Inilah Dampak Kekerasan Verbal dalam Ospek pada Remaja

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   17 September 2020
 Inilah Dampak Kekerasan Verbal dalam Ospek pada Remaja Inilah Dampak Kekerasan Verbal dalam Ospek pada Remaja

Halodoc, Jakarta - Baru-baru ini, viral video ospek atau pengenalan kehidupan kampus mahasiswa baru (PKKMB) secara online yang diadakan oleh salah satu fakultas universitas negeri di Surabaya. Video tersebut menampilkan cuplikan mahasiswa baru (maba) yang dibentak oleh seniornya. Pasalnya, maba tersebut dimarahi karena tidak mengenakan atribut lengkap seperti yang sudah ditetapkan dalam aturan. 

Sebenarnya, ospek dengan cara kekerasan verbal dari senior ini sudah sering terjadi selama bertahun-tahun yang diklaim untuk membentuk mental mahasiswa yang lebih kuat dan disiplin. Namun, menurut beberapa psikolog, cara ini sudah tidak relevan lagi. Kekerasan verbal tidak akan efektif untuk membuat mahasiswa patuh, malahan akan lebih banyak dampak negatifnya. 

Baca juga: Tips Ampuh Move On dari Mantan Kekasih

Dampak Kekerasan Verbal pada Remaja

Kekerasan verbal adalah bentuk pelecehan emosional di mana seseorang menggunakan kata-kata atau ancaman untuk menunjukkan kekuasaan dan kendali atas seseorang. Pada kasus ospek kampus biasanya terlihat dari sikap senioritas pada mahasiswa junior. Bentakan atau kekerasan verbal dapat menyebabkan penerimanya menjadi tertekan, memiliki rasa takut, malu, dan rendah diri. 

Dampak negatif yang disebabkan oleh kekerasan verbal memang tidak dapat dilihat dari luar. Namun, peristiwa ini akan meninggalkan dampak negatif psikologis yang sering kali membuat seseorang sulit untuk melupakannya. 

Baik anak-anak atau remaja akhir yang sudah menjadi mahasiswa, merupakan kelompok yang rentan mengalami efek buruk dari kekerasan verbal. Alih-alih untuk mendisiplinkan dan membentuk mental yang kuat, ospek dengan cara membentak atau kekerasan verbal dapat menyebabkan mahasiswa berkembang menjadi pribadi dengan kepercayaan diri rendah. 

Kekerasan verbal dari senior dalam ospek justru membuat junior memiliki cara pandang terhadap diri, lingkungan, dunia, dan lingkungan kampus menjadi buruk. Seseorang juga bisa memperlihatkan sikap menarik diri atau antisosial. Selain itu, kemungkinan mereka akan mengalami penurunan prestasi akademis dan menjalin hubungan yang tidak sehat dengan rekan-rekan sesama mahasiswa. 

Apabila kondisi mental sudah terganggu, seseorang bisa mengalami depresi hingga post traumatic stress disorder (PTSD) yang bisa menghancurkan kualitas hidup secara keseluruhan. 

Untuk itu, perlu diketahui bahwa pelaksanaan ospek atau masa orientasi kampus harus dikaji dan disesuaikan dengan tujuannya. Apabila tujuan dari ospek untuk memperkenalkan kampus dan kehidupan di dalamnya, maka cara membentak atau kekerasan verbal tidak akan relevan dan efektif. 

Baca juga: Ini Risiko Kesehatan Mental yang Dialami oleh Korban Kekerasan Seksual

Hal yang Dilakukan Jika Menjadi Korban Kekerasan Verbal

Jika kamu merasa menjadi korban kekerasan verbal, percayalah pada insting kamu. Ingatlah bahwa ada kemungkinan tindakan pelaku akan bertindak semakin kasar. Setelah kamu menyadarinya, kamu harus memutuskan cara untuk mengatasinya. Berunding dengan pelaku kekerasan verbal mungkin tampak mudah, tapi kemungkinan berhasilnya kecil.

Perlu diketahui, kamu tidak bertanggung jawab atas perilaku orang lain. Nah, berikut ini beberapa hal yang bisa kamu lakukan ketika menjadi korban kekerasan verbal:

  • Tetapkan batasan. Mulailah menolak untuk terlibat dalam argumen yang tidak masuk akal. Beritahu mereka bahwa kamu tidak akan menanggapi atau mengabaikan ucapannya.
  • Batasi keterpaparan kekerasan verbal dari pelaku sebisa mungkin. Jika kamu bepergian dalam lingkaran sosial yang sama, kamu harus membuat keputusan yang sulit. Jika kamu tidak dapat menghindari orang tersebut sama sekali, cobalah untuk tetap memperhatikan situasi di mana ada orang lain di sekitarnya. 
  • Putuskan hubungan dengan pelaku jika sudah siap. Memutuskan hubungan dengan pelaku kekerasan verbal bisa menjadi rumit dalam beberapa situasi. Terutama jika kamu terpaksa harus berada dalam satu lingkungan (misalnya lingkungan kampus dan dalam jurusan akademik yang sama). 

Baca juga: Harus Tahu, Tanda Kekerasan Emosional dalam Hubungan

Jika keadaan memang cukup sulit, kamu mungkin perlu berbicara dengan psikolog melalui aplikasi Halodoc. Terkadang perspektif orang di luar lingkungan kamu dapat membantu kamu melihat berbagai hal dari sudut pandang baru dan mencari tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. 

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2020. What Is Verbal Abuse? How to Recognize Abusive Behavior and What to Do Next
Medical News Today. Diakses pada 2020. What is verbal abuse?
Very Well Mind. Diakses pada 2020. How to Recognize Verbal Abuse and Bullying


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan