mengamati kondisi perkembangan kehamilan dan merencanakan waktu persalinan dengan persiapan yang matang agar persalinan dapat berjalan dengan aman.

Ibu hamil juga bisa membicarakan masalah kesehatan yang dialami kepada dokter dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Ibu bisa menghubungi dokter untuk minta saran kesehatan melalui Video/Voice Call dan Chat kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan