Inilah Terapi Okupasi untuk Anak yang Terkena Cerebral Palsy

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   04 Juli 2019
Inilah Terapi Okupasi untuk Anak yang Terkena Cerebral PalsyInilah Terapi Okupasi untuk Anak yang Terkena Cerebral Palsy

Halodoc, Jakarta - Semua orangtua tentu menginginkan anak terlahir sehat dan normal. Itulah sebabnya cerebral palsy pada anak kerap memunculkan kekhawatiran orangtua. Cerebral palsy adalah kelainan gerakan, tonus otot, atau postur, yang disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada otak yang belum matang atau berkembang sebelum kelahiran. Benarkah kondisi ini bisa diatasi dengan terapi okupasi?

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa anak yang mengidap cerebral palsy umumnya akan menunjukkan beberapa tanda seperti:

  • Kecenderungan menggunakan satu sisi tubuh. Misalnya, menyeret salah satu tungkai saat merangkak atau menggapai sesuatu hanya dengan satu tangan.

  • Terlambatnya perkembangan kemampuan gerak (motorik), seperti merangkak atau duduk.

  • Kesulitan melakukan gerakan yang tepat, misalnya saat mengambil suatu benda.

  • Gangguan penglihatan dan pendengaran.

  • Gaya berjalan yang tidak normal, seperti berjinjit, menyilang, misalnya gunting, atau dengan tungkai terbuka lebar.

  • Otot kaku atau malah sangat lunglai.

  • Tremor.

  • Gerakan menggeliat yang tidak terkontrol (athetosis).

  • Kurang merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri.

  • Masih mengompol walaupun usianya sudah lebih besar, akibat tidak bisa menahan kencing (inkontinensia urine).

  • Gangguan kecerdasan.

  • Gangguan berbicara (disartria).

  • Kesulitan dalam menelan (disfagia).

  • Terus-menerus mengeluarkan air liur atau ngiler.

  • Kejang.

Baca juga: Cerebral Palsy, Sakit yang Pengaruhi Motorik Anak

Apa Penyebabnya?

Cerebral palsy adalah salah satu penyebab paling umum dari kecacatan yang terjadi pada anak. Kelainan ini biasanya dapat terdeteksi saat anak mulai berusia 3 tahun. Penyebabnya adalah cedera otak atau masalah yang terjadi selama kehamilan, kelahiran, atau dalam usia 2-3 tahun kehidupan sang anak. 

Beberapa hal lain yang dapat memicu terjadinya cerebral palsy pada anak adalah:

  • Masalah kelahiran prematur.

  • Tidak cukup darah, oksigen, atau nutrisi lain sebelum atau selama kelahiran.

  • Cedera kepala yang serius.

  • Infeksi serius yang dapat memengaruhi otak, seperti meningitis.

  • Beberapa masalah menurun dari orangtua ke anak (kondisi genetik) yang memengaruhi perkembangan otak.

Dapat Diatasi dengan Terapi Okupasi

Penting untuk mendeteksi cerebral palsy sejak dini, dan mengikutsertakan anak dalam berbagai jenis terapi agar anak memiliki peluang untuk hidup dengan normal. Salah satu terapi yang bisa diberikan untuk anak dengan cerebral palsy adalah terapi okupasi. 

Terapi okupasi adalah perawatan khusus yang bertujuan untuk membantu orang-orang yang mengalami gangguan kesehatan tertentu agar mampu melakukan hal-hal penting sendiri. Entah itu untuk melakukan perawatan diri (makan, mandi, dan berpakaian), pengembangan diri (membaca, berhitung, maupun bersosialisasi), latihan fisik (melatih gerakan sendi, kekuatan otot, dan kelenturan), menggunakan alat bantu serta kegiatan lainnya. Melalui terapi ini, pengidap dapat menjalani kesehariannya dengan mandiri.

Baca juga: Kenapa Terapi Okupasi Harus Dilakukan?

Pada sesi terapi okupasi, anak dengan cerebral palsy akan dilatih untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti makan, minum, mandi dan berpakaian. Terapi ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan anak CP kepada pengasuh atau orangtuanya dan meningkatkan kemandirian.

Berbagai Terapi Lain yang Bisa Diberikan

Selain terapi okupasi, anak dengan cerebral palsy juga perlu menjalani berbagai terapi lainnya, seperti:

1. Terapi Fisik

Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam mengoordinasikan anggota tubuhnya, membangun kekuatan, dan melatih kelenturan otot. Terapi fisik meliputi olahraga, pemanasan, dan penggunaan peralatan yang dirancang khusus untuk meningkatkan gerak anak. Dengan menjalani terapi fisik, anak dengan cerebral palsy juga diharapkan dapat merespon berbagai situasi seperti panas, dingin, atau suara yang kencang.

2. Terapi Wicara

Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak dengan cerebral palsy untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Jika anak benar-benar tidak mampu berbicara, terapis akan melatih anak berkomunikasi melalui media lain, misalnya dengan gambar, komputer atau bahasa isyarat.

Baca juga: Perlu Tahu, Ini 16 Kondisi Anak yang Perlu Diberikan Terapi Okupasi

3. Terapi Hidro (Air)

Terapi ini bertujuan untuk mengurangi kekakuan atau spastisitas yang biasa dialami anak dengan cerebral palsy. Pada saat berada di dalam air, kekakuan otot akan berkurang karena sifat air yang mengalir membantu tubuh untuk bergerak tanpa mengeluarkan tenaga dalam jumlah besar maupun memaksa otot untuk bergerak.

Itulah sedikit penjelasan tentang terapi untuk anak dengan cerebral palsy. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Talk to a Doctor, ya. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan