Jangan Sepelekan Komplikasi Akibat Sindrom Kompartemen

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   09 Juni 2020
Jangan Sepelekan Komplikasi Akibat Sindrom KompartemenJangan Sepelekan Komplikasi Akibat Sindrom Kompartemen

Halodoc, Jakarta - Pernah mendengar keluhan kesehatan bernama sindrom kompartemen? Kalau tidak, pernah atau sedang mengalami nyeri hebat dan rasa penuh ketika otot digerakan atau ditekan (pada bagian kaki, lengan, atau kaki)? Nah, bisa saja kondisi ini menandai adanya sindrom kompartemen. 

Sindrom ini adalah kondisi serius yang terjadi ketika ada sejumlah tekanan besar di dalam kompartemen otot. Kompartemen otot ini merupakan kelompok jaringan otot, pembuluh darah, dan saraf di lengan dan kaki. Mereka dikelilingi oleh membran yang sangat kuat, sebutannya fascia. 

Jangan main-main dengan sindrom kompartemen lho. Alasannya simpel, kondisi ini bisa memicu terjadinya komplikasi yang tidak main-main dampaknya. 

Lantas, apa saja sih komplikasi yang bisa ditimbulkan sindrom kompartemen? 

Baca juga: Ini Tipe Sindrom Kompartemen yang Perlu Diketahui

Nyeri Hebat Hingga Rasa Terbakar

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, tak ada salahnya untuk berkenalan terlebih dahulu dengan gejalanya. Seseorang yang mengidap sindrom kompartemen bisa mengalami beragam gejala. Namun, gejala yang dirasakan tiap individu bisa berbeda-beda, bergantung dengan keparahan kondisi yang diidapnya. Nah, berikut ini gejala yang umumnya terjadi:

  • Nyeri hebat, khususnya saat otot digerakkan.

  • Warna kulit di sekitarnya terlihat pucat dan terasa dingin.

  • Kram otot saat berolahraga.

  • Otot bengkak.

  • Rasa penuh pada otot dan nyeri bila ditekan.

  • Kesemutan atau rasa, seperti terbakar.

  • Otot terasa lemas dan mati rasa.

Mungkin terdapat beberapa gejala yang tidak disebutkan di atas. Oleh karena itu, segeralah temui dokter bila mengalami di atas. Tujuannya jelas untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan terhindari dari komplikasi. Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. 

Baca juga: Mengidap Sindrom Kompartemen, Bolehkah Berolahraga?

Kembali ke tajuk utama, apa saja sih komplikasi sindrom kompartemen yang mesti diwaspadai?

Bisa Mengancam Nyawa

Bagi kamu yang masih meremehkan sindrom kompartemen, rasanya perlu berpikir dua kali. Alasannya, bila kondisi ini dibiarkan tanpa penanganan, maka komplikasi serius yang jadi taruhannya. Nah, berikut ini beberapa komplikasi yang bisa terjadi:

  • Amputasi.

  • Infeksi.

  • Munculnya jaringan parut pada otot, sehingga otot tak lentur dan fungsinya berkurang.

  • Kerusakan saraf permanen.

  • Gagal ginjal.

  • Kematian. 

Tuh, tidak main-main bukan  komplikasi yang bisa ditimbulkan sindrom kompartemen? 

Dari Cedera hingga Celana Ketat

Faktanya banyak kondisi yang bisa menyebabkan terjadinya sindrom kompartemen. Sebagian besar penyebabnya akibat cedera yang berkaitan dengan otot atau tulang. Contohnya, luka tembak, luka tusuk, perdarahan, patah tulang, komplikasi operasi pembuluh darah, perban yang dibebat terlampau ketat, hingga celana ketat atau benda lainnya yang menimbulkan tekanan kencang pada otot. 

Baca juga: Alami Sindrom Kompartemen, Coba Fisioterapi

Andaikan ada terlalu banyak tekanan dari darah yang mengalir di kompartemen itu, bisa membuat vena yang tugasnya mengembalikan darah ke jantung jadi terblokir. Seram, kan? Dalam kebanyakan kasus, sindrom kompartemen ini menyerang bagian tangan, lengan, bokong, dan kaki. 

Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2020. Compartment Syndrome. 
Web MD. Diakses pada 2020. Compartment Syndrome.
NHS Choices UK. Diakses pada 2020. Compartment Syndrome.
Healthline. Diakses pada 2020. Compartment Syndrome.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan