Jangan Diabaikan, Inilah 7 Gejala Syringomyelia

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   09 Juli 2019
Jangan Diabaikan, Inilah 7 Gejala Syringomyelia Jangan Diabaikan, Inilah 7 Gejala Syringomyelia

Halodoc, Jakarta - Kista adalah tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan. Kista bisa muncul di mana saja, seperti di tulang atau bahkan otot manusia. Jenis tumor ini berisi cairan kental, tapi ada juga yang berisi nanah atau udara. Salah satu jenis kista yang cukup berbahaya adalah kista yang tumbuh pada gangguan saraf tulang belakang. Dalam istilah medis, kista kondisi ini disebut syringomyelia.

Kista atau syrinx yang tumbuh pada saraf tulang belakang bisa menekan jaringan saraf tulang belakang. Alhasil, pengidapnya merasakan beberapa gejala seperti otot yang melemah atau hilangnya sensasi nyeri di tubuh. 

Baca Juga: 2 Hal yang Bisa Menyebabkan Cedera Saraf Tulang Belakang

Seperti Apa Gejala dari Syringomyelia?

Syringomyelia umumnya berkembang cukup lambat, ia bisa menyerang atau tumbuh selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Gejala muncul setelah kamu mengalami cedera di bagian tulang belakang. Gejala umumnya berbeda-beda tiap pengidapnya, tergantung lokasi tumor berkembang. Beberapa gejalanya, antara lain: 

  • Kelemahan otot tubuh.

  • Kehilangan reflek rangsang, seperti sensasi raba dan suhu.

  • Kaku pada leher, lengan, dan pundak.

  • Nyeri di sekitar leher yang menjalar hingga ke punggung.

  • Gangguan buang air kecil.

  • Kelemahan pada tungkai kaki.

  • Skoliosis.

Penyebab Kemunculan Penyakit Syringomyelia

Seperti yang disebutkan sebelumnya, penyakit ini terjadi karena munculnya kista pada saraf tulang belakang. Namun sayangnya hingga kini para ahli belum mengetahui penyebab kista ini muncul. Sejauh ini beberapa penyakit diduga menjadi pemicu terbentuknya kista tersebut.

Banyak kasus syringomyelia muncul akibat penyakit malformasi Chiari, yakni kelainan struktur otak yang menyebabkan bagian otak merosot ke ruang saraf tulang belakang. Jaringan otak yang merosot tersebut kemudian mengganggu aliran cairan saraf tulang belakang (cairan serebrospinal), sehingga memicu terbentuknya kista penyebab syringomyelia.

Selain itu, beberapa hal yang menjadi pemicu kemunculan kista pada saraf tulang belakang tersebut, antara lain: 

  • Meningitis, yaitu suatu penyakit infeksi yang mengenai meninges otak. Meningitis terjadi akibat infeksi Meningococcus, CMV, dan Pneumococcus sehingga menimbulkan gejala seperti kaku, fotofobia, dan sakit kepala.

  • Trauma. Trauma di kepala dan leher hingga perdarahan menyebabkan syringomyelia. Trauma sumsum tulang belakang memicu terjadinya syringomyelia setelah beberapa bulan pasca trauma.

  • Riwayat Genetik. Riwayat genetik bersifat autosomal resesif yang diturunkan ke generasi berikutnya.

  • Tumor di bagian tulang belakang, dapat mengganggu aliran cairan serebrospinal dan saraf-saraf sekitar sehingga dapat berisiko memicu syringomyelia.

Baca Juga: Awas, Cedera Saraf Tulang Belakang Bisa Berujung Kematian

Apa Saja Langkah Pengobatan Syringomyelia?

Sebelum melakukan pengobatan, dibutuhkan tindakan anamnesis dan pemeriksaan neurologis untuk mendeteksi sejauh mana syringomyelia menyerang saraf tulang belakangmu.

Tidak hanya itu, dilakukan pemeriksaan penunjang lain untuk melihat kelainan struktur organ yang terjadi, pemeriksaan tersebut antara lain:

  • MRI. Tujuannya untuk melihat adanya kelainan dalam tubuh, mulai dari penekanan saraf, penumpukan atau pemanjangan kista, hingga tumor. Pemeriksaan MRI adalah pencitraan paling baik karena menghasilkan gambaran detail melalui pancaran gelombang magnetik.

  • CT-scan. Dilakukan untuk mendeteksi kelainan saraf dan kista di sumsum tulang belakang.

Setelah diagnosis dilakukan, maka pengobatan disesuaikan tingkat keparahan gejala dan komplikasi. Dengan pengobatan yang tepat, gejala syringomyelia dapat semakin berkurang dan mencegah komplikasi lebih berat.

Pengidap syringomyelia bisa memilih untuk melakukan tindakan operasi kraniektomi. Operasi ini dilakukan untuk mengurangi penumpukan kista dan membuka hambatan cairan serebrospinal. Selain itu, operasi dengan sistem drainase juga dilakukan untuk mengeluarkan cairan serebrospinal yang ada di dalam kista. Setelah itu, pasien diberikan obat antibiotik untuk mencegah infeksi pasca operasi.

Sebelum operasi dilakukan, pengidapnya diminta untuk lebih banyak istirahat dan menghindari aktivitas fisik yang berat. Salah satunya adalah hindari mengangkat beban berat. Aktivitas ini memicu penekanan saraf akibat ketidakstabilan aliran cairan di sumsum tulang belakang.

Kemudian fisioterapi bisa dilakukan sebelum dan setelah operasi untuk membantu pasien mendapatkan kembali kekuatan otot dan reflek saraf yang bermasalah. Terapi ini dilakukan secara bertahap dan rutin sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh dokter saraf.

Baca Juga: Begini Caranya Agar Terhindar dari Cedera Saraf Tulang Belakang

Itulah sedikit penjelasan tentang penyakit Syringomyelia. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Talk to a Doctor. Mudah saja, diskusi dengan dokter spesialis yang diinginkan dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Tunggu apa lagi? Yuk, segera download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan